Di atas panggung...
"Oh, tenggorokkanku... sakit... sakit sekali...", suara Putri Salju merintih kesakitan. Tubuhnya saat ini semakin melemah dan wajahnya menjadi sedemikian pucat. Sambil terus mengerang kesakitan, Putri Salju perlahan rebah dan tergeletak di lantai kayu berwarna coklat tua. Suasana panggung menjadi hening seiring semakin melemahnya suara sang putri yang menahan rasa sakit. Tiba-tiba lampu panggung padam dan ruangan menjadi gelap gulita. Kemudian, menyalalah sebuah lampu seketika menyorot sosok misterius yang berdiri tepat di sebelah kanan Putri Salju. Sosok itu memakai jubah ungu tua dengan kerudung yang menutupi setengah wajah atasnya. Bibir merahnya terlihat mulai menyunggingkan senyum licik penuh kemenangan. Ya, dialah penyihir jahat yang telah melukai sang putri dengan apel beracunnya. Penyihir yang tak perlu diragukan lagi kejahatannya oleh siapapun itu berjalan mendekati tubuh Putri Salju yang tergeletak lemas. 'Tok-tok-tok', suara langkah penyihir membuat suasana hening semakin terasa mencekam. Tak lama kemudian ia menghentikan langkah dan dilihatnya bahwa sang Putri tak lagi bergerak, bahkan suara rintihan yang tadi keluar dari mulutnya kini tak terdengar, sepertinya ia benar-benar sudah mati. Ya, Putri Salju itu memang seharusnya mati. Senyum penyihir makin melebar, ia puas telah berhasil membunuh Putri Salju yang selama ini mengganggu pikirannya. Perlahan suara tawa penyihir terdengar, semakin keras, semakin keras hingga suaranya menggema ke seluruh ruangan. Semua penonton tercengang melihat penyihir jahat itu, mereka semua seolah-olah ikut merasa takut dengan tawa si penyihir yang mampu membuat bulu kuduk merinding. Namun, tiba-tiba sang Penyihir menghentikan tawanya! Sejenak ia terdiam seolah sedang mempersiapkan sesuatu. Kemudian ia melangkah maju mendekati penonton dan perlahan-lahan membuka kerudung dengan jari-jari lentik dengan kuku berwarna hitam mengkilapnya. Akhirnya wajah Penyihir yang masih dihiasi senyum menawan namun terkesan licik dan kejam terlihat seutuhnya. Ia kemudian memandangi para penonton dengan tatapan matanya yang tajam. "Sekarang...", ucap Penyihir itu dengan lantang."Hanya aku. Hanya akulah wanita tercantik di seluruh alam semesta! Ha..ha..ha..ha...", sambungnya lagi disertai tawanya yang keras dan membuat penonton semakin merinding. Kemenangan sudah ada ditangannya, segala yang ia inginkan telah terwujud! Tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan! Itulah yang dipikirkan sang Penyihir. Namun, hal itu ternyata tak berlangsung lama. Disaat ia merasa bebas dan menikmati kemenangannya di atas panggung, tiba-tiba dari arah belakang munculah sosok misterius yang tak dikenal dan tak pernah ia duga! Sosok itu berbentuk raksasa kuning bebentuk kotak dan memiliki banyak lubang ditubuhnya. "Hah? Apa ini?", tanya Penyihir jahat itu penuh keheranan sambil melihat wajah sosok itu yang sedang tersenyum sambil memamerkan dua gigi depannya yang besar. "Sejak kapan cerita Putri Salju punya tokoh kayak gini??", tanya Penyihir pada diri sendiri. Raksasa kuning itu mulai mendekati penyihir jahat tanpa ragu sedikitpun, lalu dari setiap lubang di tubuhnya ia mengeluarkan suara yang sangat keras sehingga menyakiti telinga sang penyihir. Sontak saja penyihir itu terkejut dan berteriak kesakitan melebihi rasa sakit yang dialami Putri Salju. Tapi, tidak hanya si Penyihir, semua penonton pun merasakan hal yang sama! Mereka yang tak mau telinganya ikut rusak pun segera melarikan diri dari ruangan itu. Pertunjukkan menjadi kacau, suara itu benar-benar mengganggu! Sehingga semua properti panggung pun hancur karena suara nyaringnya. Suara itu bahkan mampu membuat Putri Salju yang sudah mati bangkit dan melarikan diri. Sedangkan sang Penyihir masih tetap berdiri disana. Ingin rasanya ia ikut melarikan diri, namun secara ajaib kakinya tak mampu ia gerakkan. 'Kenapa? Kenapa semua ini terjadi', tanya Penyihir dalam hati. 'Kenapa hanya aku yang tidak dapat melarikan diri? Kenapa makhluk ini datang kepadaku? Apa ini?', "Aaaaaaahhhh...", Penyihir berteriak dan berusaha menutupi kedua telinganya serapat mungkin. Namun, suara itu tetap terdengar dan justru semakin keras... Semakin keras... Semakin keras...
*****
"Aaaaaaaahhhhh...!!!" teriak Prisca mendengar alarmnya terus berbunyi keras yang seolah-olah memaksanya untuk segera bangun dari mimpi indahnya. Dengan mata yang masih tertutup ia berusaha meraih jam yang ia yakini berada tepat di atas meja di sisi kanan tempat tidurnya, namun sekeras apapun Prisca mencoba meraihnya, ia tak berhasil menemukannya. Suara itu terdengar sangat keras dan juga dekat sekali di telinganya. Dengan mata tetap tertutup Prisca terus meraba-raba berusaha menemukan jam itu. Sangat mengejutkan! Ternyata jam itu berada tepat di samping telinga Prisca. Dengan kesal Prisca segera membuka matanya dan mengambil jam itu kemudian mematikan suara berisik itu dengan cepat. "Apa-apaan nih? Kenapa jam ini bisa ada di samping telinga gue?", tanya Prisca heran. "Perasaan semalam gue taruh di atas meja", katanya lagi dengan setengah menguap. Ia mencoba mengingat kembali apa yang telah ia lakukan pada jam itu semalam sebelum tidur, namun ia tetap yakin bahwa ia telah meletakkan jam itu tepat di atas mejanya setelah mengatur alarm dan bukan di atas tempat tidurnya, apalagi persis di sebelah telinganya! Setelah beberapa kali mengusap-usap matanya yang masih sembab Prisca melihat jamnya dengan perasaan berat. "Ternyata elo yang masuk ke mimpi gue?", kata Prisca sedikit kesal sambil melihat jam kotak berwarna kuning dengan gambar wajah tersenyum diantara angka-angka yang melingkar. Spongebob. Itulah namanya. Prisca terus memerhatikan jamnya seolah ada yang mengganjal hatinya, ia juga melihat senyuman menyebalkan Spongebob yang telah merusak mimpinya, kemudian ia memerhatikan setiap angka yang tertulis pada jam, dan akhirnya ia tersentak hingga rasanya seluruh nafasnya telah habis ketika matanya berhasil menangkap kejanggalan yang sedari tadi ia rasakan! "Astaga!" teriak Prisca setelah berhasil mengembalikan nafas yang sempatr tertahan itu sambil melotot. "Masih jam lima pagi?" teriaknya lagi. Prisca sangat terkejut dan seolah-olah tak percaya dengan apa yang baru dilihatnya. "Wah parah nih!" kata Prisca kesal sambil menunjuk jam yang masih ia genggam, sepertinya Prisca merasa benda mati itu yang telah melakukan kesalahan besar terhadap dirinya. "Sialan! Gue lagi enak-enaknya mimpi indah harus lo bangunin sekarang?" kata Prisca tak terima dengan apa yang ia alami, ia segera meletakkan jam itu ke atas meja dengan kasar. Prisca berusaha menenangkan dirinya, ia memejamkan mata, mengambil napas panjang lalu menghembuskannya. "Hmm", gumam Prisca seraya membuka mata. Setelah merenung sejenak, akhirnya ia tahu siapa dalang di balik semua ini. "Ini pasti kerjaan mama!" kata Prisca mengambil kesimpulan. Ia tiba-tiba teringat dengan perkataan mamanya semalam, "Prisca, kamu itu harus belajar bangun pagi biar nggak terlambat terus kalau ke sekolah!" lalu, "kalau besok kamu nggak mau bangun, biar mama yang bangunin kamu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
High School, I'm in Love
Teen FictionKisah romansa remaja. Prisca si gadis ceria yang selalu bertengkar dengan kakak kelasnya, Davis yang telah merusak hubungannya dengan cinta pertamanya, Alex. Dalam perjalanannya yang dilengkapi dengan kisah persahabatan dan mimpi dalam dunia teater...