Yang menyedihkan adalah ketika kamu malah menyalahkan dirimu sendiri karena dia tidak bisa membalas perasaanmu.
Terkadang itu sangat melelahkan.
***
M
alam ini tidak seperti hari biasanya, rumahnya sedikit ramai sebab datangnya kerabat dari Abi Khayla.
Rasa yang sedang di landa bingung, apakah ia harus menerima lamaran pria itu atau tidak?
Jika berbicara tetang tampan, pemuda itu sangat Tampan, wajahnya terlihat tegas. Namun satu yang bikin Ayla jadi kezel.
Wajah datarnya.
Tok! Tok! Tok!
"Ayla?" itu suara Reza, Ayla yang sedang duduk di ranjangnya turun dan membuka pintu.
"Iya, bentar kak!" serunya.
"Kakak bisa masuk Ay?"
"Masuk aja kak," selesai membuka Ayla lebih dulu duduk di ranjangnya. Ia memangku guling, menatap Reza.
Reza tersenyum manis. "Tadi lagi ngapain?" Reza bertanya.
Ayla mengaruk tengkuknya. "Ohh, itu, Ayla baru habis shalat isya tadi, " jawabnya.
Ia tersenyum canggung.
"Kakak mau apa ke sini?" tanya Ayla langsung di tatap sama Reza.
Reza terlihat menimang apa yang perlu di bicarakan. "Egh, Kamu tadi sudah lihat Prianya bukan?"
Ayla mengangguk kaku.
"Bagaimana pendapat kamu?"
Ayla mengigit pipi dalamnya, ia mrngimbaskan rambutnya. "Ya..., ya gitu deh."
"Oke, Mas langsung ke intinya saja, " Reza menjilat bibir bawahnya yang terasa kering.
"Dia itu teman Kakak, namanya Nakula, dia CEO di perusahaan papanya, Kata dia, dia mau melamar kamu entah dari mana dia tau kamu, kalau nama kamu itu Khayla, 'kan."
"Dari mana dia tau namaku, mas, aku saja tidak pernah bertemu dengan dirinya." ucap Ayla.
"Oke, dengarkan Mas bicara, jangan di potong yah?"
Ayla mengangguk.
"Mas sama Nakula itu, sudah berteman sejak kita SMP, " Reza berbicara, "Dan Mas pikir, dia tipikal pemuda yang sangat diam, Maksud Mas gini, Mas sudah kenal baik dengan Nakula, Gini yah, Ay. Meskipun sikap nya itu dingin, atau raut wajahnya datar. Itu memang sedari dulu, ia sangat enggan berteman dengan siapapun, Meskipun sama Mas dulu."
Ayla manggut-manggut.
"Kalau masalah Akhlaknya, Mas sudah menjamin dari dulu. Dia sangat baik, Sholat ia jaga lima waktu, meskipun tugas sebagai CEO itu tidak lah mudah, harus mantengin terus di hadapan Laptop, Belum lagi banyak yang harus di tanda tangani."
"Ia sebenarnya baik, Sangat baik. " jeda sebentar dia menatap Ayla, "Dia sudah mapan, dia punya pekerjaan sendiri. Mas denger, dia mau bangun usahanya dari nol. Dia tidak mau, pekerjaan dia di bantu oleh Orang tuanya,"
"Mandiri." ucap Ayla tersenyum.
Reza mengangguk mantap. "Yup, betul!"
"Terus? Perusahaan Abi dia bagaimana?"
"Dia berikan ke Faiq, anak pertama Ibu dian." jawab Reza.
"Ay, bagiamana jawaban kamu? Jangan biarkan Kamu memberikan harapan kepada Pemuda itu, kalau kamu tidak benar benar mau menikah denganya, "
Ayla terdiam sesaat, ia berpikir keras. Ini bukan masalah Harta, atau jabatanya namun karena ini pernikahan.
Menikah itu sangat sakral, tidak bisa di permainkan. Bukan juga, 1 bulan, 2 bulan, ataupun setahun. Ini selamanya.
"Ayla... Apa aku udah pantas jadi istri orang mas? Aku belum banyak tau tentang kewajiban seorang istri, "
"Kamu tidak usah berpikir seperti itu, Lihat diri kau sendiri, perbaiki apa yang menurut kamu tidak cocok dengan dirinya. "
"Ay, Kalau Mas bisa ingat kejadian lalu, pria bernama juan itu, mati-matian datang kerumah, minta restu Abi dan Umi, Untuk dia menikah dengan kamu, coba kamu liat. Apa yang Umi bilang? Kamu ingat kan?"
Ayla mengangguk lesu, itu masa yang sangat ia benci.
"Apa jaminan kamu untuk putri saya bisa bahagia sama kamu apa yang kamu punya?"
Juan tersenyum remeh. "Saya bisa membahagiakan anak Ibu dengan uang saya, saya punya banyak uang, saya bisa belikan dia apa yang Anak ibu mau, Saya bisa belikan dia permata, saya bisa ngasih dia rumah. Itu yang semua saya punya? Kurang bahagia apa lagi? harta saya banyak, yakin sama saya. Dia tidak akan miskin, kok."
Dengan tegas Arief menjawab. "Anak saya tidak bisa di beli dengan uang! Anak saya tidak bisa di beli dengan Harta-Hartamu, jika karena kamu sangat kaya, apa itu bisa membuat anak saya bahagia di kehidupan masa depanya?"
Juan mengangguk. "Bisa!"
"Tidak! Anak ku akan sangat miskin bersama-mu! putri-ku akan sangat menderita jika kunikahkan dia dengan dirimu!"
"Bagaimana bisa? Harta saya tidak akan habis tujuh turunan, " itulah ucapan Juan ketika itu.
"Tidak! Harta kamu memang tidak akan habis tujuh turunan, Tetapi anakku akan miskin dengan Akhirat, putriku akan menderita menikah dengan kamu, dimana letak mu sebagai pria? Apa putriku semurah itu, semurah dengan uang yang kamu banggakan? Tidak! Tidak pernah,"
"Putriku akan tidak kami kenal jika ia menikah denganmu, Yang dengan bangganya kamu pamerkan seluruh hartanya, ingat. Putriku bukan barang yang bisa kau beli dengan hartamu, Kamu sebenarnya sangat miskin. Kamu sangat miskin dengan akhirat, Allah memberimu semua kenikmatan dunia, Allah memberimu apa yang kamu mau! Engkau mendapatkan semuanya! Lalu Engkau tinggalkan Allah, engkau menjauh dari Allah! Engkau lalai dengan kenikmatanya."
"Ayla ingat kak," ujar Ayla setelah menrawang ke jadian itu, kejadian di mana seorang pemuda yang ingin melamarnya hanya saat ia melihat rupa Ayla.
"Apa kamu lihat kemarin Abi? Dia menerima lamaran Nakula, karna Abi itu sudah kenal dengan Nakula, Sudah mengenal dengan sikap keluarganya. Kakak tau, semua manusia mau punya pasangan yang sangat sempurna, Tidak ada yang sempurna, Kesempurnaan hanya milik Allah. "
Ayla tersenyum manis. Ia mengangguk, "Besok Ibu dian akan kesini lagi, persiapkan dirimu. Perjelaskan hatimu, jodoh sudah di depan mata. " ucap Reza sambil berdiri memperbaiki bajunya.
"Iya Mas, "
Reza mengangguk ia mengelus surai rambut Ayla dan mengecup nya, "Tidur cepat, jangan begandang."
"Siap, kapten!" ucap Ayla rohmat kepada Reza, dan itu yang membuat reza tertawa.
***
Sesekali; harus tegas sama diri sendiri, terutama Hati.
***
TBC.Jika ada salah typo mohon koreksi nya, Atau maafada kata kalimat yang kurang menyenangkan buat kalian.
See you^^
KAMU SEDANG MEMBACA
KEKASIH IDAMAN~KU [Short story 1] SLOW UPDATE
Romance(SlowUp) Menikah dengan seorang Pria Miliader, membuat Khayla selalu menelan mentah-mentah rasa sesak di hatinya. Sangat di benci dengan ipar, di hina juga selalu di fitnah. Merasa tak di anggap, dirinya merasa di anggap sampah yang tidak berguna...