[BAG 4] : PERSETERUAN.

128 53 21
                                    

Pagi ini rumah Ayla sudah sangat ramai, semalam, Maryam menelfon Dian dan dengan sepertujuan Ayla Maryam mengatakan, bahwa Ayla sudah menerimanya.

Ucapan syukur dan terima kasih berkali-kali Ibu Naufal mengatakanya, tak elak. Beliau sungguh sangat bahagia, mendengar bahwa Ayla akan segera menjadi calon menantunya.

Yang pertama.

Rumah Ayla sudah ramai di penuhi dengan sanak keluarga, Kakak dari Ayla, Faris juga sudah tiba dari kalimantan. Anak kedua dari Maryam sudah mempunyai anak, juga kembar.

"Bunna, kok banyak olang sih?" Tanya Devin anak dari Faris yang terlahir kembar juga sangat tampan.

Umurnya masih 4 tahun, sifatnya berbeda dengan Devan, Devin adalah balita yang sangat Aktif, sedangkan Devan, adalah balita yang sangat pendiam. Seperti ayahnya, Kakak dari Ayla Faris.

Ayla menunduk. menyamakan tingginya dengan Devin, "Bunna lagi ada tamu, " jawab Ayla tersenyum.

"Tamu? kata Ibu, Bunna mau di ambil sama olang, yah? Bunna mau tinggalin Devin yah?" balita itu nyaris menangis, dia menatap bola mata Ayla dengan mata yang sudah berair.

Ayla tersenyum. ia mengecup pelipis Devin lama, "Bunna gak di ambil orang, Bunna punya Devin, Semuanya. Bunna gak pergi, sayang. "

"Tapi kata Ibu, Bunna mau nikah, 'kan?" ucap Devan, balita itu mengalihkan pandanganya ke arah lantai di bawahnya, tidak mau melihat Ayla.

Devan terlihat dingin hari ini, Ayla cuman akan menikah, bukan pergi jauh meninggalkan semuanya.

Ayla tertegung sesaat. Ayla berjalan ke arah ranjangnya di mana Devan sedang mengigit kukunya, "Bunna memang mau nikah, tapi bukan bunna pergi jauh tinggalin Devan dan Devin, bunna Ay sayang sama Kalian, Bunna Ay gak mau ninggalin kalian, okey?"

"Nanti Kalau bunna nikah, bunna gak mau peluk Devan lagi, Bunna gak mau belikan Devan mainan lagi, 'kan?" Devan berusaha untuk tidak menangis, Devan menghapus air matanya yang keluar.

Anak sekecil mereka bahkan merasakan sakit hati jika orang yang sangat di cintainya akan meninggalkanya, ya walaupun Ayla tidak meninggalkan pergi jauh, tetapi tetap saja merasa kehilagan.

Ayla memeluk Devan dan Devin dengan rasa penuh haru, Ini rasa bahagia sesunggunya, ketika orang di sekitar kita akan sangat sedih jika kita akan benar milik orang lain.

Lalu? Bagaimana dengan orang tuanya? Bukan kah, mereka yang akan lebih merasa kehilangan? Putri satu-satu mereka sudah akan pergi dan di ambil oleh orang, sementara sejak bayi dia hidup dengan cinta dan kasih sayang keluarganya, lalu ketika ia sudah dewasa, dan dia akan menikah, dia akan pergi dengan keluarga suaminya? Ayla melipat bibirnya, ia hampir menangis, Air matanya tak bisa di tahan, isakan ia hentikan.

Ayla mengecup kepala Devan dan Devin bergantian. dan melepaskan pelukanya.

Bungsu Arief itu tersenyum lebar, "Bunna tidak akan pernah pergi dari kalian, Bunna sayang sama kalian. Kalian sayang, 'kan sama bunna?"

Devan dan Devin mengangguk, Tanpa di sangka Devan memeluk leher Ayla dan menangis terisak-isak. "Devan sayang sama bunna, De-devan tidak mau talau Bunna di ambil sama olang, nanti meleka jahatin bunna, Devan gak mau bunnaaa! Hiks,.. " Devan menangis terisak-isak, Devin sudah tenang saat mendapatkan robot di kamar Ayla.

"Sstt... Bunna juga gak mau kehilangan Devan kok," ucap Ayla sambil mengelus punggung Devan dengan lembut.

"Ajaib Ay, Anak gue yang cuek bisa aja lo bikin nangis, " ucap Marina Istri dari Faris mencibir.

"Seumur hidup, Devan baru nangis 2 kali selama ia hidup!" Marina duduk di ranjang Ayla, langsung mengecup pipi Devin.

Devin memandang mamanya, ia langsung mengelap bekas Ciuman Marina di pipinya dengan bajunya.

Marina melogo melihat nya, "Dasar anak kulkas!" Gerutu Marina, Ia di kerjai oleh anak sendiri.

"Waktu Devan lahir nangisnya cuman bentar doang, lah sekarang ia nangis juga bentaran, " Ayla duduk di dekat Marina.

"Ya, mbak nya harus sabar, Devan seperti ini dari Mas Faris, Kalau Devin ya dari mbak Rina, " Ayla terkekeh. ia mengelus rambut Devan di pangkuanya, "lagian ya mbak, Anak ini emas lho, gak semua orang punya anak kembar, sekalipun kembar, sifatnya pasti berbeda-beda, "

Ayla sedikit menerawang, "Gak kerasa yo mbak, Sekarang aku udah mau nikah aja lho, padahal waktu kemarin aku masih merasa di suapin sama Umi, sekarang aku udah mau nikah."

Marina menghela napas. ia mengelus lengan Ayla, "Menikah itu bukan perkara mudah, harus saling percaya satu sama lain, saling terbuka, saling menjaga kepercayaan masing -masing, komitmen, melewati cobaan kerikil-kerikil rumah tangga kamu, bersikap dewasa juga sangat perlu."

Ayla tersenyum memegang tangan iparnya lembut, "Doa-in ya kak, semoga lancar. "

"iya, aku tuh udah anggap kamu sebagai adik aku sendiri."

***

Lain hal-nya dengan di rumah Dian Susan, kediaman Nakula itu amat sangat mencekam.

"Saya tidak meminta kamu datang ke Pernikahan saya nanti! Kamu hanya bikin kacau suasana asal kamu tau itu!"

Arneeta mengertak giginya. Berbicara dengan Nakula selalu menguras tenaga, "Banyak wanita lain di luar sana yang lebih cantik! Yang lebih keren! Kenapa harus cewe Pakai Cadar itu sih? Gak ada yang lain apa?"

"Netta! Jaga ucapan kamu! Ayah tidak pernah mendidik kamu menjadi kurang ajar begini sama saudara kamu sendiri!" Rahman membentak marah.

"Kamu sangat keterlaluan! Keras kepala!" Gertak Rahman.

"Yah, udah. " Nakula bersuara. Nakula memandang Arneeta dengan dingin,

"Kalau kamu tidak mau menerima dia sebagai ipar kamu, saya tidak keberatan. Lagian, saya yang mau menikah bukan kamu, saya bisa cari calon pendamping sendiri, Urus sama dirimu sendiri, apa yang kurang dengan dirimu. berhentilah mencampuri urusanku, urusi urusanmu sendiri."

"SEHARUSNYA LO BERTERIMA KASIH SAMA GUE!" Arneeta berteriak dengan lantang, kediaman itu sangat mencekam. udara terasa terkikis di sekitarnya.

Nakula tetap dengan wajah datarnya, "Saya tidak pernah meminta bantuan kamu, saya tidak meminta, kamu untuk mencampuri urusan pribadi saya, Intropeksi dengan dirimu itu, berhenti mencampuri urusanku."

Nakula berjalan ke arah Rahman dan mencium telapak tanganya, "Nakula berangkat ke kantor dulu, kabari Nakula kalau mamah udah mau ke rumah pak Arief."

suara sepatu Nakula saling bersahutan, umpatan Arneeta di tak hiraukan oleh Nakula.

Dendam itu semakin besar, membuat darah dan api saling berkobaran.

***

TBC.

Happy reading, dear.

KEKASIH IDAMAN~KU [Short story 1] SLOW UPDATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang