[BAG 9] : kebencian Arneeta

117 22 36
                                    

Allah itu Maha Penyayang. Kita saja yang senang mengulangi maksiat setelah mengaku bertaubat.

Apakah kamu pikir setelah berhijrah akan Allah biarkan kau begitu saja?

Tidak...

Akan ada banyak ujian-ujian setelahnya yang menemani perjalanan hijrahmu. Untuk mengetahui sampai di mana upayamu berjuang untuk tetap berada dalam koridor keimanan.

Allah tidak akan membiarkan kamu ujub. Allah tidak ingin memberi celah untuk kau bisa merasa aman dengan hijrahmu. Allah akan berikan sedikit cobaan agar kau tetap khusyuk dalam ibadah-ibadahmu.

***
Mata tajam Arneeta menusuk tepat di mata Ayla ketika pertama kali bertemu. Suasana semakin sesak di sekitarnya.

"Perkenalkan dia ini saudara aku, Saudara kandung. Namanya Arneeta. "

Ayla tergugu di depanya, Ia sedikit tertegun. Seakan ia tidak melihat Arneeta di Pernikahan nya.

Tidak mau berlama-lama Ayla maju, menipiskan jarak di antara mereka. Ayla sedikit tersenyum, ia menunduk.

"Kak, aku. Is--"

Arneeta menipiskan tangan Ayla dengan kasar saat Ayla berniat menyalami tanganya.

"Gak usah pegang gue! Gak sudi!"

"Netta!!"

Khayla menahan dada Nakula untuk maju kedepan Arneeta. "Udah Mas, gak papa. " bisik Ayla.

"Netta... Jangan bertindak kurang ajar seperti ini, Nak. Dia ini adik ipar kamu. Istri dari Adik kamu sendiri." Dian mencoba berkata Lemah lembut, Ia tau anak nya sangat keras kepala. Dia tau jika air Panas di tambah dengan air mendidih, akan semakin Panas.

"Kalau aku tidak sudi punya Ipar seperti dia, mamah mau apa?" Arneeta bersedekap dada.

Nakula mengeraskan rahangnya, dia tidak mau bertengkar dengan kakaknya. Tetapi perkataan nya diluar batas kesopanan, omonganya sangat keterlaluan.

Ayla menelan salivanya, dadanya begitu sesak. Tenggorokanya terasa tercekat, matanya berkaca-kaca.

"Mamah jangan pelnah sakiti Umi! Umi olang baik! Mamah olang jahat!" Nathan tiba-tiba mendorong Paha Arneeta yang mau melangkah mendekati Ayla.

"Umi?" Arneeta terkekeh sinis. "Umi kamu yah? Wah, wah, wah. Percitraanya berjalan mulus, yah?"

"Netta! jaga ucapan kamu! Jangan berfitnah seperti itu! Berhentilah menjadi keras kepala seperti ini, Seharusnya kamu tau dia ini istri saya! Istri dari adik kamu sendiri! Adik ipar kamu!"  Nakula sudah tidak bisa membendung dirinya untuk tidak membentak. Dadanya naik turun, matanya memerah. Ia menunjuk Arneeta yang menurutnya sangat keterlaluan.

"Tidak heran, Nathan sangat membenci dirimu. Cerminmu besar, lihat dirimu. Apa yag salah dengan kamu. Sehingga Nathan yang sangat jelas darah daging kamu bergitu membenci ibu kandungnya sendiri.  "

Arneeta mematung mendengar ucapan Nakula. Bibirnya terasa kaku untuk mengeluarkan suaranya. Ia memandang anak berumur 4 tahun itu dengan tatapan sulit di artikan. 

Dian melipat bibirnya, ia memijit kepalanya pusing. Ia memandang Ayla yang sedari tadi menunduk, Ayla yang tidak tau sedang menghadapi masalah apa hanya bisa berdiri terpaku. Dian merasa sangat bersalah.  Anak-anaknya tidak ada yang pernah mau akur.

"Nakula, bawa istri kamu ke kamar. Mamah capek dengan masalah semua ini, Mamah gagal menjadi seorang ibu yang bisa mengajarkan anaknya sopan santun. Mamah Keliru dengan semua ini. " Rahman tidak bersuara sedari tadi. Jika ia buka mulut juga percuma.

KEKASIH IDAMAN~KU [Short story 1] SLOW UPDATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang