Part 25

36 1 0
                                    


Kebahagiaan Nia menjadi lengkap saat ia mendapatkan kabar bahwa hari ini Febri akan menghadapi sidang skripsi. Sebelum sampai ke tempat sidang skripsi Febri, ia sengaja mampir ke toko bunga untuk membeli buket bunga berwarna merah kesukaan Febri. Dan ia juga baru saja mendapatkan pesan bahwa Fita dan Wahyu sudah ada di depan ruangan sidang Febri. Nia tidak sabar untuk segera sampai ke tempat sidang Febri. Ia ingin menjadi saksi di hari kebahagiaan Febri.

Nia berlari kecil untuk menghampiri Fita dan Wahyu yang sudah ada di depan ruangan Febri. "Gimana?" tanya Nia.

"Sebentar lagi keluar," ucap Wahyu menenangkan Nia yang sangat gugup karena Febri tak kunjung keluar.

"Duh, lama banget ya Kak Febri di dalam sana." Nia melirik siapa yang berisik di depan ruangan sidang Febri.

"Sabar Fanes, namanya juga sidang skripsi mana ada yang cepat," ucap teman Fanes menenangkan.

Sekarang, bukan Nia, Fita dan Wahyu saja yang berada di depan ruangan Febri tapi sudah ada gengnya Fanes, cewek-cewek sok imut.

"Kenapa mereka di sini sih," bisik Fita.

"Nggak papa lagian siapa aja boleh ke sini kan," ucap Nia.

"Iya sih, tapi di dalam tuh Febri."

"Emang kenapa kalau Febri?" Fita dibuat kesal dengan sikap Nia yang tidak kesal sedikitpun atas kehadiran Fanes dan gengnya.

Sekitar 10 menit menunggu. Febri akhirnya keluar, membuat Fita, Wayu dan Nia bernafas lega. Mereka hendak menghampiri Febri tapi langkah mereka terhenti saat Fanes lebih dulu menghampiri Febri dan memeluk Febri.

"Selamat ya, Kak," ucap Fanes saat ia memeluk Febri. Febri membeku, tak sedikitpun ia membalas. Febri menatap Nia yang sedang memegang buket bunga berwarna merah.

"Semoga ilmunya berguna, ini buat Kakak." Fanes melepaskan pelukannya dan memberikan buket bunga berwarna biru saat ia melepaskan pelukannya dari Febri.

"Fit, gue titip ya untuk Febri." Nia memberi buket bunga itu kepada Fita.

"Lo mau ke mana?" tanya Fita.

"Gue baru inget harus jemput adik gue." Secepat mungkin Nia berjalan untuk tidak melihat Fanes dan Febri berpelukan.

Febri melihat Nia yang buru-buru pergi, Febri berlari untuk mengejar Nia namun saat ia berpapasan dengan Fita, Fita langsung menghalangi langkah Febri.

"Mau ke mana lo?" tanya Fita sinis.

"Nia mau ke mana? Kenapa dia cepat banget perginya?" tanya Febri cepat dan matanya fokus melihat Nia yang berlari kecil.

"Kenapa lo cari Nia sedangkan lo udah ada Fanes!" bentak Wahyu.

Febri menatap tajam Wahyu. "Maksud lo apa?" tanya Febri tak terima.

"Kami kecewa sama lo Feb! Gue kira hari ini lo bisa buka hati lo untuk Nia dan kalian bisa bahagia tapi gue salah. Seharusnya gue larang Nia untuk datang ke sini," ucap Fita dengan penuh marah. " Nih!" Fita memberikan buket bunga titipan Nia.

"Selamat atas keberhasilan lo!" Febri membeku di tempat. Fita dan Wahyu segera meninggalkan Febri.

Febri menatap buket dari Nia. Dan ia mendapatkan kartu ucapan dari Nia.

For you J

Congratulation, Febri!

Gue seneng deh akhirnya lo selesai juga. Nggak sia-sia gue ngajarin lo untuk beberapa semester. Jujur gue bangga, kayak guru yang bangga lihat muridnya berhasil. Jangan pernah berhenti berjuang. Tetaplah jadi Febri yang gue kenal.

Febri mengepalkan tangannya, ia menyesal sudah menyiakan Nia. Dan saat ini hanya buket dari Nia yang ia peluk.

***

Hanya taman kampus yang menjadi tempat pelarian Nia saat ini. Beruntungnya Fita dan Wahyu dapat menemukan keberadaannya. Saat Wahyu hendak menghampiri Nia, dengan cepat Fita menghalanginya.

"Kenapa?" tanya Wahyu.

"Biar gue, lo pulang aja sana. Lo persiapkan sidang skripsi lo." Wahyu mengangguk dan segera meninggalkan taman kampus.

Fita mendekati Nia yang sedang menangis tanpa suara. Saat Nia menyadari kehadiran Fita, ia menghampus air matanya asal.

"Fit, kenapa lo ke sini?" tanya Nia dengan suara habis menangis.

"Gue minta maaf." Nia mengenyit bingung.

"Untuk apa?"

"Seharusnya gue ngelarang lo datang hari ini." Nia tersenyum.

"Bukan salah lo tapi salah gue yang nggak tahu diri. Gue tahu dia sayang sama Fanes dan sampai detik ini gue masih berharap kalau dia bales perasaan gue. Tapi hari ini gue sadar sesadarnya kalau dia sampai kapapun nggak bisa gue miliki. Dengan apa yang gue lihat tadi, gue bakal lupakan dia," ucap Nia meyakinkan Fita kalau dia tidak salah sama sekali.

"Tapi, Ni-"

"Gue mohon sama lo untuk nggak bahas ini lagi karena dari hari ini gue nggak mau bahas dia lagi. Gue harap lo bisa ngerti."

"Ya udah, gue bakal ngerti." Nia tersenyum, dan Fita memeluk Nia. Apa yang dilalui Nia akhir-akhir ini cukup berat dan Fira menyadari itu.

***

Nia, Fita dan Wahyu sangat bahagia sekarang karena mereka sudah berhasil menjalankan masa kuliah dan besok adalah acara wisuda. Malam ini mereka bertiga sengaja berkumpul di cafe untuk merayakan kebahagiaan mereka. Akhirnya mereka tidak akan bertemu dengan tugas-tugas yang membuat mereka terkadang putus asa. Namun Nia akan kembali menjadi mahasiswa karena ia mendapatkan pengumuman kalau ia sudah dinyatakan lulus beasiswa S2 di Australia. Fita dan Wahyu sangat menyayangkan tentang keputusan Nia yang tak mengikuti upacara wisuda karena besok Nia harus berangkat ke Australia. Malam ini juga sekaligus sebagai perpisahan Nia dengan Fita dan Wahyu karena ia akan kembali setelah ia menyelesaikan S-2 nya.

"Lo beneran nggak ikut upacara wisuda?" tanya Wahyu. Ia berharap Nia bisa mengubah keputusannya.

"Nggak Wahyu," jawab Nia.

"Masa lo nggak mau foto pakai toga dan baju kebanggaan semua orang yang udah selesai kuliah," bujuk Fita dengan memohon.

"Nggak ikut upacara wisuda, nggak akan buat gelar sarjana gue dicabut kok."

"Lo nanti nggak ada foto bareng kami pakai toga," ucap Fita sedih.

"Mau gimana lagi, waktunya barengan sama beasiswa gue."

"Ya udah. semoga lo berhasil di sana, jangan pernah lupain kita. Kalau lo udah di sana rajin-rajin komukasi sama kita," ucap Wahyu yang akhirnya sudah bisa menerima keputusan Nia.

"Betul tuh yang Wahyu katakan. Lo harus inget pulang ke sini jangan betah di sana." Nia terkekeh mendengar kata-kata perpisahan dari teman-temannya.

"Iya, gue janji bakal komukasi sama kalian dan gue juga bakal pulang ke sini."

"Lo nanti ganti nomor kan kalau udah di sana?" tanya Wahyu.

"Iya, nanti gue kasih tahu deh. Nomornya."

"Oke," jawab Fita.

***

Kirania [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang