Pukul 15:00 setelah ku mendekorasi kelas dan membereskan barang-barang untuk Festival Budaya besok. Aku lalu pergi ke taman belakang sekolah, tempat di mana Aku dan Reinhard bertengkar soal apa yang terjadi antara kita setelah kecelakaan. Sudah berapa lama ya sejak saat itu.
Jika diingat-ingat, kala itu aku ngambek dan langsung pergi ke kelas setelah dia membentakku. Aku begitu lemah haha.
Namun, situasi sekarang sudah berubah. Segala masalah yang datang kuhadapi dengan menghadap ke depan. Seperti masalah beberapa jam lalu.
"Apakah Reinhard saja belum cukup? Pengkhianat!" Kata Meli.
"Maaf Mel, Aku tidak mendekatinya, dialah yang mendaktiku. Ini sebuah kesalahpahaman." Jelasku.
"Tak usah mengelak! Sebelumnya kau juga mencoba merebut Reinhard dari Anastasia kan!" bentak Meli.
"kalau iya, kenapa? Salahkah? Dosakah? Atau aku pembawa sial? Beri tahu aku." Tanyaku.
Mimik kesal Meli, perlahan berubah sedikit penasaran dan heran. Dari raut wajahnya kelihatan sekali kalau dia sangat bingung.
"Kamu Zahra kan?" Tanya nya.
"Entahlah, menurutmu?" balik tanya.
"Aneh, memang aneh si pembawa sial ini."
"Plakk." Aku didorongya sesaat dia langsung pergi meninggalkanku seraya mengatakan.
"Mati saja kamu Ra, takut yang lain kena imbasnya."
Aku hanya termenung tanpa membalas perkataanya.
---------------------
Kembali ke garis waktu seharusnya. Akupun menunggu teman-teman menyelesaikan pekerjaannya masing-masing.
Aku masih berada di taman ini, duduk-duduk sambil melihat orang-orang secara acak. Ada yang pacaran, bersih-bersih, mondar-mandir mengambil barang-barang dan lainnya.
Tak terasa sudah 15 menit waktuku kuhabiskan hanya dengan bengong saja. Handphone ku pun bergetar. Ada pesan dari teman kelas.
Rahma : "Ra, meeting buru sama kelas nih mengenai Festival besok."
Zahra : "Iya, Aku segera ke sana."
Akupun beranjak dari kursi taman lalu perlahan melangkah menuju kelas, hari semakin sore dan akupun masih melihat bayang-bayang Reinhard saat kecelakaan itu. Sebelumnya... Aku dan Reinhard sedekat apa ya?
------------------------------------------------------
Samapainya di kelas terdengar suara Bima sedang menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan untuk Festival Budaya besok.
"Semuanya, kita harus melakukan yang terbaik---." Belum sempat Bima melanjutakan ucapannya,...
"Maaf teman-teman, aku telat." Kataku.
"Dasar, selalu saja membuat kesalahan." Celetuk Intan.
"HAH?!! Aku tidak salah dengar? Kenapa Intan berbicara seperti itu." Pikirku sambil berjalan memasuki posisi melingkar bersama teman-teman.
Saat berjalan aku melihat Intan, entah ada angin apa dia memalingkan diri. Membuang muka mentah-mentah! Seolah-olah dia menjadi sosok yang lain. Aura nya berbeda dari Intan yang kukenal. Ada apa sebenarnya.
"Baiklah, jaga kesehatan. Semangat semuanya! FIGHT!!!" Seru Bima yang diiringi oleh teriakan teman-teman yang bersemangat juga.
Perkumpulan pun dibubarkan, kini tinggal menunggu hari esok yang menyenangakan, yaitu Festival Budaya.
Aku membereskan peralatan dan tas, membereskan tempat duduk ku kemuidan beranjak pergi meninggalkan kelas sendiri.
Oh, iya Aku lupa kalau aku harus pulang bersama Intan. Tunggu dulu. Bukankah Intan tadi Intan menatap sinis padaku. Tak apalah aku akan menghampirinya saja untuk membuatnya cerita tentang apa yang terjadi padanya.
Aku berlari kecil melewati lorong-lorong, loker, melangkahi tangga. Mengejar ketertinggalan akan Intan.
Aku mengganti sepatu ruangan dengan sepatu luar ruangan buru-buru melewati pintu utama dan "wuushhhh." Angin kencang menerpa diriku hingga membutakan pandanganku.
Aku membuka mataku dan terkejut ketika melihat Cherryl dan Intan pulang bersama sambil berpegangan tangan.
Wah mesra sekali ya mereka. Aku tidak iri dan juga tidak cemburu hanya saja, apakah perlu sahabatku menjadi berubah hanya karena cowok baru tampan dan misterius itu. Hanya sekadar fisik bisa menghancurkan sabahatku.
Tapi tunggu dulu, ini tak bisa dibiarkan. Aku belum mendengar penjelasan sesungguhnya.
"Tap, tap,tap, tap, tap." Suara langkah kakiku yang berlari menghampiri mereka.
"Intaaaaaaaaaaaan." Teriak ku.
Mereka menoleh perlahan.
"Hahh, hahh, hufhtt." Nafasku terengah-engah.
"Hai Zahra, kenapa berlari begitu? Tanya Cherryl dengan senyum yang entah tulus atau bersikap sok Cool.
"Aku perlu berbicara dengan Intan." Kataku.
Intan hanya diam dan menyuruh Cherryl untuk pergi lebih dulu.
"Ada apa?" Tanya Intan langsung.
"Tidak, seharian ini kau terlihat berbeda, apa ada masalah?" Tanyaku.
"Iya memang ada." Balas Intan.
"Hah, apa masalah kamu, cerita dong." Kataku.
"Di depanku ada pembawa sial, kamu masalahnya Ra." Jawab Intan.
Aku sangat terkejut sekaligus terpukul mendengar hal itu dari Intan. Sahabat sejak SD yang paling dekat denganku berubah total seperti ini?
Sungguh tak bisa dipercaya, Aku geram, kesal, kecewa. Dan kemudian bisik-bisik itu kembali bersuara,
"Perlahan sahabatmu akan meninggalkanmu, lalu teman-temanmu, dan semua orang akan menjauhimu. Hancurkan mereka, hanya kau sendiri yang mampu membahagiakan dirimu sendiri." Kata bisikan itu.
Akupun menafas panjang. Dan aku meyakinkan diriku sekali lagi.
"Kamu, masih menjafi sahabatku. Intan." Kataku.
"Jangan dekatiku lagi." Balasnya
Aku hanya tersenyum, memberikan senyumanku yang paling tulus diantara senyuman yang lain. Dengan mengikhlaskan sesuatu yang secara sendirinya memutuskan tuk pergi. Dengan kenangan masa kecil yang dilupakan karena alasan yang tak jelas. Namun biarlah biar waktu yang memutuskan jalan cerita antara Aku, Intan dan semuanya.
Aku pergi meninggalkan Intan, di Sore yang hangat ini Aku mulai menyadari, sedikit demi sedikit. Sesautu yang membiskanku itu ada benarnya, aku harus mandiri dan tak perlu lagi bergantung pada seseorang.
Perlahan bayangan antara diriku dan Intan semakin menjauh, menyisakan serpihan debu cahaya yang terhempas angin. Di sela-sela terjauh tiba-tiba Intan berteriak.
"MAAFKAN AKU, TAPI. KAU HARUS MENJAUH DARIKU!." Katanya.
Senyumku semakin melebar, walau suara yang kudengar samar. Namun aku tahu semsetinya bagaimana.
Pemutusan arti sahabat di sore ini, menjadi penutup dari diriku yang lama. Dan menjadi awal bagi cerita-cerita yang harus kuhadapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zahra love story 「ongoing」
Romance#7 di kategori #psikologis tanggal 30 Maret 2019 ! ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ "Teruslah hidup Zahra" Dua orang yang berbeda mengatakan hal itu. Aku tak mengerti apa hidupku ini berharga atau tidak. Tapi ya yang aku inginkan aku tidak ingi...