Part 5

20 4 6
                                    

"Prisca?", Emi terkejut dan mendadak emosi mendengar nama Prisca, orang yang pernah membuatnya kesal karena dianggap terlalu dekat dengan Davis saat MOS. Ia melihat Davis dan berharap Davis tak menyetujui jika Prisca menjadi salah satu bintang dalam pertunjukkan teater sekolah karena hal itu tentu saja dapat menjadi ancaman bagi dirinya. Namun, Davis justru mengangguk-anggukan kepalanya seolah menyetujui pendapat Tasya. "Prisca? Cewek yang dulu pernah nyiram Kak Lola pakai soda itu bukan, sih? Lu juga kena kan, Em?", tanya Denta mencoba mengingat sosok Prisca sambil tertawa kecil.

"He...he... iya kak", jawab Tasya malu-malu mengingat insiden satu tahun yang lalu itu sambil melirik Emi yang ikut menjadi korban.

"Dia bisa acting?", tanya Denta.

"Jago banget kak!", seru Tasya penuh semangat.

"Oh iya. Gue inget! Gue pernah lihat dia acting sendirian di taman pagi-pagi. Bagus kok!", celetuk Melani. Mendengar pernyataan itu Tasya semakin bingung dibuatnya. Entah bagaimana ia harus menanggapi perkataan Melani itu. Haruskah ia mewakili Prisca untuk berterima kasih atas pujian yang diberikan atau berusaha menutupi tingkah aneh yang sering dilakukan oleh sahabatnya itu. "Oke. Kalau gitu minta dia buat berpartisipasi di teater ini ya. Untuk info selanjutnya nanti kita bahas lagi setelah pertemuan sama pihak guru", kata Davis.

"Yup! Gue setuju! Nanti gue juga yang akan sampein hasil rapat kita hari ini ke guru-guru dan kepala sekolah. Notulen nanti bisa bantu gue buat bikin laporannya", tambah Denta. Setelah perbincangan yang serius dan cukup panjang itu pun rapat akhirnya selesai dan ditutup dengan doa. Semua anggota OSIS segera meninggalkan ruang rapat karena mengingat waktu sudah menunjukkan hari yang sudah semakin sore.

***

"Apa? Yang bener lo?", tanya Prisca gembira setelah Tasya menjelaskan rencana OSIS untuk menampilkan pertunjukkan teater di Festival Kesenian Sekolah nanti. Tasya mengangguk mantap. "Sebenernya sih baru minggu depan rencana ini diumumin, tapi karena OSIS minta gue buat ngasih tahu ke lo dulu biar lo mau ikut, jadi ya gue langsung kasih tahu ke elo! Gimana? Baik kan gue?", tanya Tasya dengan tersenyum bangga. "Ha...ha... iya, lo baik banget! Gue cinta sama lo! Ha...ha...", jawab Prisca yang segera memeluk sahabatnya itu. Ia sangat senang sekali karena pada akhirnya ia bisa kembali berakting dalam pertunjukkan teater seperti waktu ia masih duduk di Sekolah Dasar dulu. "Tapi... pelatihnya siapa, Sya?", tanya Prisca.

"Nah, kalau itu gue belum tahu! Katanya sih besok Sabtu baru mau dikenalin ke pihak sekolah", jelas Tasya. "Oh... ya udah deh! Yang penting gue bisa acting lagi! Yeeee!!", Prisca bersorak gembira sambil melompat-lompat. Tasya merasa geli melihat tingkah Prisca yang seperti anak kecil itu, namun sebagai sahabat ia tetap merasa senang bisa membuat Prisca tertawa gembira seperti saat ini. "Tapi lo tetep harus ikut audisi ya, Pris. Soalnya pelatih dan OSIS juga harus lihat kemampuan lo dulu. Gue juga penasaran sih sama acting lo, soalnya selama ini kan gue belum pernah lihat kemampuan lo yang sebenernya. Sejauh ini kalau lo acting pasti buat ngerjain gue dan temen-temen!", kata Tasya ketus. "Ha..ha.. sorry deh, Sya. Iya, gue pasti ikut audisi kok."

"Bagus deh! Persyaratannya bisa lo lihat minggu depan", tambah Tasya.

"Ok", jawab Prisca mantap.

*****

Musim panas masih berlangsung, walaupun angin terus bertiup cukup kencang, tetapi udara di kelas masih terasa pengap dan panas. Karena kondisi yang dianggap kurang kondusif inilah para murid kekurangan semangatnya untuk belajar. Rasa panas, gerah, dan juga kantuk yang dirasakan oleh mereka bahkan membuat mereka malas untuk duduk dengan tegap. Jam sudah menunjukkan pukul 14.00, meskipun satu jam lagi kelas akan selesai tetapi mereka sudah tak sabar untuk kembali pulang. Mungkin seharusnya mereka mendapatkan mata pelajaran yang lebih menyenangkan di jam terakhir agar tak terlalu merasa bosan, namun anehnya banyak sekolah yang menjadwalkan mata pelajaran yang membosankan sebagai jam terakhir mereka, termasuk sekolah Prisca.

High School, I'm in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang