[BAG 12] : Sisi baru Reza.

74 11 0
                                    

Matahari Telah Berganti Malam
Langit Cerah Menjadi Gelap
Bentuk Suasana Malam Bak Surgawi,

Berhias Bintang-Bintang Berkila

Betapa Sedih Melihat Sang Malam Kini Gundah Langit Begitu Gelap Nan Sunyi, Merasuki Celah Hati.

Betapa Sakit Nan Kecewa,
Melihat Kenyataan Pahit Itu.
Harapan Setinggi Langit,

Terukir Indah Dalam Secarik Kertas Suci... Namun, Pena Putih Tak Wujudkan.


Berjalan Tapaki Jalan, Lorong Beraral.

Jatuh, Merangkak, Takut,

Tak Ada Kekasih-Mu, Yang Ulurkan Bantuan.


***
Mata tajam terus saja tercipta di ruangan itu, Reza mengusap rambutnya dengan sela jari yang sudah menegang.

Nakula tak kalah tajam, Ia memandang dingin kearah Reza. netra kelam juga mata elang terus saja saling menghujam. Berbicara lewat mata, tatapan tajam mereka tercipta aura negatif.

"Baru seminggu adik gue sama lo, udah dapat celaka aja. Nanti apa kabar?" Reza mengangkat Alisnya, rahangnya mengetat.

"Gak sengaja jatuh musibah tidak bisa di hindari." Nakula menenggelamkan tanganya di saku celana. "Ada minyak terus jatuh langsung ke kolam."

"Lo cinta gak sih sama adek gue?" pertanyaan Reza membuat Nakula tersenyum tipis.

"Cinta, yah? Apa kurang 16 tahun gue nunggu Ayla jadi istri gue? Kalau masalah cinta gue bisa menguasai, cinta nomor dua dalam rumah tangga."

Reza mendelik sinis. "Apa kabar sama Neeta yang gak kenal sama gue? apa itu yang di maksud dengan sebuah amnesia?" ucap Reza terkekeh sinis.

Hatinya sangat sakit melihat Arneeta tidak mengenali dirinya. bagai nadi yang disayat pisau, sangat menyakitkan bagi Reza. Ia hanya sangat terkejut melihat Arneeta berada di rumahnya. Terlebih lagi, wanita itu menganggap dirinya seolah tak pernah kenal.

Mata Nakula kian bengis, memancarkan aura negatif. Pemuda itu menatap sosok dingin didepanya.

"Dia ... memang amnesia." rahang Reza mengeras, tangan yang tergepal erat. bergetar menahan amarah. gigi yang bergemulutuk. Matanya memerah.

Bugh!

"Kenapa dia bisa hilang ingatan hah?!!" Reza memojokkan Nakula kedinding. Nakula tidak membalas pukulan Reza yang merobek ujung bibirnya.

Pemuda itu membiarkan Reza menumpahkan segala emosi yang ia tahan.

"Lima tahun, tujuh bulan, delapan belas hari, gue nunggu dia apa yang gue dapat?" Reza bergumam lirih memandang sorot mata rendah ke arah Nakula.

"Apa yang gue dapat, La? Dia hilang ingata--"

"Dia sudah menikah."

"GUE GAK PEDULI! kenyataanya, Pria yang menjadi suami Netta itu, pria pengecut! Dia meninggalkan dan menceraikan Arneeta yang sedang mengandung. Padahal di dalam agama sangat di larang yang namanya perceraian."

Nakula mengusap bibirnya yang berdarah. Terkekeh pelan, "Udah tau rupanya?" Nakula mengusap surai rambutnya kebelakang.

"Awalnya bingung dari mana lo tau Arneeta amnesia. Tapi jujur, gue gak maksud buat nutupin ini semua." jelas Nakula.

Reza tidak menjawabnya. Hanya terdiam sendu.

Tap. Tap. Tap.

Nakula berjalan ke arah Reza yang terduduk sambil memegangi kepalanya frustasi.

"Kalau jodoh, gak akan kemana. lagian lo juga dosa, nyimpan perasaan yang bukan muhrim lo."

Reza mendelik sinis."Lo apa kabar?"

Nakula terkekeh tipis."Gue nyimpan sendiri dalam diam. Emh, kisahnya seperti Ali dan fatimah. Yang kisah cintanya saja tidak di ketahui oleh setan."

"Eleh, bijak juga. Apa kabar lo yang nyimpan perasaan sama Ayla 13 tahun? pedofil sih,"

"Ealah, si Reza ngomongnya mirip si Alano. Minta di ruqyah mulutnya."

Mereka berdua tertawa. Seakan tidak peran dingin diantara keduanya. Masih tetap sama. Selalu bersikap dewasa, dan memikirkan dengan kepala yang dingin.

***
"Den, Than. mau pergi kemana?"

Sore ini Ayla dan Nathan keluar rumah dan ingin pergi ke taman. Tinggal dirumah sebesar istana itu membuat ia juga bosan. Saat ia ingin mengerjakan, ada pembantu yang melakukanya. Membuat ia merasa tangan kosong ingin mengerjakan pekerjaan rumah seperti biasanya.

Meski di kepalanya sedikit berat dia tetap keluar. Perban di bagian keningnya masih tertata tepat di atas alis.

Sudah tiga hari ia keluar dari rumah sakit, juga sudah tiga hari Arneeta bersikap tidak pernah baik.

Ia bingung kenapa dia bisa di benci dengan iparnya. Terlebih lagi Arneeta sepertinya sangat menyimpan dendam sama Khayla.

"Mau jalan ma Umi, Kek." Nathan mengeratkan gengamanya ditelapak tangan Ayla. Satpam rumahnya tersenyum tipis.

"Non, mending jangan keluar. Jika Suami non tau bisa bahaya. Kondisi Non masih belum stabil. Takutnya ada terjadi apa-apa."

PIK! PIK!

Pak iman dengan cepat membuka pintu gerbang saat mendengar suara klakson Mobil dari Nakula.

Khayla mundur saat melihat wajah Nakula. Dari dalam mobil. Nakula memarkirkan mobilnya di garasi.

Nakula keluar dari mobil, dengan cepat Ayla jalan ke arah Nakula yang sedang tersenyum tipis kearahnya.

"Kamu udah baikan?" Ayla mencium tangan suaminya dengan lembut. Nakula mencium pipi Ayla.

"Udah mas, cuman agak berat dikit."

"Kan aku udah bilang, jangan keluar. Kamu gak dengar. Malah keluar." Ayla mengaruk pipinya.

"Itu mau aku mau beli Ice cream. Sama Than."

"Cuman ice cream kamu keluar gini?" Nakula merengkuh pinggang Ayla dengan posesif.

Ayla mengangguk. "Mau banget."

"Mau aku yang beliin?" Ayla mengigit bibir bawahnya. Ragu.

"Gak usah, lain kali aja. Mas capek baru pulang kerja, mending masuk dulu mandi Ayla siapin air hangat."

Nakula mangangguk singkat. Ayla menelan mentah-mentah rasa kecewa nya. Nakula benar-benar tidak pernah peka. Ia sangat mau memakan Eskrim, dan lidahnya ingin mencicipi yang manis.

***
Katanya setiap kehidupan itu punya jalan masing-masing. Tidak untuk hari ini, tidak pula untuk jam ini. Selamanya.

Merajut cinta tak seperti cinta monyet yang datang menyapa kalbu lalu pergi membawa sebuah kenangan.

Karna setiap jalinan cinta, akan indah jika kau memberikan sebuah kebahagiaan.

***

#TOBECONTINUED

KEKASIH IDAMAN~KU [Short story 1] SLOW UPDATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang