Part 29

43 2 0
                                    

Setelah Nia pulang dari Australia untuk S-2 nya, hari berikutnya tidak ada hari tanpa dilalui berdua dengan Febri. Minggu depan Nia akan mengajar di salah satu Universitas untuk menjadi dosen. Karena hari ini Nia tidak ada aktivitas, ia memutuskan untuk ke kantor Febri dengan membawa makan siang untuknya.

Nia melajukan motornya ke alamat perusahaan Febri dan tak lupa Nia berdandan semenarik mungkin. Ia memasuki perusahaan Febri dan bertanya pada resepsionis, di mana ruangan Febri. Sekarang Nia berada di depan ruangan Febri. Nia melangkahkan kakinya dengan ragu. Nia melihat Febri sedang menerima telepon dan menghadap ke jendela. Nia tidak mau mengganggunya, Nia hanya diam di dekat pintu, ia akan menunggu Febri berbalik badan.

Febri mematikan panggilannya dan menoleh ke belakang. Ia terkejut melihat kekasih hatinya saat ini sudah berdiri di depan pintu. Febri tersenyum ke arah Nia dan ia menghampiri Nia yang sangat terlihat cantik. Tanpa basa-basi Febri langsung memeluk Nia, ia sangat merindukan Nia walau hanya sebentar saja tidak bertemu.

"Kenapa nggak ngomong mau ke sini? Kan aku bisa jemput kamu," ucap Febri masih dalam pelukan.

"Suprise aja, lagian kamu lagi sibuk banget. Aku nggak mau ganggu kamu, Feb." Febri menuntun Nia ke mejanya.

"Aku bawa makan siang untuk kamu. Kamu belum makan kan? Aku harap sih belum," ucap Nia yang khawatir kalau Febri sudah makan siang dan makanan yang sudah ia siapkan dari pagi tadi menjadi sia-sia.

Febri diam, ia memasang muka datarnya dan Nia menunduk kesal karena Febri tak sedikitpun menjawab ucapannya. "Aku belum makan sayang." Nia mendongakkan kepalanya dan tersenyum menang karena Febri akan memakan masakannya hari ini.

"Yee." Nia beranjak dari tempat duduknya dan memeluk Febri yang tadi duduk berhadapan dengannya. "Jadi kamu makan masakan aku kan?"

Febri tersenyum, ia sangat berterima kasih dimasakan oleh kekasihnya. "Iya sayang, makasih ya udah capek masak dan capek ke sini juga."

"Nggak papa kok, aku seneng kamu belum makan dan kamu makan masakan aku," ucap Nia kegirangan.

Nia membuka bekalnya dan memberikan ke Febri. "Hmm, sayang aku banyak kerjaan nih." Nia menjatuhkan sendok yang ia pegang dan memasang muka sedihnya.

"Jadi kamu nggak bisa makan sekarang kan? Ya udah nggak papa." Febri menangkup muka Nia yang tertunduk.

"Bukan gitu sayang, tapi aku minta tolong sama kamu, tolong suapi aku. Biar tangan aku kerja tapi mulut aku makan," kekeh Febri dan Nia mencubit perut Febri.

"Coba dari tadi ngomongnya kayak gini. Aku sedih loh masakan aku nggk dimakan," ucap Nia sambil menyuapi ke mulut Febri.

"Maaf sayang, tapi masakan kamu enak ya. Udah siap jadi istri aku." Nia tersipu malu, ia menjadi salah tingkah.

"Apaan sih kamu." Nia memukul lengan Febri pelan.

"Kenapa nggak mau?" tanya Febri penuh selidik.

"Mau tapi nanti ya," bujuk Nia.

"Iya-iya." Nia memperhatikan tangan Febri yang hanya diam. Nia curiga kalau ini adalah alasannya saja.

"Katanya tangan kamu kerja dan mulut kamu makan tapi kok tangan kamu diam aja dan dari tadi kamu ngobrol sama aku." Febri terkekeh.

"Maaf sayang, kalau aku nggak ngomong kayak gitu, mana mau kamu suapi aku. Pasti kamu bilang, makan sendri kan udah besar," ucap Febri sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Nia terdiam. Febri menundukkan kepalanya melihat Nia. "Aku Cuma becanda sayang, nggak usah sedih gitu."

"Iya," jawab Nia singkat.

Kirania [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang