"Prisca!", panggil Reza segera setelah Prisca kembali ke kelas dari pertemuannya dengan Davis, masih membawa map itu. "Gimana? Udah dapat kabar dari Tasya? Dia sakit apa?", tambah Reza. "Oh, dia nggak sakit parah kok. Cuma sakit perut aja. Biasalah cewek, penyakit bulanan", jawab Prisca santai, lebih tepatnya kurang semangat.
"Penyakit bulanan? Maksudnya?"
"Yaelah, gitu aja nggak ngerti? Dia lagi datang bulan. Makanya nggak masuk!", jawabnya blak-blakkan dengan sedikit kesal karena Reza terus bertanya. Entah karena Reza terus menanyakan Tasya atau karena ia gagal menyerahkan map itu pada Davis padahal sudah bertemu.
"Oooh... itu? Kirain sakit apaan. Bagus deh kalau gitu", jawab Reza. Suara Reza kembali membuat Prisca bingung. Sepertinya ada perasaan lega dari nada bicara Reza. Mungkinkah Reza benar-benar merasa khawatir dengan Tasya? Bukankah ia menyukai Prisca? Tapi, kenapa dia begitu mencemaskan Tasya seperti seorang laki-laki yang mencemaskan kekasihnya? Entahlah. Saat inipun perasaan Prisca juga sedang tak menentu. Entah ia sedang menyukai Reza atau orang lain.
***
Bel pulang telah berbunyi, semua murid mulai berhamburan keluar dari kelas mereka masing-masing. Davis dan Denta keluar kelas bersama-sama sambil terus berbincang-bincang seru mengenai kegiatan FKS dan seputar obrolan laki-laki lainnya hingga kehadiran Prisca menghentikan mereka. Prisca kembali berdiri didekat papan mading dekat kelas Davis, tidak lupa dengan map coklat dari Pelatih Dro yang tadi belum sempat ia berikan pada Davis. "Davis!", panggil Prisca begitu melihat Davis melintas dihadapannya bersama Denta. Kali ini ia berani memanggil Davis dengan lantang, tak peduli jika kakak-kakak kelasnya yang lain kembali memandanginya dengan tatapan yang aneh. "Gue harus kasih map ini sekarang! Gue nggak mau lagi keganggu sama pikiran-pikiran aneh soal dia! Pokoknya abis map ini gue kasih, urusan gue sama Davis selesai! Ya, selesai!", batin Prisca dengan penuh tekad. "Prisca? Kok lu disini lagi? Ngapain?", tanya Davis yang segera menghampiri dirinya.
"Uhm, bisa ngobrol sebentar?", tanyanya pada Davis. Sesaat Denta ragu meninggalkan mereka berdua disana karena pertemuan mereka biasanya mengandung perdebatan, pertengkaran, dan cemooh antara satu dengan yang lain. Namun akhirnya ia memutuskan pergi setelah melihat wajah mereka yang sedikit meyakinkan seolah berkata 'kami baik-baik saja'. "Ya udah, gue jalan duluan ya, Dave!", katanya berpamitan pada Davis. "Okay. Hati-hati, Den!", balas Davis sambil tersenyum.
"Siip! Bye, Prisca", ucap Denta dengan lembut sambil melambaikan tangannya yang segera dibalas oleh Prisca dengan senyuman manis yang jarang sekali terlihat. Sejujurnya senyuman itu justru membuat Denta kembali cemas.
****
"Mau ngomong apa?", tanya Davis pada Prisca setelah keduanya duduk bersama di bangku taman sekolah. Prisca segera menyodorkan map coklat itu pada Davis tanpa memandang dirinya. "Apa ini?", tanya Davis bingung.
"Ini titipan dari Pelatih Dro. Kemarin Jumat beliau minta gue buat kasih ini ke elo", jawab Prisca, menjelaskan alasannya menemui Davis.
"Jadi, dari tadi lu mau ngasih map ini ke gue? Kenapa nggak lo kasih ke gue waktu ketemu tadi?", tanya Davis yang ternyata sudah menyadari keberadaan map itu ditangan Prisca siang tadi, namun sepertinya ia sengaja tak menanyakannya. "Iya. Soalnya tadi lo kan mau ke kantin, gue pikir mending gue kasih waktu lo mau pulang aja daripada lo bawa-bawa ini ke kantin", kata Prisca beralasan. Alasan yang sebenarnya tidak masuk akal.
"Tapi kan gue bisa taruh di kelas gue. Kan kelas gue deket sama tempat kita ketemu tadi", jawab Davis. Prisca langsung terdiam. Jawaban Davis memang masuk akal, alasan apa lagi yang harus ia berikan?
"Iya juga sih. Sorry deh", kata Prisca singkat sambil menyembunyikan wajah bingungnya.
"Dih, ngapain lu minta maaf? Gue kan cuma nanya", kata Davis sambil tertawa geli mendengar pernyataan Prisca yang menurutnya sangat aneh. Ya, hari ini Prisca memang sangat aneh jika Davis mau menyadarinya. Ditertawakan begitu, Prisca hanya bisa diam saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
High School, I'm in Love
Roman pour AdolescentsKisah romansa remaja. Prisca si gadis ceria yang selalu bertengkar dengan kakak kelasnya, Davis yang telah merusak hubungannya dengan cinta pertamanya, Alex. Dalam perjalanannya yang dilengkapi dengan kisah persahabatan dan mimpi dalam dunia teater...