[BAG 2] : Lamaran.

162 59 44
                                    

Bersabarlah.
Kau perlu tau, wanita yang tengah coba kau cintai itu, dulu juga pernah sangat mencintai seseorang sebelum kemudian ia ditinggalkan pergi menjadi kepingan yang jauh lebih kecil dari patah hati - patah hati yang sebelumnya.

***

Ia menurunkan kain Niqob yang menutupi wajahnya, mulai kelihatan dari hidung, mata, kembali bibir. Wajahnya sudah terlihat di hadapan pemuda itu.

Entah dari perasaanya, ia melihat dari ujung matanya kalau pemuda itu tersenyum.

Hening. Semuanya diam, seakan terpaku dengan kecantikan wanita yang bernama Khayla, Nama yang begitu membuat candu.

Pemuda itu menarik ujung bibir membentuk sebuah senyuman kecil, hanya sedikit. Sedikit!

"Masya Allah, sungguh cantik anak ini, Bagaimana, apa kamu menyukai Khayla?" tanya Dian kepada pemuda, Anaknya.

Pemuda itu mengangguk singkat, kembali ke wajah dinginya.

"Ya, Mah." Dian menghela napas lelah, Hanya itu?

Dian, menatap Khayla yang tetap menunduk, menyembunyikan rona malu yang sedari tadi menghiasi pipinya. Pipinya memanas, belum lagi udara yang di dekatnya terasa terkikis.

"Khayla? Angkat kepalamu, lihatlah Anakku, jika engkau tidak menyukainya, kamu berhak menolak lamaran ini." begitu kata Dian.

Khayla menelan ludah, gugup. Ia tertawa dulu di dalam hati, tetapi bukanya tertawa dia malah meringis.

"Nak, Khayla?"

"Iya, buk... "

"Tolong angkat kepalamu dan lihat wajah anak saya, jika kamu tidak menyukainya, kamu berhak menolak lamaran ini."

Khayla mengangkat kepalanya pelan -pelan, Dentuman jantung nya terdengar jelas, bibirnya bergetar kecil.

Pertama kali yang Ayla tatap adalah mata dari pemuda itu, warnanya coklat hazel, namun tatapanya terlibat intens. Khayla melihat wajah Tampan pemuda berpeci itu, Terakhir Alis yang sangat tebal, seperti bukan orang Indonesia asli.

Khayla kembali menunduk, bibirnya terbuka. "Ibu bisa ngasih Ayla waktu? Ayla mau mempertimbangkan semua ini dulu, Afwan soalnya ini terlalu mendadak buat Ayla, "

Dian tersenyum binar, ia tergungah haru. Dian menatap Rahman dengan sangat bersyukur, pemuda itu masih datar. Tidak menampilkan ekspersi nya.

"Bisa nak, ibu bisa beri kamu waktu 1 hari buat mempertimbangkan semuanya, insya Allah semoga berjodoh, "

Rahman tersenyum manis ia menatap Abi Ayla, "Semoga anak kita berjodoh yah, Rief. " Syrief sebagai Abi Ayla mengangguk tegas.

"Semoga saja, " Akhirya mereka membicarakan hal-hal yang di luar kepala Ayla, sementara Ayla hanya diam menunduk sambil memainkan kukunya.

Tidak berniat mendogakan kepalanya jika saja ia mengangkat pandaganya pasti akan bertemu dengan mata hazel pemuda itu.

Karena sedari tadi ia merasakan pemuda itu terus memperhatikannya, membuat ia mau tidak mau gugup setengah mati.

"Baiklah, Maryam. Lusa saya akan datang kesini, jika nak Ayla sudah menemukan jawabannya, " Ayla tersenyum, Iya berdiri ketika semua orang berdiri Ayla sekilas melirik pemuda itu, pemuda tersebut membenarkan baju koko dan peci nya.

Kedapatan.

Ayla memalingkan wajahnya panik ia memasang kembali niqabnya, di balik kain yang ia mengigit bibirnya gugup, sangat gugup. ia kedapatan memandangi pemuda itu, saat ini masih dipertanyakan muhrim atau belum.

"Ayla, Ibu pulang yah, Fii Amanilah nak, " Ayla mengecup punggung tangan Dian, selanjutnya Abi Ayla.

Terakhir.

Ayla menyatukan tanganya di depan dada saat ia berhadapan dengan Pemuda itu, Agama mengajarkan, lebih baik kalian menyentuh timah panas, dari pada menyentuh wanita yang bukan mukhrimnya.

Pemuda itu juga menyatukan tanganya singkat, lalu mencium kedua orang tua Ayla, Lalu terkahir ke Reza.

Mereka terlihat sangat Akrab, sebab saat memeluk Reza, Kakak dari Ayla. Reza menepuk pundak Pemuda itu sambil terkekeh.

"Aku balik yah, Za."

Pertama kalinya, Ayla berkedip. Itu pertama kalinya pemuda itu bersuara namun terdengar sedikit ramah, Namun tidak mengurangi wajah datarnya.

Semuanya keluar Rumah, kecuali Ayla dan Fana.

Ayla menghempas kan badannya ke sofa ia mengusap wajahnya dengan gusar Fana melihatnya terkekeh geli, ia mengetahui Ayla Frustasi.

"Hayooo, yang katanya sebentar lagi bakalan Walimah, Hayoo!" Fana menoel-noel lengan Ayla membuat Ayla mendecak malas memandangi Fana.

"Pikirkan baik-baik, nanti kak Reza bakalan ceritain Biodata milih anak ibu Dian, ganteng lho anaknya!" Fana berdiri memperbaiki niqab yang sedari tadi menutup wajahnya ia berbalik menepuk pundak Ayla.

"Ay.. berpikir dua kali yah, Jika kamu mau menolaknya, " setelah itu Fana masuk kedalam dan mengambil bingkisan dari ibu Dian, yang berisikan buah tangan.

Ayla mengerutkan dahinya, tidak mengerti arti dari ucapan Fana.

"Udah! Gak usah di pikirin, Ay, Ada Mas Reza yang sebentar jelasin semuanya!" Fana berteriak dari arah dapur.

Ayla mendegus kezel. "Kebiasaan kalau bicara, suka berteriak!" gerutu Ayla cemberut.

"AYLAA! KAKAK DENGER LHO YAH!"

***

KEKASIH IDAMAN~KU [Short story 1] SLOW UPDATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang