Sekolah, bagian I

99 23 1
                                    

Zahra love story chapter 5
Sekolah, bagian 1

Pagi dunia, Lembar kehidupan yang baru akan dimulai sekarang, sebuah kehidupan yang berasal dari tuhan melalui perantara manusia kece, tampan nan kaya. Né Riche Reinhard

***********
Pukul 07:30 hujan masih turun dengan ringan disertai angin yang berhembus sepoi-sepoi namun dingin sekali. Menyelimutiku yang hanya memakai piayama warna pink dengan rambut panjang melebihi bahu yang ku gerai. Aku yang sudah tidak sekolah dua hari sejak sampai di rumah ini sedang duduk di depan meja rias sebelah kasur. Hanya memandangi jendela yang berembun.
"Jangan melamun seperti itu kak, ayo makan"
seru adik perempuanku yang masih kelas 3 SMP. Berbeda denganku yang pendiam. Dia itu ramah dan asik. Bahkan banyak cowok yang berhenti menjahilinya karena dia cukup tomboi dan menakutkan. Namun, bagiku dia hanyalah adik kecilku yang kusayangi.
Aku mengiyahkan berjalan keluar kamar menuju meja makan. Semuaya sudah disiapkan. Aku duduk di samping adik ku dan berhadapan dengan ayah dan ibuku.
Adik ku yang selalu sigap dan lihai di bidang makanan itu dengan lincahnya menyiapkan makanan untukku.
Ibu dan ayahku hanya terheran-heran melihat tingkahnya yang seperti itu.
"Seharusnya kau masuk ke kelas masak, sepertinya kau ada bakat haha" kata Ayahku sambil tertawa.
"Memangnya si tomboi satu ini bisa masak?, seingatku dia bahkan tidak bisa mengupas kulit kentang" sontak Ayahku tertawa lepas dan Akupun ikut tertawa.
"Aku akan buktikan aku bisa memasak. Hemm" kata adik ku sambil memasang wajah kesalnya.
"Baiklah cukup bercanda nya. Ayo makan anak-anak.

**********

Setelah sarapan. Aku bersiap2 mandi, Memakai baju. Karena aku dan Ibuku akan pergi ke kantor polisi untuk klarifikasi soal tragedi kecelakaan yang menimpa kami.
08:30 Aku berangkat bersama Ayah yang akan pergi ke kantor, sembari mengantar adikku Ke Sekolah.
Roda mobil yang dikendarai Ayahpun perlahan membawa kami keluar komplel perumahan yang asri nan hijau dipenuhi dengan lalu lalang orang pergi kerja, sekolah dan melakukan aktfitas lainnya. Mereka berpergian menggunakan sepeda, mobil, dan kendaraan umum meskipun negara kami memproduksi sepeda motor namun tidak banyak orang menggunakannya sebagai kendaraan sehari-hari. Hanya sebagai barang impor ke Negara lain saja.
Ayahku mengkemudikan mobilku melewati dengan handalnya. Melalui jalan berbelok, keluar dari komplek menuju jalan umum, Fly Over, rumah-rumah serta gedung kantor dan tempat-tempat berbisnis lainnya.
10menit Kami berkendara. Kami sampai di sekolahan Adikku.
AKADEMI SWASTA INNOCENT
Sebuah Akademi yang menaungi beberapa jenjang sekolah seperti Sekolah menegah pertama, Sekolah menengah Akhir. Dan aku juga bersekolah di sini hanya saja aku sudah kelas dua SMA sementara Adikku masih kelas 3 SMP

"Sekolah yang bener, Jangan pilih-pilih dalam berteman tapi, jangan juga kamu terbawa pergaulan yang Tidak baik. Sekolah itu untuk mencari ilmu dan mengembangkat bakat. Ranking hanyalah sebuah predikat untuk menentukan nilai pengetahuan bukan nilai kehidupan nantinya"

Sederet wejangan yang diucapkan Ibu kepada adikku. Diucapkannya dengan penuh kasih sayang dan perhatian. Secara di keluargaku adikku selalu masuk dalam 5besar rangking dan juga dia jago di olahraga panahan dan basket. Dia anak yang sangat aktif dan cerdas. Namun, tingkahnya yang sembrono dan terlalu berani kepada orang itu membuat ibuku khawatir dia membuat masalah kepada orang lain.

"Baik ibu, aku mengerti. Ibu tak usah khawatir aku bisa menagtasi semuanya hahah" meyakinkan ibuku dengan nada bicaranya yang sok-sokan itu.

Kamipun melanjutkan perjalanan menuju kantor polisi. Aku yang memakai seragam sekolah dengan setelan kemeja berwarna putih dengan rompi berwarna hitam bermotif kotak-kotak. Memakai rok hitam yang tidak sampai lutut dan hanya menutupi pantatku. Jika angin berhembus kencang aku harus menahan rok yang kukenakan agar tak tersingkap dan kelihatan celana dalam oleh orang lain.
Dengan kayanya kaki hitam panjang dan sepatu tali yang biasa orang lain pakai.
——————
Beberapa waktu berlalu akhirnya aku sampai di kantor polisi di Pusat Kota. Ayahku hanya mengantar saja tidak ikut mendampingiku untuk klarifikasi masalah.
Aku dan ibuku masuk ke dalam kantor polisi, disambut kami dengan ramah oleh polwan yang bertugas di depan. Diantarnya kami ke ruang tunggu. Kami menunggu sekitar 15menit barulah datang Intel khusus yang menangani sebuah kasus dan tragedi. Mirip detektif sih. Tapi sedikit berbeda.
Bima S. Tertampang nama di Nametag yang terpasang di baju seragam polisi yang ketat oleh badan kekarnya itu.
Akupun dibawa ke sebuah ruangan yang seperti kantor. Terdapat berkas-berkas dan beberapa meja. Yang ternyata itu adalah ruang arsip. Aku tidak dibawa ke ruang Introgasi karena menurutnya ini bukan kasus terorisme atau kejahatan. Ya aku bersyukurlah. Aku kira akan diintrogasi dengan seram dan mencekam.
Sesi introgasi pun dimulai. Aku ditanya mulai dari pertanyaan sederhana seperti ada acara apa sampai main ke sana, Dengan siapa, bagaimana kejadiannya.
Aku pun menceritakan secara detail dan menjawab setiap pertanyaan yang seperti sudah disusun dengan baik.
Ibuku yang berada disampingku berusaha meneguhkanku agar tidak menangis dan terus kuat menghadapi semua ini.

********
Relakan teman yang sudah tidak ada
Lindungi dan sayangi mereka yang masih berada di sisimu

********
Sebuah prinsip dari ibuku yang aku pegang teguh dalam hatiku. Berbagai macam pertanyaan itu akhirnya selesai dengan kepalaku yang pusing sekali karena beberapa pertanyaan diulang kembali dengan kalimat yang sama. Kamipun berpamit pulang.
Hasil dari introgasi tersebut adalah mobil yang kami kendarai mengalami masalah pada rem yang memang Sengaja dirusak oleh seseorang.
Jujur aku tak percaya dengan statement menyeramkan seperti itu. Seperti seseorang tersebut punya maksud untuk mencelakai kami. Aku tak menghiraukan terlalu jauh. Aku takut. Namun begitu, polisi menganggap ini masalah serius dan harus ditangani segera.
Bahkan, mereka tengah menyiapkan sebuah misi untuk mengungkap lebih jauh penyebab sebenarnya kecelakaan ini. Mereka membentuk sebuah grup khusus untuk pergi ke TKP. Dan rencananya akan pergi siang ini.
Gahhhhh, aku tak mengira akan menjadi kasus seperti ini. Ini terlalu gila. Aku ingin cepat-cepat menjalani kehidupan normalku.

Setelah keluar kantor polisi, aku pergi ke sekolah dengan memesan taksi yang dipesan ibuku melalui ponselnya pintarnya yang sudah kalah pintar dengan yang aku punya. Kami menaiki taksi dan beberapa saat saja kami sudah sampai di Sekolah.

Pukul 11:15 aku sampai di depan gerbang sekolah. Dengan seragamku yang masih wangi parfum bunga yang aku pakai. Aku diantar ibuku memasuki sekolah dan menemui kepala sekolah. Dan ya! Lagi-lagi harus klarifikasi di tanya ini-itu oleh kepala sekolah.
Karena sebentar lagi istirahat makan siang, aku tidak masuk kelas melainkan hanya menunggun di ruang kepala sekolah bersama ibuku yang selalu sabar menemaniku.
Waktu terasa lambat sekali... aku ingin cepat ke kelas dan bertemu teman-temanku terutama Reinhard.
Aku menunggu dengan membaca novel, memainkan ponsel dan terkadang melamun. Haahh membosankan sekali.
Setelah penantian panjang menunggu. Pukul 13:15 bel masukpun berbunyi. Aku keluar ruang kepala sekolah melewati beberapa koridor, karena ruang kepala sekolah berada di lantai 3 akupun tidak perlu naik-turun tangga untuk menuju kelasku. Kelas XI-4 dan tentunya aku didampingi oleh ibu dan kepala sekolah.
Kepala sekolahpun membuka pintu dan mempersilakan aku masuk. Sementara ibuku hanya menemaniku di luar dan akhirnya pulang.
Sampai di dalam, aku hanya menunduk terdiam di depan kelas. Dan seorang Guru yang mengajarpun mencarikan suasana.

"Akhirnya kau masuk sekolah juga Murid kesayanganku, ayo sapalah mereka. Teman-temanmu sudah menunggumu"

Kelas yang awalnya heningpun menjadi haru. Apalagi tiba-tiba sahabatku Intan Nuriani berlari mengejar dan memelukku, lalu teman-teman yang lain pun datang satu-satu. Kecuali Reinhard. Dia hanya tersenyum kecil mejanya yang berada di pojok kanan dekat dengan jendela.
Guru yang mengajarpun, keluar karena mengerti bahwa muridnya sedang berbelasungkawa akan kematian teman sekelasnya dan kedatangan teman yang selamat.

*******
Setelah berbelasungkawa dan menangis haru selesai, mereka sangat mengasihaniku karena kejadian itu sangat menakutkan juga bagi mereka. Akupun belajar walau tidak terlalu fokus. Tak terasa waktu menunjukan pukul 16:00. Menunjukan waktu pulang dengan ditandai bel pulang.
Seperti sekolah pada umumnya kami memberi salam kepada guru sebelum pulang dan berdoa.
————
Akupun pulang bersama sahabtku, sementara Reinhard pulang dengan teman cewek, dan dua teman laki-lakinya. Yang sebelumnya mengajakku pulang tetapi, dia menghargai ajakan sahabatku yang mengajakku pulang bareng juga.

———
Saat pulang melewati berbagai koridor dan dua tangga kamipun sampai di gedung utama lantai dasar. Kami memakai sepatu untuk luar ruangan. Dan menaruh sepatu untuk dalam ruangan.
Aku dan sahabatku keluar sambil berbicara ringan diiringi bercanda. Lalu, tiba-tiba ada anak-anak ramai sekali seperti ada yang berkelahi. Ternyata ada orang kejang-kejang dan menggeliat. Aku penasaran siapa orang itu.  menghampirinya dan ternyata itu adalah
REINHARD!!!!!

Chapter 5 : Sekolah, bagian 1
bersambung




***
Ini ilustrasi seragam sekolahnya Zahra
***

***Ini ilustrasi seragam sekolahnya Zahra***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Zahra love story 「ongoing」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang