Aku terlahir sebagai Zahra Vemilia

126 27 0
                                    

Chapter 4
Chapter 4 ~kau terlahir sebagai Zahra Vermilion | Vemilia
Pukul 15:10 Kami telah tiba di kota Blindless sebuah kota yang luasnya lebih dari kota yang ku tempati. Namun, teknologi, pendapatan, dan fasilitasnya masih dibawah 2 level dari kota tempat tinggalku. Sekitar 12KM lagi kami akan sampai di perbatasan antar kota. Reinhard yang terbangun setelah tertidur lama sekali dengan semangat ingin sekali menginjakan kakinya di Rumah dan memeluk Ibunya.
Aku pun tak sabar. Kami berdua memandang jalan yang kami lewati. Dengan tersenyum lega masih bisa pulang.
Aku berbincang sebentar bersama Reinhard membicarakan bagaimana jika kita tidak selamat dari tragedi tersebut. Atau jika hanya salah satu dari kita yang selamat. Kita berbicara kemungkinan terburuk.
"Hei Zahra. Setelah semua yang terjadi pada kita. Bagian mana yang paling teringat olehmu" sebuah pertanyaan yang sangat menjengekelkan terucap dari Reinhard. Pusing dan mual bagiku mengingat hal seperti itu. Bahkan bayangan temanku yang mati dengan tragis tidak bisa hilang dari ingatanku.
"Bagian yang paling kuingat adalah, ketika kau menyelamatkanku dari anjing gila itu. Aku suka gayamu yang seperti itu"
Untuk sesaat dan menjaga perasaan. Aku menjawab hal yang bukan paling kuingat.
Setelah lama berbincang. Kamipun semakin dekat dengan perbatasan.
Ketika kami melewati perbatasan. Ada sebuah selebaran kertas terbang menabrak wajahku. Apaan ini. Kulihat selebaran itu. Ternyata itu adalah selebaran pencarian orang hilang dan nama yang didaftar tersebut adalah nama kami. Empat orang korban kecelakaan dari Kota yang sangat jauh.
"Sepertinya kita akan berurusab dengan polisi" kata Reinhard
Aku sedikit takut. Aku tak terbiasa dengan polisi ataupun hal yang berhubungan dengan hukum.
Mobil kami berhenti. Paman supir pun keluar dengan muka mengantuk dan kelihatan sangat lelah sekali. Kasian aku bepikir akan memberi imbalan yang besar karena telah berjasa menyelamatkan nyawa kami bahkan mengantar kami pulang.
"Kalian, kita sudah sampai si perbatasan. Kalian ingin pulang ke Rumah atau klarifikasi kehilangan kalian di Polisi?"
Tanya paman itu.
Kami terdiam. Dan tentu saja Reinhard memilih untuk pulang ke Rumah.
"Kami ingin pulang ke rumah saja paman, setelahnya baru saja aku akan ke kantor untuk klarifikasi"
Jawab Reinhard

Kamipun melanjutkan perjalanan.
Setelah beberapa KM melewati jalan utama, Fly over, belokan-belokan dan 1 stasiun. Akhirnya Kamipun tiba di rumah Reinhard.
Kota SkyWalker jalan nemesis no. 28
Rumah tampak seperti gedung berteknologi dengan gemerlapnya lampu-lampu di halaman rumah. Dengan luas yang cukup untuk mengadakan pesta untuk 400 Orang banyaknya.
"Tuttt, tuttt. Tuuttt, tutttt" paman membunyikan klaksonnya
"Nak, apa benar ini rumahmu? Tampaknya kau ini anak golongan terkaya di lingkunganmu ya"
"Tidak juga pak, biasa saja. Disini memang banyak orang kaya lainnya. Dan mau kaya atau tidak kaya akupun tidak terlalu peduli sih" jawab Reinhard dengan nada yang tidak terlalu peduli akan pertanyaan paman tersebut.
Beberapa saat kemudian. Seorang satpam menghampiri dan menanyakan siapa yang sore-sore seperti ini membunyikan klaksonnya di rumah orang.
Saat melihat.
"Heii, Pak Yudha, ini aku Reinhard. Telah datang dengan selamat!!" Teriak Reinhard keras sambil berlari ke arah satpam yang ditutupi pagar.
Terkejut, satpam tersebut girang, dan berlari ke dalam rumah sambil berteriak
Reinhard telah sampai rumah. Tuan, Reinhard telah sampai rumah!
Layakanya anak yang mendapat kado yang diinginkannya di hari ulang tahunnya.
Lalu,tiga bayangan seseorang terlihat. Mereka adalah keluarga Né riche sebuah keluarga bangsawan yang terdiri dari Né Riche Herry yaitu Ayahnya. Lalu Né riche Misella yaitu Ibunya, dan yang terakhir Né riche roselia, yaitu Kakak perempuanya. Harusnya ada Kakak laki-laki satunya namun, entah sedang kemana.
Dari kejauhan mereka menghampiri Reinhard dengan gembiranya bahwa anaknya sudah pulang. Satpam yang peka itu langsung menekan tombol pagar untuk membukanya. Saat terbuka, Reinhard dihampiri keluarganya. Dipeluknya Reinhard oleh ibunya, kakak perempuannya, bahkan ayahnya sampai menitikan air matanya menahan haru. Mereka Semua menangis sambil bertanya dengan tidak jelas. Isak tangis membuatnya semakin menekan keadaan untuk bertambah haru.
Aku yang melihat itu bahagia, keluarga yang sangat perhatian seperti itu, dan Reinhard memiliknya. Itu membuatku sangat bahagia.
Reinhard melirik ke arahku. Tersenyumnya dia. Matanya seakan mengatakan Kemarilah ayo ikut bersenang-senang dengan keluargaku.
Aku yang tak mengindahkan itu menggelengkan kepala. Seperti halnya telepati kami berbicara dengan tatapan mata.
Setelah beberapa saat mereka melepas rindu dan bersyukur bahwa Reinhard kembali. Ayahnya Reinhard memanggil paman supir yang mengantar kami.
"Aku tunggu di mobil saja paman" denganku sambil tersenyum. Paman itu mengiyahkannya. Merekapun ke dalam rumah.
Aku yang menunggunya di mobil hanya membayangkan kesenanganku saat sampai di rumah nanti bersama ayah, ibu dan adik perempuanku.
Aku tidak tahu keluarga Né Riche membicarakan apa dengan paman supir yang pasti mereka sangat berterima kasih.
Sekitar 30 menitan di dalam. Paman supir pun keluar bersama Reinhard. Paman supir pun masuk ke dalam mobil bersiap menghidupkan mesin mobil.
"Zahra, mari bertemu di sekolah besok"
Kata Reinhard sambil menatap aku yang sudah di dalam mobil.
"Besok tidak bisa Reinhard, kita harus istirahat dulu"
Aku mengejeknya dengan menjulurkan lidahku :p
"Hahaa, dasar lemah. Tapi kau benar juga.
Ya sudah, hati-hati ya. Terima kasih karena di saat-saat terakhir kau menyelamatkanku dari anjing sialan itu"
Jawab Reinhard dengan matanya yang sayu dan senyum ringan yang terasa sangat hangat ditambah dengan sejuknya angin sore yang berhembus dan sinar matahari yang semakin redup ingin segera terlelap ke dalam laut.
"Aku akan selalu ada di saat kau butuh, bahka saat terburukmu. Makanya kau juga harus seperti itu yah"
Aku menjawabnya.
"Pasti, aku akan melindungimu Reinhard menciu pipiku dan menarik jari kelingkingku. Menyatukannya dengan kelingkingnya membuat sebuah janji bahwa kita akan saling melindungi dan me cintai satu sama lain.
"Aku pulang"
"Dengan selamat ya"
Pamanpun sudah siap untuk mengantarkanku pulang.
Roda mobil bak yang tua ini pun berjalan searah porosnya. Melaju perlahan menyusuri jalan yang menuju keluar jalan ini.
******
Di sepanjang perjalanan, paman bercertia sedikit tentang pembicarannya saat sampai di rumah Reinhard. Katanya dia diberi uang yang sangat banyak. Dia diberi 90juta. Itu sangat lebih dari uang ongkos bensin dan perbaikan ban di bengkel.
Tidak jauh dari jalan keluar. Akupun semakin dekat dengan rumahku.
Jalan Melati no 88. Rumahku berada lumayan jauh dari jalan masuk.
Akhirnya... sampai di rumah. Sebelum turun. Aku menarik nafas panjang. Mengatakan ke paman bahwa aku ingin mengetuk pintu rumah dibandingkan mengklaksonnya.
Akupu turun. Masuk ke halaman rumah, jalan perlahan melewati pot-pot tanaman yang tersusun rapih di halaman rumahku.
"Tok,tok,tok" suara pintu yang ku ketuk.
Keluarlah sosok perempuan Cantik berambut yang panjangnya melebihi bahu dan beberapa helai rambut yang terurai di menutupi sebagian mata dan wajahnya.
Melihatku. Ibuku terdiam, seperti shok tak bernafas.
"Mama, kena-"
Belum aku melanjutkan perkataanku. Dengan cepat dia langsung memeluku. Tubuhnya yang langsing dan lembut itu megahangatkan tubuhku. Dia menangis terisak di pundaku. Akupun demikian. Tak tahan ingin melihat ibu lagi.
Kami saling berbalas peluk dan menangis terisak.
Adik perempuanku yang berumur 14 tahun pun keluar.
"Kakak?!" Dia berlari ke arahku dan memeluku juga.
"Dari mana saja kak? Shizuru kira kakak sudah tidak ada" tangisan Adikku yang terdengar nyaring. Hahaha aku senang aku melihatnya lagi.
"Mamah, Ayah mana?" Tanyaku karena aku tidak melihat Ayah
"Sebentar lagi dia akan pulang" belum 1 menit dia berbicara dan benar saja Ayahku dengan setelan jas dan membawa koper itu berlari. Meneriaki namaku.
Memeluku erat dan menitikan sedikit air mata. Memang sifat ayah seperti itu. Sok-sok an tidak ingin menangis. Hahaha.
Setelah semua berelasungkawa melepas rindu. Kami masuk ke dalam rumah dengan tidak lupa mengajak paman yang mengantarku.
Akupun menceritakan semua yang ku alami. Semuanya shok, terkejut. Lemas. Seakan semua keluargaku terkena serangan jantung mendadak. Mereka ketakutan. Dan bersyukur sekali anaknya bisa selamat.
Ayahku pun menelpon polisi mengatakan bahwa anaknya sudah ditemukan. Polisi pun ingin klarifikasi informasi yang ternyata anggota polisi lainpun sudah ada yang ke rumah Reinhard.
Ayahku menolak dengan alasan. Aku harus istirahat dan pulih sebelum dimintai keterangan. Atas alasan seperti itu polisi pun maklum.
Akupun mandi, membersihkan seluruh tubuhku dari tanah kotoran, dan darah yang menempel.
Pukul 17:55
Aku yang sudah mandi memakai baju tidur ungu kesukaanku.
Setelah berbincang cukup lama. Pamanpun ingin kembali pulang. Kami menyuruhnya untuk menginap saja karena hari sudah sore.
Paman itu bersikeras untuk pulang. Dia lalu berterima kasih dan mengatakan bahwa. "Hari ini aku akan menjadi orang kaya hahaha" dengan membawa uang yang banyak di tasnya diapun pergi seiring dengan lelapnya sang bintang terdekat.
********
Pukul 21:00 setelah bercerita mengenai apa yang terjadi, bagaimana aku selamat, dan bercerita tentang Reinhard, aku makan. Setelah makan malam aku pergi ke kamar untuk tidur.
Aku senang sekali aku bisa tidur nyaman kembali.
—-//
Terdengar bisik-bisik suara teman-temanku yan sudah mati.
"Kenapa hanya kau yang selamat...
Akupun ingin hidup.... kenapa!!!!"
Bentak Melati, dan Dani yang sudah mati. Kenapa dia ada di depanku?! Akupun ketakutan. Berteriak dan menangis kenapa mereka hidup lagi? Ini tidak wajar. Dan yang paling membuatku takut. Kenapa aku ada di lokasi kecelakaan ini lagi?
"Ahhhhhhhhhhhh" aku berteriak sekencangnya
"Zahra. Ada apa?" Terdengar suara ayahku
"Ayah, mereka hidup kembali yah" kataku
"Itu hanya mimpi Zahra. Lihat didepanmu hanya ada Ayah" kata ayahku
Akupun membuka mataku. Dan ternyata benar. Itu Ayahku. Akupun menangis. Dia me-nenangkan-ku. Dan akupun tertidur kembali. Namun sepanjang malam mimpi itu berulang lagi, lagi dan lagi. Akupun bermimpi-bangun lagi-bermimpi-bangun lagi.
Kejadian itu menghantuiku terus menerus.
Hingga akhirnya aku dibawa ke ruang utama oleh ayahku.
Ditenangkannya lagi.
Aku ketakutan, tak ingin seperti ini.
Kemudian Ayahku bercerita tentang namaku. Dia mengatakan kalau aku ini anak yang pemberani, gadis yang tangguh.
"Hey Zahra, kau tahu mengapa nama mu Zahra Vemilia?" Tanya Ayahku.
"Tidak tahu yah... hiks"
Aku yang masih terisak menangis itu menjawab
"Vemilia itu pelesetan dari kata Vermilion dalam bahasa inggris. Yang artinya adalah merah terang, kau terlahir sebagai Zahra Vemilia. Zahra yang pemberani dan tangguh" jelas Ayahku
Aku yang sedih itu terkejut dan kagum dengan namaku yang sebelumnya ku anggap aneh.
Kukira tak ada makna apapun. Dan ternyata memang orang tua pasti punya alasan dibalik nama anaknya.
Aku yang sudah tenang itu pergi ke kamar. Tidur dengan lelap. Tanpa ada mimpi akan tragedi yang menakutkan lagi.
Aku menunggumu, matahari pagi~

Chapter 4 selesai

Zahra love story 「ongoing」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang