Menyakitkan itu ketika kita melihat orang yang kita sayangi terluka begitu dalam namun, kita sadar bahwa bukan kita yang mampu mengobati lukanya.
KRYSTAL gugup setengah mati setelah ia membalas pesan dari Melvin. Sudah yakinkah ia dengan jawabannya? Lalu bagaimana dengan hatinya, masih adakah sosok Vigo?
"Kenapa, Kak?" tanya Mutiara mendapati sang kakak yang sedang melamun. Keduanya sedang belajar bersama di area ruang tamu.
Mereka berdua sama-sama berada di tingkat akhir sekolah, dan tidak lama lagi ujian akhir nasional akan diadakan. Maka dari itu, di sekolah sudah gencar diadakannya try out ataupun bimbingan belajar lainnya.
"Kakak takut salah ngomong," katanya mulai bicara. Kalau di sekolah ada Diandra yang dengan senang hati mendengar keluh kesah Krystal, di rumah Mutiara siap melebarkan daun telinganya untuk menampung cerita sang kakak.
"Salah ngomong ke siapa?"
"Melvin."
"Ada apa sama Kak Melvin?"
"Melvin nanya, mau nggak Kakak buka hati buat dia."
"Terus Kakak jawab apa?" Mutiara menunggu jawaban.
"Akan Kakak coba," jawabnya. "Menurut kamu gimana? Itu dia nembak bukan sih?" Krystal berubah cemas.
"Hemp, kalau menurut Muti secara langsung itu udah nembak sih Kak. Boleh Muti lihat chat Kakak sama Kak Melvin?" tanya Mutiara.
Meski keduanya dekat sebagai saudara namun, untuk memegang ponsel masing-masing mereka berdua wajib meminta izin karena itu sudah menyangkut hal pribadi.
Krystal menyerahkan benda pipih itu pada Mutiara, dan gadis berusia empatbelas tahun itu langsung tersenyum penuh arti begitu membacanya.
"Kak, ini sih Kak Melvin memang suka sama Kakak dan ngarep banget jadi pacar Kakak." Mutiara berkomentar setelah kembali menyerahkan ponsel itu kepada pemiliknya.
"Serius? Itu tadi dia nembak?" tanya Krystal kaget.
"Ya ampun Kak, Muti tau Kakak belum pernah pacaran tapi masa iya nggak bisa bedain mana kalimat ajakan pacaran atau cuma basa-basi sih. Apa cinta udah bikin Kakak jadi ikutan gila kayak Kak Melvin?" Mutiara meledek lalu tertawa. Kemudian ia menyesap teh hangatnya yang tinggal setengah gelas.
Krystal memang belum pernah berpacaran sebelumnya, dan satu-satunya orang yang membuat ia jatuh cinta hanya Vigo. Belum ada lagi yang bisa meluluhkan hatinya. Itu karena Krystal terlalu menutup diri.
Ia tidak tahu di luar sana masih ada bintang yang lebih terang, dibandingkan bintang yang selama ini dikaguminya. Bahkan, bintang tersebut bisa jadi mampu menerangi ruang di hidupnya.
"Cie, jadian sama Kak Melvin."
"Ih, nggak jadian! Pokoknya tadi tuh dia cuma nanya Kakak mau buka hati buat dia atau nggak. Jadi, Kakak jawab mau coba Mut, bukan maksudnya mau pacaran." Krystal kekeuh pada jawabannya.
"Pacaran juga nggak apa-apa sih, Kak Melvin juga baik kok."
"Ah nggak tau deh," lirih Krystal masih bingung. Lalu keduanya kembali berkutat pada buku masing-masing.
"Hujan Kak, itu pintunya nggak ditutup?"
"Kamu yang tutup lah!"
"Ih Muti tanggung, Kak. Masih baca buku, tinggal setengah halaman lagi nih," tolak Mutiara tanpa memandang sang kakak, matanya masih fokus pada buku bertuliskan Bahasa dan Sastra Indonesia X.
Mau tidak mau Krystal yang mengalah, lagipula posisinya dekat dengan arah pintu. Gadis itu beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan sedikit ke arah pintu. Krystal sudah memegang kenop pintu hendak menutupnya namun, seseorang tiba-riba muncul di hadapannya. Cowok itu datang dengan baju yang kuyup, ditambah kesedihan mendominasi wajahnya malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Took My Heart Away
Teen Fiction(COMPLETED) #WALKMAN SERIES 1 Silakan follow untuk membaca! Melvin suka sekali menggoda gadis yang dikenalnya lewat sebuah acara ulang tahun. Berawal dari sikap superhero dadakannya pada gadis itu untuk menghindari pembulian di depan matanya. Melvin...