Tiga hari berlalu sejak kami berlibur ke pantai. Sekarang hari Selasa Pukul 07.40. masih ada waktu tiga puluh lima menit sebelum pelajaran di mulai. Seperti hari-hari biasa yang kulakukan di sekolah aku membersihkan meja ku, merapihkan kursi yang menjadi study place ku agar terlihat nyaman, bersih dan enak di pandang. Ya itu sudah menjadi kebiasaan yang tidak bisa kubilang membosankan karena sudah menjadi suatu keharusan. Lagipula dengan study place yang kotor dan acak-acakan pasti akan membuat kacau focus dalam kelas. Beberapa menit kubersihkan murid lain berdatangan, aku yang sudah siap untuk belajar itu mengambil handphone dari saku ku. Mulai mendengarkan musik sembari menunggu guru datang. Saat sedang mendengarkan musik. Aku mendengar bisik-bisik yang tidak jelas karena aku sedang memakai earphone. Sepertinya, aku tahu yang mereka bahaskan. Ini tentang kejadian lalu tentangku yang digosipkan mendekati Bima. Ketua kelas yang memang sudah dekat dengan Meli. Aku menaikan volume di handphoneku berharap tidak mendengarkan gosip menyebalkan seperti itu. Tapi, bukankah ini cukup keterlaluan. Mereka mengguncingku secara terang-terangan seolah mereka itu sedang mengintimigasiku. Sialan. Jika mereka menggosipkan diriku tanpa aku mengetahuinya itu tidak masalah. Tapi ini, ini... aku ingin menghentikannya. Aku pun berdiri dan..."Selamat pagi semuanya. Hmm Zahra, sedang apa kau. Cepat duduk pelajaran akan dimulai." Kata guru yang tiba-tiba datang.
"Kenapa si Zahra?" "Dia itu orang aneh ya." "Jangan dekat-dekat atau kau akan terkena kutukan."
Bisik-bisik murid kelas yang seharusnya menjadi teman. Parah sekali, gosip ini seakan memberi mereka rasa benci yang berlebih padaku. Dan kebencian itu tumbuh seakan aku telah berbuat jahat pada mereka. Padahal, aku bahkan tidak pernah merugikan mereka. Aku, kenapa? Kenapa seperti ini. padahal tiga hari lalu, baru saja kebahagiaan tersebut sangat terasa. Baru beberapa hari berlalu dan kenyataan sudah menjadi pahit kembali. apakah yang kemarin itu hanya kepalsuan. Kenapa? Tuhan apakah aku tak berhak bahagia?
"Heh, Balas saja mereka." Kata seseorang yang tidak tahu dari mana asalnya.
Kejadian ini, pernah kualami sebelumnya, ada seseorang yang bicara namun tidak tampak. Tidak ada wujudunya. Dan selalu mengatakan hal untuk balas dendam atau pembalasan. Siapa sebenarnya? Tidak. Apa itu sebenarnya. Hantu? Mana mungkinkan. Arghh kepalaku sakit. Hal tersebut mulai berbicara lagi. Kemudian aku mencoba membalas perkatannya dalam pikiranku.
"Mereka tidak tahu dirimu yang sebenarnya, jika kau mau. Kau bisa membungkam mereka."
"Tidak boleh. Lagipula kau itu siapa? Kenapa kau selalu memprovokasiku?"
"Aku tidak memprovokasimu. Aku memberitahu hal yang harus kau lakukan."
"Tapi itu, caranya salah."
"Kau yang salah. Terlalu lemah. Aku adalah..."
Tiba-tiba saja.
"Zahra." Amel memanggilku.
"Hah?" Aku kebingungan.
"Kau tidak apa-apa Ra? Kau terlihat sangat pucat." Balas Amel.
Aku masih tidak tahu apa yang terjadi. Kulabuhkan pantatku di kursi dan mulai menunduk karena kepalaku sakit sekali. Tubuhku juga menjadi berkeringat entah kenapa. Yang tadi itu, apa-apaan. Aku bicara dengan sosok tak jelas. Dan bahkan dia memarahiku, dan dia mengenal diriku. Seperti dia tahu segalanya tentangku.
"Jangan dengarkan gosip yang ada Ra, Fokus saja mengikuti pelajaran." Lanjut Amel.
Aku pun mengangguk mengiyakan perkataan Amel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zahra love story 「ongoing」
Romance#7 di kategori #psikologis tanggal 30 Maret 2019 ! ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ "Teruslah hidup Zahra" Dua orang yang berbeda mengatakan hal itu. Aku tak mengerti apa hidupku ini berharga atau tidak. Tapi ya yang aku inginkan aku tidak ingi...