PROLOG

75 9 0
                                    

Matahari sudah bersinar terang, namun seorang gadis satu ini belum saja bangun dari tidurnya. Alarm yang sudah berulang-ulang berbunyi masih belum bisa membuatnya bangun.

Sepuluh menit berlalu, mata gadis ini mulai terbuka akibat pantulan cahaya matahari yang mulai menerpa wajahnya, dengan malas-malasan ia mengambil ponsel yang berada di sampingnya.

"Telat nih gue!" ucapnya segera berlalu masuk kekamar mandi dan bersiap untuk sekolahnya.

Butuh waktu lima belas menit gadis bernama Alvira itu menyelesaikan kegiatannya untuk bersiap sekolah. Meski hanya diolesi bedak bayi liptint wajah gadis itu tetap cantik.

Ia berlari kelantai bawah, ia baru ingat rumah kali ini sangat sepi, kedua orang tuanya yang jarang sekali bertemu dengannya karna pekerjaannya yang tidak bisa ditunda.

Ketidak lancaran komunikasi seorang anak dengan orang tuanya terkadang menghantarkan ketidakbaikan. Seperti gadis satu ini, bagaimana rasanya dibenci oleh kedua orang tuanya sendiri, itu sangatlah menyakitkan.

***

Alvira kini sudah berada di pagar belakang sekolah, sambil mengatur nafas dan menyiapkan mental untuk memanjat. Ia melempar tasnya masuk kedalam sekolah, barulah ia mulai memanjat dan mengendap seperti maling.

Sudah sedikit murid yang berkeliaran di koridor-koridor sekolah, karena jam pelajaran baru saja dimulai, bahkan sebagian belum.

Dengan gerak cepat Alvira mulai berlari disepanjang koridor menuju kelasnya, tidak ingin kalah dengan lawan larinya yaitu waktu.

Bughhh.

Hingga di belokan koridor tanpa sengaja tubuh Alvira terpelinting kebelakang akibat bertabrakan dengan dada bidang seseorang.

"Ahh goblok!" ia memekik saat bongkongnya jatuh dengan elitenya.

"Woi lo!" teriak Alvira saat menyadari orang yang menabraknya dengan santai melewatinya tanpa meminta maaf apalagi menolongnya.

"Eh bajingan tanggung jawab lo!" langkah laki-laki itu terhenti lalu berbalik menatap gadis yang baru saja meneriakinya.

Alvira membulatkan matanya, ternyata laki-laki itu adalah orang yang berpengaruh disini, dan sepersekian detiknya Alvira mengatup bibirnya rapat.

Laki-laki itu mendekat, menatap Alvira dengan tatapan elangnya, dengan memasukan kedua tangannya di saku celananya.

"Lo harus minta maaf!" ucap Alvira dengan tegas walau nyalinya sudah menciut.

"Oh." ucap laki-laki itu lalu berlalu meninggalkannya.

Alvira menghembuskan nafasnya, ada keberuntungan juga laki-laki itu segera pergi walaupun dirinya masih tidak ikhlas dengan tindakan tidak berprikemanusiaan laki-laki tadi.

***

"Kusut terus muka lo Ra, kenapa?" tanya gadis berambut cokelat yang saat ini duduk di samping Alvira.

Andina Raisha. Yang lebih dikenal dengan panggilan Dina, sahabatnya sejak smp yang kebetulan sekelas dengannya, dengan sifat paling dewasa.

"Ngopi woy!" celutuk salah satu gadis lagi yang duduk di depan mereka.

Tasya Violeta Rever. Gadis imut dengan bertubuh sedikit berisi ini merupakan keturunan keluarga River yang memiliki banyak perusahaan di asia tenggara. Ia juga sahabat dari Alvira dan juga Dina sejak smp yang sebetulan selalu sekelas dengannya.

XI-MIPA3 yaitu kelas mereka

Back to topic.

"Ngapa lo Ra?" tanya Tasya kemudian.

"Lo tau gak sih tadi gue ketemu si kakak kelas super dingin itu, dengan muka gak bersalahnya dia nabrak gue apalagi muka datarnya itu ih kesel tau." ucap Alvira yang akhirnya mengeluarkan unek-uneknya.

"Maksud lo... Senior kita Angga?" ucap Tasya sedikit berteriak.

"Suut, jangan keras-keras dong!"

LOVE SUNSETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang