Zahra Love Story Chapter 12
Festival Budaya (2)
"Tenang saja, aku tidak akan melakukan sesuatu kok. Silahkan saja duduk dan menikmati keindahan dari pesonaku." Kata Anastasia yang tiba-tiba datang.
Aku hanya terdiam, sebenarnya ingin sekali membalas perkataannya. Hanya saja, terlalu keanak-anakan jika harus membalas hal yang Anastasia lakukan padaku.
"Terima kasih." Jawabku sambil kupaksakan senyum.
Entah jawabanku tepat atau memang apa. Sepertinya itu cukup membuat Anatasia kesal. Terlihat dari wajahnya yang tiba-tiba saja murung.
Lalu, Anastasia pun pergi tanpa berkata apapun. Amel yang melihat kejadian seperti itu sudah geram sejak tadi. Hanya saja, seperti aku. Dia tak berani melakukannya. Padahal dalam hati ingn membela. Namun apa daya tak punya mental seperti baja.
Beberapa saat kemudian acara dimulai. Dengan munculnya dua host dari balik tirai hitam panggung. Mereka membuka acara dengan penuh ceria dengan pakaian yang cukup terbuka. Membuat para pengunjung yang datang terpesona. Ya meski acaranya masih belum dimulai sih. Setelah istirahat siang nanti baru akan dimulai. Saat ini hanya pembukaan dan pemberitahuan tentang susunan acaranya saja.
Mereka juga menampilkan sebuah tutotrial make up sebagai hiburan pembuka.
***
Karena Fashion show nya masih belum dimulai, aku dan Amel pun keluar untuk melihat acara yang lain. Kebetulan ada kelas yang menyediakan wahana rumah hantu. Aku pun berniat mencobanya. Kami bergegas menuju ke sana.
Di jalan kami bertemu dengan Bima, dia menghalangi jalanku. Sementara membiarkan Amel pergi duluan.
"Bisakah kita bicara?" Kata Bima pelan.
"Maaf?" Tanyaku
"Ikut aku." Balas Bima
Bima kemudian menarik lenganku dengan paksa dan membawaku pergi. Aku tak sempat berpamitan dengan Amel. Karena Amel mengerti dia mengangguk dan tidak mengejarku.
Aku masih ditarik Bima, tangannya erat sekali. Keringatnya pun banyak, karena dia baru selesai bertanding futsal.
Daripada itu, aku boleh melepaskan tarikan tangan Bima kan? Lagian aku juga bingung sekaligus takut jika tiba-tiba Bima seperti ini.
Aku takut jika dibawa ke tempat sepi dan Bima melakukan hal yang tidak terduga seperti.... Tidak,tidak, tidak. Ayolah Ra jangan berpikiran seperti itu.
Aku pun memberanikan mengeluarkan suara dari mulutku yang pelit kata.
"Bima!" Bentak ku sembari melepas genggamannya.
Bima pun berhenti dan kami terdiam sejenak. Merasakan angin berhembus tenang di antara kita.
"Maaf Bim. Jangan seperti ini, aku tidak suka." Kataku.
"Bim? Biasanya kau memanggilku Ketua. Apa kebiasaanmu itu sudah hilang? Atau..." Kata Bima sambil memberikan penekanan pada akhir kalimatnya.
"Hehh? Aku tidak bermaksud. Tunggu atau apa?" Balasku
"Atau,... jarak antara kita kini semakin terkikis menjadi lebih dekat?" Kata Bima.
Aku yang menenggar hal seperti itu secara spontan mati kata, mati rasa. Seperti seluruh saraf di tubuh ku hilang fungsi. Dan entah kenapa otak ku tak mampu berpikir dan jantung ku berhenti berdetak seketika.
"Ra, Zahra?" Suara Bima terdengar meredam.
Aku masih di dalam dunia yang berbeda dengan Bima. Pikiran ku masih kosong. Hah apa-apaan sih ini. ayolah diriku bangun. Jangan biarkan diri termakan emosi berlebihan hanya karena perkataan Bima yang tak masuk akal ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zahra love story 「ongoing」
Romantizm#7 di kategori #psikologis tanggal 30 Maret 2019 ! ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ "Teruslah hidup Zahra" Dua orang yang berbeda mengatakan hal itu. Aku tak mengerti apa hidupku ini berharga atau tidak. Tapi ya yang aku inginkan aku tidak ingi...