Part 7

69 3 0
                                    

Fita dan Nia sudah berada di perpustakaan karena Febri mengusulkan untuk belajar di sana sebagai awal dari tim ini. Nia sibuk mencari buku di jejeran rak buku sedangkan Fita sibuk memakan makanan yang disembunyikan di jaketnya. Nia hanya menggeleng melihat tingkah temannya satu ini. Nia memilih meja yang kursinya ada empat. Nia sudah membawa buku yang lumayan banyak untuk semua teman-temannya. Sesampai di meja Nia meletakkan semua buku yang baru saja diambilnya, Nia melihat Fita sibuk memainkan ponselnya. Nia tak menegurnya karena ia akan fokus membaca sebelum Febri dan Wahyu datang.

"Febri sama Wahyu mana sih," omel Fita.

"Tunggu aja sebentar lagi, mungkin mereka ada urusan," jawab Nia sebentar dan kemudian fokus pada buku bacaannya kembali.

Suasana perpustakaan terbilang sepi saat ini, karena hari masih pagi dan banyak mahasiswa yang masih kuliah. Suasana seperti inilah yang mampu membuat Nia konsetrasi dengan buku bacaannya. Karena Nia sibuk membaca, Fita ikut membaca juga karena sedari tadi ia mengajak Nia mengobrol, tidak mendapatkan respon apa-apa dari Nia.

Suara jejak kaki kian terasa dekat, Namun Nia tidak menghiraukan itu. Mungkin orang-orang yang baru datang, itulah pikir Nia. Sebuah tangan memegang kursi belakang Nia, Nia tersentak dan langsung menoleh ke belakang. Febri menampilkan senyumannya, Nia sebenarnya senang melihat senyuman Febri, namun Nia harus bersikap biasa saja.

"Dari mana lo?" tanya Nia dengan nada yang tinggi.

"Eh suara lo kecilin dikit, ini perpus bukan pasar." Nia terdiam karena yang dikatakan Febri memang ada benarnya juga.

"Semua karena lo!" elak Nia.

"Oke, Gue minta maaf."

"Nih, minum buat lo biar lo nggak emosi." Febri memberikan minuman itu ke Nia. Ia memperhatikan tangan Febri yang memegang botol minum untuknya.

"Cuma Nia aja!" protes Fita.

"Iya, dia tadi pesan minum sebelum gue kesini," bohong Febri.

Nia sangat senang karena Febri berbohong hanya untuk tidak membuat Fita kesal.

"Eh, bukannya nggak boleh ya minum di perpus," bisik Wahyu.

"Nggak papa, siapa yang berani negur Nia, sini hadapin gue," ucap Febri sombong.

"Gaya lo songong amat sih Feb," ucap Fita sambil melempar gumpalan kertas ke arah Febri.

"Itu kenapa bawa minum ke dalam perpustakaan, kan udah ada peraturannya kalau nggak boleh bawa minuman atau makanan!" ucap ibu penjaga perpustakaan yang sedang berkeliling.

"Maaf, Buk. Tadi haus, lain kali nggak diulangi lagi." Febri menundukan kepalanya sebentar seakan meminta maaf dengan tulus. Nia dan Fita hanya tertawa melihat Febri memohon maaf ke ibu penjaga perpustakaan.

"Haha, Kata nggak takut, itu buktinya lo malah nunduk-nunduk nggak jelas!" kekeh Wahyu.

"Diam lo, Yu. Kita ke sini buat belajar kan. Ya udah! Sekarang kita belajar, sini Ya buku gue." Febri mengambil buku dari tumpukan buku yang Nia ambil untuknya belajar.

Mereka belajar bersama, tak ada suara di antara mereka, hanya suara hentakkan kaki dari pengujung perpustakaan yang mulai berdatangan karena hari sudah mulai siang.

"Yee, gue selesai!!" teriak Nia.

"Suara lo, Ya. Pelan dikit," ucap Fita menyadarkan Nia. Nia menutup mulutnya, ia selalu lupa kalau ia sekarang di dalam perpustakaan.

"Eh, sorry. Gue mau pulang," ucap Nia. Febri langsung menghentikan aktivitas membacanya saat ia mendengar Nia akan pergi.

"Baru juga nyampe." Nia menoleh ke arah Febri yang protes saat Nia ingin pulang.

"Siapa suruh datang telat!" sindir Nia sambil membereskan barang-barangnya.

"Gue tadi ada urusan,' ucap Febri yang memperhatikan Nia sedang membereskan barang-barangnya.

"Gue juga udahan. Gue pinjem aja bukunya, biar gue baca di rumah aja." Fita merapikan buku-buku yang sudah ia baca.

"Besok aja kita ke sini lagi, gue laper juga nih," sambung Fita.

"Oke," jawab Febri.

Mereka keluar bersama-sama, Nia dan Fita berada di depan sedangkan Wahyu dan Febri berada di belakang mereka. Sorotan mata pengunjung perpustakaan selalu melirik ke arah Febri, membuat Nia sangat geram melihatnya.

"Ya, lo suka ketawa ya?" tanya Fita. Fita teman dekat Nia saat ini, Fita sering sekali memperhatikan Nia yang hobi tertawa.

"Iya, Fit. Kalau gue ketawa, masalah yang ada terasa ringan gitu." Nia mengambil tas yang di titipkan di penitipan barang sebelum masuk ke perpustakaan.

"Wah, berarti cocok lo dong sama Febri. Febri kan hobi melucu." Nia melirik Febri, ia takut kalau Febri jijik dengan Nia namun Nia mendapatkan senyuman dari bibir Febri seakan Febri menerima ucapan Fita barusan.

"Apaa sih lo! jangan aneh-aneh," ucap Nia dengan muka yang kesal. Fita menyadari kalau candaannya keterlaluan.

"Maaf, Ya. Gue becanda," kekeh Fita sambil mengambil tasnya.

"Kalian udah selesai ngambil tasnya, lama banget sih. Dasar cewek." Nia menahan tawanya melihat Febri dengan muka kesalnya.

"Ya sabar, gimana lo nunggui istri lo shopping," ucap Fita kesal.

"Gue lagi nggak mau nikah!" bentak Febri.

"Selow tu mulut, yang nyuruh nikah sekarang siapa!!" Nia tertawa lepas melihat Febri terjebak dengan ucapannya sendiri.

"Nggak asik lo, Fit," rajuk Febri.

"Lo bedua bikin perut gue sakit," ucap Nia dalam tawanya.

"Kalian nih, bentar lagi mau lulus kuliah kelakuan kayak anak TK." Wahyu angkat bicara karena kesal melihat Fita dan Febri berdebat.

"Diam lo, Yu. Gue kirim foto lo sama cewek lain ke pacar lo. Biar lo jomblo sama kayak kita." Muka Wahyu seketika pucat saat Febri mengancamnya, sedangkan Febri tertawa puas.

"Haha, jangan kayak gitu Feb. Lo kelihatan iri banget," ucap Nia.

"Nggak, Yu. Gue becanda doang, muka lo nggak usah pucat kayak gitu," kekeh Febri.

"Muka gue nggak pucat!" elak Wahyu.

"Kalian ini, masih lama ya debatnya, gue udah laper nih!" Mereka bertiga berdiri di depan perpustakaan, sedangkan Fita sudah jalan menjauhi mereka bertiga.

"Oh, iya sorry Fit. Tunggu gue ya," pekik Nia sambil berlari kecil untuk menyusul Fita.

"Feb gue duluan!" teriak Nia dari kejauhan.

"Lo pamit sama Febri aja," rajuk Wahyu.

"Iya iya, gue duluan Wahyu calon suami takut istri hahaha," tawa Nia pecah melihat Wahyu yang memang takut dengan pacarnya yang posesif.

"Lama banget kalian," rajuk Fita saat Nia menghampirinya.

"Ihhh lucu banget lihat Fita ngambek, iya iya maaf deh. Yuk, kita makan, katanya lo laper." Nia menuruti Fita untuk mencari makan siang agar Fita tidak merajuk dengan Nia.

Hubungannya kini makin dekat dengan Febri, membuat Nia tersipu malu bila memikirkan Febri. Seandainya Febri bisa ada di samping Nia, pasti saat ini Nia merasa menjadi manusia paling beruntung karena ia bersama dengan laki-laki yang membuatnya tertawa terus.

***

Selesai makan dengan Fita, Nia memutuskan pulang ke rumah. Saat jalanan sepi, motor Nia tiba-tiba berhenti. Nia mengecek motornya. Dan Nia mengupat kesal karena ia lupa mengisi bensin motornya. Nia duduk di atas motor untuk memikirkan siapa yang akan menolongnya. Sebanyak motor yang lewat, tak ada satupun yang menawarkan diri untuk menolongnya. Nia mencoba menghubungi Febri, ia berharap Febri bisa menolongnya.

Halo

Halo Feb

Kenapa, Ya?

Tolongin gue

Lo kenapa?

Motor gue habis bensin, bisa bantuin gue.

Oke tunggu di sana

Kirania [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang