Part 21

35 1 0
                                    

Pancaran sinar matahari di siang hari membuat Nia berdecak kesal karena ia menunggu kedatangan Fita yang tidak muncul dari tadi. Nia menunggu di parkiran sambil memainkan ponselnya untuk menghapus rasa bosan akibat menunggu Fita. Febri menghampiri Nia, ia melihat Nia sedari tadi tidak berpindah dari parkiran.

"Lo ngapain ke sini? Kuliah udah selesai." Nia menatap lekat Febri, seolah melampiaskan rasa kesalnya dengan Fita kepada Febri.

"Nungguin Fita dari tadi nggak muncul-muncul. Kepala gue udah beasap nih!" Febri tertawa.

"Kenapa lo?" tanya Nia kesal yang melihat Febri tiba-tiba tertawa.

"Haha, mending lo ikut gue."

"Ke mana?"

"Balap motor."

"Nggak mau!" jawab Nia cepat.

"Ya nggak lah."

Nia mengikuti motor Febri yang terus melaju, meski rasa penasaran bersarang di pikiran Nia tapi Nia tetap mengikuti Febri, berharap Febri akan membawanya ke suatu tempat yang membuat kekesalan Nia hilang.

"Turun!" perintah Febri yang melihat Nia masih di atas motor.

"Ngapain kita ke mall?" tanya Nia bingung.

Febri diam.

Nia dan Febri masuk ke dalam mall. Segerombolan anak-anak cowok melewati arah yang berlawanan dengan Nia dan Febri. Nia terkejut melihat Febri menggenggam tangan Nia tiba-tiba. Nia melirik tangannya yang di genggam Febri. Tangan Febri yang lain, ia masukan ke dalam kantong jaketnya. Sepanjang perjalanan, Febri tak melepaskan tangan Nia.

"Ngapain kita ke Fun City?" tanya Nia.

"Main lah!" jawab.

Febri membeli koin untuk bermain di Fun City, Nia hanya bisa mengikuti Febri tanpa protes lagi. Jantung Nia berdegup kencang saat Febri menatap Nia.

"Apa?" tanya Nia saat Febri menatap Nia datar.

"Haha," tawa Febri saat melihat Nia menjadi gugup.

Nia mengangkat kepalanya dan memukul bahu Febri karena menertawakannya. "Nggak ada yang lucu!" bentak Nia.

"Lucu lihat lo gugup kayak gitu." Nia mencoba melepaskan genggaman Febri tapi Febri tidak melepaskannya.

"Nanti lo diculik orang!" ucap Febri yang tahu maksud Nia yang ingin melepaskna genggamannya.

Nia menghela nafas kasar. "Terserah lo!"

"Nih koinnya." Febri menyerahkan koin ke hadapan Nia saat mereka sudah sampai di sebuah permainan.

"Gue mau ambil boneka di sana!" tunjuk Nia.

"Ya udah, ambil aja." Nia melirik tangannya yang masih digenggam Febri.

"Tapi lepasin dulu tangan gue! Udah keringatan dari tadi karena lo kenceng banget genggamnya," kekeh Nia.

"Lo mah harusnya beruntung, lo cewek beruntung yang nyentuh tangan gue, lo nggak tahu kan cewek di luaran sana banyak banget yang mau megang nih tangan." Febri menunjukkan tangannya di hadapan Nia.

"Dih, emang lo siapa. Sok kecakepan." Nia menyenggol tangan Febri.

"Lo nggak tahu kalau gue kembaran Al-Gazali," ucap Febri sombong.

Nia mencari sesuatu dari tasnya. "Lo nyari apaan?" tanya Febri.

Nia mengeluarkan sebuah kaca. "Nih, ngaca!" Febri merapikan rambutnya saat Nia menyodorkan kaca di hadapannya.

Kirania [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang