Part 14

4 0 0
                                    


"Selamat pagi, semuanya!!!", sapa Tasya sambil berjalan ke ruang makan dan bergabung bersama anggota keluarganya yang lain. "Pagi...", balas semua keluarganya yang sudah lebih dulu duduk disana. "Wah... ada mendoan!", seru Tasya ketika melihat gorengan yang seolah langsung memanggil namanya. "Ayo, kita makan", ajak Ibu Meldy segera setelah selesai berdoa. Tasya langsung menyambar mendoan yang sedari tadi sudah menarik perhatiannya, sedangkan Anita hanya mengambil semangkuk sop dan memakannya tanpa nasi. "Kok kamu makannya sedikit, Anne?", tanya mamanya heran.

"Iya, ma. Soalnya hari ini Anita lagi nggak nafsu makan", jawabnya lembut.

"Tumben? Lagi diet?", celetuk Tasya sambil mengunyah makanannya. Mendengar celetukan Tasya, wajah Anita pun tertunduk malu-malu.

"Diet? Kamu? Serius?", tanya papanya yang langsung terkejut mengetahui putrinya sedang diet. Memang, dibandingkan dengan Tasya, Anita justru lebih dikenal doyan makan. Tak salah jika kabar dietnya mengejutkan semua orang. "He...he...he... iya, pa", jawab Anita jujur.

"Kok tiba-tiba mau diet? Kenapa?", tanya mamanya.

"Apa lagi? Jelas Kak Anita lagi jatuh cinta! Makanya dia mau ngurusin badan", jawab Tasya seolah pertanyaan itu diberikan kepada dirinya.

"Diem lo! Gue nggak lagi jatuh cinta kok!", sanggah Anita sambil memelototi Tasya yang duduk diseberang bangkunya.

"Jatuh cinta? Sama siapa?", tanya mamanya lagi seolah tak mendengar sanggahan Anita barusan.

"Anita nggak lagi jatuh cinta kok, ma! Ngapain juga Anita repot-repot diet cuma karena jatuh cinta?", kata Anita kembali menekankan.

"Hmm... cowoknya ganteng nggak, Anne?", timpal papanya. Sepertinya tidak ada satupun orang di rumah itu yang mendengarkan kata-katanya. Anita pun hanya diam karena kesal, sedangkan yang lainnya hanya tertawa melihat Anita cemberut. Mungkin mereka hanya menggoda Anita, tapi bukan berarti mereka sungguh-sungguh tak penasaran dengan laki-laki yang tak diakui Anita itu. Sedangkan gadis yang mengaku diet itu pun tetap memakan sopnya hingga habis.

"Wah, kayaknya hari ini bakalan hujan deras, nih!", kata Tasya sambil memandang awan mendung dari teras rumahnya. Untung saja hari ini papanya dapat mengantarnya ke sekolah sembari pergi bekerja, jadi ia tak perlu khawatir kehujanan di jalan. "Nanti kamu pulang jam berapa, Sya?", tanya papanya sambil berjalan keluar, diikuti oleh mamanya dan Anita yang kebetulan hari ini tak ada kuliah. "Sekitar jam empat sore, pa. Soalnya nanti mau ada rapat kelas lagi. Kan sebentar lagi mau ada acara FKS di sekolah Tasya", jawab Tasya.

"Oh, acara kesenian itu ya? Yang kamu bilang Prisca bakalan tampil di drama?", tanya Bu Meldy semangat.

"Iya, ma! Lebih tepatnya sih, teater!", kata Tasya mengoreksi.

"Yah, itulah pokoknya", balas Bu Meldy sambil tertawa.

"Oh, ya udah, nanti kalau misalkan hujan pas kamu pulang, minta kakak kamu jemput aja!", kata Pak Hartono menyarankan, namun saran itu segera ditolak mentah-mentah oleh Anita. "Nggak mau, ah! Anita kan hari ini sibuk. Ada kerja kelompok sama temen-temen", katanya ketus. Mungkin ia masih dendam karena kejadian di meja makan tadi. Menanggapi tingkah kakaknya itu, Tasya hanya meliriknya dengan sinis. Tak salah jika ia selalu menyebut kakaknya si Penyihir Jahat. "Nggak usah! Aku bisa pulang bareng Prisca nanti. Soalnya Prisca bilang hari ini kakaknya bakalan jemput dia. Jadi aku bisa nebeng dia, kok. Nggak perlu dijemput!", kata Tasya masih sambil melirik Anita yang terus bersikap acuh tak acuh.

"Kakaknya yang waktu itu datang ke rumah? Yang baru pulang dari luar negeri itu? Siapa namanya?", tanya Bu Meldy sambil berusaha mengingat-ingat sosok Mario yang baru sekali ditemuinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

High School, I'm in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang