Part 22

36 2 0
                                    


Fita menjatuhkan dirinya ke kasur milik Nia. Sudah menjadi kebiasaan Fita saat berada di kamar Nia. Dan Nia sudah tak aneh lagi melihat itu.

"Nia, lo kenapa bisa suka sama Febri sih? Gue aneh, dia kan kayak orang konyol gitu." Nia mengambil boneka teddy bear dan segera ikut tiduran di kasur miliknya.

"Bagi gue, dia itu unik. Meski dia gabung sama geng yang nakal, dia tetap mengutamakan pendidikannya. Terus dia juga aktif dan lucu," ucap Nia dengan tersipu malu.

"Tapi dia kayaknya suka sama lo juga."

"Gue berharap sih gitu," jawab Nia sambil menatap langit kamarnya.

"Gue dukung lo sama Febri." Nia tersenyum ke arah Fita.

"Sorry ya Fit, kalau gue pernah ngira kalau lo suka sama Febri."

"Iya nggak masalah. Tapi Nia, sampai kapan lo nunggu dia? Bukannya lo pernah bilang kalau cowok juga butuh yang namanya diperjuangkan?" Nia terdiam, memikirkan ucapan Fita. Itu adalah prinsip Nia bahwa cowok juga perlu diperjuangkan.

"Gue mau nyatakan perasaan gue sama dia," ucap Nia asal. Fita melotot, ia tidak percaya dengan ucapan Nia barusan.

"Nggak masalah kan?" tanya Nia yang mngetahui kalau Fita terkejut.

"Serius lo berani?" tanya Fita.

"Berani nggak berani lah."

"Oke gue dukung lo."

***

Febri datang ke arah Nia, dengan malu Nia memberikan senyuman ke arah Febri. Saat hendak pulang, semua teman kelas Nia harus terjebak hujan yang sangat deras, sesekali kilatan dari langit membuat semua teman-teman Nia menutup mata karena ketakutan.

"Kenapa harus hujan?" gumam Febri dan Nia mendengarnya karena Nia dan Febri duduk bersebelahan.

"Hujan itu rahmat kali." Febri menoleh.

"Tapi gue benci sama hujan karena gue harus kehilangan orang yang gue sayangi." Nia diam karena ia tahu karena hujan ibunya meninggal dunia.

"Iya gue tahu, ini berat." Febri hanya diam.

Setelah hujan reda, Nia segera pulang dan melirik sebentar ke arah Febri yang sedang bermain game.

"Lo nggak pulang, hujan udah berhenti." Febri menatap Nia dan melihat sekelilingnya sudah tidak ada orang.

"Iya, yuk." Febri menarik tangan Nia sampai ke parkiran.

"Gue pulang ya?" pamit Nia saat Febri masih berdiri di dekat motor Nia.

"Iya hati-hati, jangan ngebut-ngebut jalanan licin." Nia mengangguk.

Nia sangat senang dengan perhatikan yang diberikan Febri, membuat Nia sangat yakin untuk menyatakan perasaannya kepada Febri.

***

Malam ini bintang-bintang dan bulan bersinar dengan cerah, seakan ikut bahagia atas apa yang dirasakan Nia. Fita dari sore tadi sudah mempersiapkan semua keperluan Nia untuk malam ini. Karena hari ini Nia akan bertemu dengan Febri di sebuah cafe yang pernah mereka datangi bersama. Nia sangat gugup karena ia akan bertemu dengan Febri. Fita sangat telaten merias Nia, ia ingin Nia sangat cantik malam ini.

Selesai berdandan, Nia memakai baju pilihan Fita yang ia temukan di lemari Nia. Baju dress selutut berwarna hijau tua. Nia memakainya dan segera pergi ke tempat yang ia janjikan dengan Febri.

Nia meninggalkan Fita sendiri di kamarnya, sedangkan Nia sudah mulai mengendarai motornya untuk segera sampai ke tempat yang pernah ia datangi bersama Febri.

Kirania [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang