Part 2

37 3 1
                                    

"Heh Prisca! Lo itu kayaknya emang pembuat masalah ya?", kata Emi tiba-tiba memaki Prisca yang sedang duduk istirahat bersama Tasya. "Maksud kakak apa?", tanya Prisca tak mengerti. "Alah... nggak usah pura-pura begok lo! Sikap lo yang sok polos itu bikin gue tambah enek tahu nggak?", kata Emi mulai berlebihan. "Maaf ya kak, aku bener-bener nggak tahu maksud omongan kakak itu apa? Dan aku rasa sebagai kakak kelas dan terlebih lagi seorang OSIS, kakak nggak sepantesnya ngomong gitu!", jawab Prisca dengan berani. "Oh, udah mulai berani lo ya sama gue? Nantangin gue lo?"

"Udah kak, tolong dong jangan bikin keributan," timpal Tasya.

"Heh! Lo diem aja ya! Ini urusan gue sama Prisca!" bentak Emi lagi. Tasya akhirnya memilih untuk diam karena tak ingin menambah keributan. Mata Emi kembali menatap Prisca. "Apa yang udah lo lakuin sampai Davis marah kayak gitu? Jawab!"

"Aku nggak ngelakuin apa-apa. Aku juga bingung kenapa tiba-tiba kak Davis marah kayak gitu," jawab Prisca dengan jujur, namun tentu saja Emi tak percaya dengan Prisca. Keributan itu terasa makin heboh sehingga mengundang banyak perhatian. "Denger ya Prisca, lo itu baru tiga hari masuk ke sekolah ini, tapi keributan yang lo buat itu udah banyak banget, tahu nggak?" kata Lola ikut-ikutan memarahi Prisca. Tentu saja ia masih kesal dengan Prisca yang telah menyiramkan air soda ke wajahnya kemarin. Serta yang telah membuatnya dihukum oleh guru.

"Tapi gue bener-bener nggak tahu!", jawab Prisca dengan lantang dan tegas. Ia yakin bahwa dirinya bukanlah penyebab kemarahan Davis siang ini.

"Lo tuh...", "Emi!" bentak Cindy tiba-tiba memotong pembicaraan Emi yang dianggap semakin kasar. "Berhenti marahin Prisca!" kata Cindy sambil berjalan mendekati mereka. "Kenapa sih, kak Cindy?" protes Emi.

"Kenapa? Harusnya gue yang nanya sama lo. Kenapa lo nyalahin Prisca? Memangnya atas dasar apa lo bilang kalau Prisca yang bikin Davis marah? Dan lagipula, kenapa lo yang marah kalau Prisca ada masalah sama Davis? Seharusnya Davis yang nyelesein masalahnya sendiri."

"Ya karena...", Emi menjadi terbata-bata mendengar pertanyaan Cindy yang bertubi-tubi. "Ya karena aku nggak suka aja kalau ada anak baru yang suka bikin masalah. Gimana dia ke depannya nanti? Lagian dari kemarin cuma Prisca kan yang suka bikin onar?" kata Emi meyakinkan. Semua orang pun mulai berpikiran yang sama dengan Emi. Jika diingat-ingat lagi, memang Prisca satu-satunya murid baru yang paling banyak terlibat masalah, terlebih lagi setelah kejadian ia menyiram wajah Lola dengan air soda itu. Posisi Prisca benar-benar tidak diuntungkan saat ini.

"Tapi kali ini aku bener-bener nggak tahu kenapa kak Davis marah," Prisca mencoba membela diri.

"Iya, aku percaya kok kalau kali ini bukan karena Prisca," tambah Tasya.

"Terus kenapa tadi Davis teriak sama lo?" tanya Lola sambil memandang Prisca. Semua ikut memandangnya termasuk Cindy yang seolah-olah baru menyadari bahwa saat itu mata Davis terus menatap Prisca dengan tajam. "Ya, ya kalau itu aku nggak tahu kak. Aku juga bingung."

"Ada apa sih ini?" tanya Davis heran melihat banyak orang berkerumun disana. Semua memandangi kedatangannya termasuk gadis-gadis yang sedang berdebat itu. "Kak Davis..." gumam Prisca. "Davis!" teriak Cindy. "Akhirnya lo muncul juga," katanya lagi.

"Emangnya ada apa? Kalian tadi ngapain sih?" Tanya Davis semakin heran.

"Iya. Ini gara-gara kejadian tadi siang. Kenapa sih lo tiba-tiba marah? Apa lo marah sama Prisca?" tanya Cindy lagi sambil menunjuk Prisca yang terlihat bingung. Melihat kebingungan Prisca, Davis pun merasa lebih bingung bagaimana untuk menjelaskan semua ini. "O-oh itu? Itu... bukan karena Prisca kok!" kata Davis kemudian membuat Emi dan kawan-kawannya tercengang. "Terus kalau bukan karena Prisca, lo marah karena apa? Kan dari kemarin cuma Prisca yang bikin masalah," tanya Lola.

High School, I'm in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang