YTMHA : Bab 21

1.3K 167 39
                                    

Setiap orang bisa berubah. Entah itu menjadi baik ataupun sebaliknya.

KRYSTAL sudah mulai bertukar pesan dangan Galih, sesekali sang ayah meneleponnya untuk sekadar bertanya kabar atau hal yang lainnya. Awalnya Krystal merasa canggung, namun lambat laun ia mulai bisa membiasakan diri.

Krystal sadar, mempunyai seorang ayah adalah hal yang paling indah. Ia bisa diperhatikan, dilindungi dan disayangi. Meski semua itu sudah ia dapatkan dari Intan, namun perlakuan sosok ayah akan berbeda dengan seorang ibu.

"Kak, ada Kak Mevin di depan." Mutiara masuk ke kamar sang kakak. Sementara pemilik kamar sedang duduk di meja belajarnya.

"Melvin? Ngapain, Dek?"

"Mana aku tau, udah temuin aja sana!"

Sudah dua minggu ini, Krystal memang tidak melihat Melvin muncul di hadapannya. Dan cowok itu juga tidak memberi kabar kepadanya sama sekali. Kalau dipikir-pikir, ia merasa sedikit sepi tanpa kebawelan dan tingkah aneh cowok itu.

Melvin selalu membuatnya kesal tapi juga memberinya kesenangan, meski hanya dengan gombalan recehnya. Tapi, ketika di dekat Melvin, ia selalu bisa menjadi dirinya sendiri.

"Hai cantik!" sapa Melvin sigap berdiri saat Krystal menghampirnya di ruang tamu.

"Ada apa datang ke sini?" tanya Krystal tanpa basa-basi.

"Ya rindu lah, memangnya kamu nggak rindu sama aku? Dua minggu ternyata berat ya?" Melvin kembali duduk, setelah melihat Krystal sudah duduk di sofa seberangnya. "Aku nggak sanggup kalau lebih dari dua minggu nggak ketemu sama kamu. Bener deh kata si Dilan, rindu itu memang berat. Lebih berat daripada angkat beras kayaknya," cerocos Melvin.

"Stop!" Krystal bangkit dari tempat duduknya. Gadis itu mengarahkan tangan kanannya ke hadapan Melvin, untuk membuatnya berhenti bicara.

Tapi justru Melvin meraih tangan Krystal, lalu ditariknya tangan gadis itu agar duduk di sebelahnya.

"Kamu nggak mau nanya?"

"Nanya apa?"

"Soal aku nggak ngasih kabar sama kamu," kata Melvin berubah serius.

"Oh, nggak apa-apa kok." Krystal menyahut dengan nada biasa. Kemudian gadis itu menunduk, karena sejak tadi Melvin terus memperhatikan wajahnya.

"Ponselku rusak gara-gara dipake Ansell buat main games, dan dua minggu kemarin aku fokus ujian. Aku mau dapat nilai bagus biar cepet lulus. Mungkin dengan begitu, kamu bisa mempertimbangkan buat nerima aku." Krystal mendongak, memperhatikan wajah Melvin yang serius saat mengatakannya. "Aku mau jadi orang yang bisa dibanggain di mata orang yang kusukai. Karena aku yakin, kamu akan jadi masa depanku," katanya tulus.

Krystal tidak menyangka, Melvin sudah memikirkan hal sejauh itu. Selama ini, Krystal selalu menganggap Melvin tidak serius, hanya bisa gombal, dan main-main dengannya saja. Tapi ternyata, cowok itu sudah merencanakan masa depannya.

"Bunda ke mana?" tanya Melvin menghapus keheningan di antara keduanya.

"Lagi kondangan," sahut Krystal. "Oh iya, kamu mau minum apa?"

"Kamu nggak perlu repot! Aku justru mau ngajak kamu keluar, mau yah?"

"Ke mana?"

"Ke rumahku," jawab Melvin seraya tersenyum manis. "Mama pengen ketemu sama kamu," lanjutnya.

Setelah Intan pulang, Krystal baru berani meninggalkan rumah menuruti ajakan Melvin untuk mengunjungi rumah cowok itu.

***

You Took My Heart AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang