"Ini kok bisa gini? Gimana sih?",
"Sa...saya tidak tahu pak! Saya hanya menerima laporan dari bagian keuangan dan memberikannya kepada bapak",
"Kemarin siapa yg menggantikan saya waktu rapat?",
"Salah satu manajer keuangan pak!",
"Kenapa bukan Jonghyun?",
"Pak Jonghyun menggantikan bapak untuk menghadiri rapat dengan klien dari Cina pak. Para pemegang saham merubah jadwal rapat, bersamaan dengan rapat klien dari Cina",
"Siapa yg menyetujui semuanya? Bukannya bisa ditolak?",
"Maaf pak, tapi ayah anda yg menyetujui semua, saya tidak bisa menolak",
Minhyun benar-benar pusing saat itu. Baru saja dia masuk, masalah besar sudah di depan mata. Dia berusaha menghubungi ayahnya namun tidak ada jawabannya. Jujur saja, dia sebenarnya tidak ingin berada di posisinya saat ini. Posisi yg dia duduki saat ini harusnya diisi oleh sang kakak, namun sang kakak justru kabur dan menyebabkan Minhyun yg kini mengurusnya.
"Sial! Saya tidak mau tahu, siapapun yg bertanggung jawab atas laporan ini harus memperbaiki semuanya!",
"Baik pak! Akan saya sampaikan",
"Saya beri waktu satu bulan untuk memperbaiki, jika memang tidak bisa menarik penanam saham yg lain, setidaknya pertahankan mereka yg sudah berani menanamkan saham pada kita",
"Baik pak! Permisi!",
Sekretaris yg telah bekerja dengan Minhyun selama dua tahun itu pun pamit dari ruangan pemuda itu. Minhyun benar-benar pusing sekarang. Kondisinya belum benar-benar pulih sebenarnya, hanya saja dia malas berada di rumah. Dia terpaksa berbohong bahwa dia baik-baik saja walau sebenarnya dia masih merasa sedikit lemas. Minhyun menyalakan laptopnya dan mulai bekerja. Pintu ruangannya terbuka tiba-tiba, nampaklah sahabatnya masuk ke dalam ruangan sambil membawa setumpuk berkas yg Minhyun tidak tahu apa itu.
"Apaan tuh?",
"Ini hasil rapat kemarin",
"Oh.. taruh aja",
"Lo beneran udah sembuh?",
"Kenapa emang?",
"Masih kelihatan pucet gitu",
"Anggep aja udah! Lo semalem kemana?",
"Ke rumah sakit",
"Yokap?",
"Iya.. semalem dia kumat",
Jonghyun menarik kursi lalu duduk di depan kawannya itu. Minhyun menatap temannya itu kasihan. Terkadang dia merasa, hidupnya yg paling buruk hingga akhirnya dia ingat bahwa hidup Jonghyun jauh lebih buruk darinya.
"Lo gak ada niat buat cerita sama siapa gebetan lo itu? Minki?",
"Entah... gue takut",
"Takut dia bakal ninggalin lo karena tahu soal yokap lo?",
"Iyalah... siapa yg mau punya mertua depresi?",
"Mau gimana juga lo harus cerita sama dia, lo gak bisa nyembunyiin semuanya sendiri. Lo cari pendamping bukan cuma sekedar nemenin lo, tapi juga sebagai tempat lo berbagi masalah lo, keresahan lo, semua. Kalau dia beneran sayang sama lo, harusnya dia mau nerima apapun keadaan lo, termasuk yokap lo",
"Lo tuh sok nasihatin gue kayak hidup lo bener aja! Kemarin gimana itu lo dikerjain Jaehwan? Parah sih ya itu cewek",
"Bego banget emang gue ya",
KAMU SEDANG MEMBACA
bakery love story ✔ [Minhwan+JRen's Story]
FanfictionKisah ini bermula dari sebuah toko roti.... -JRen -Minhwan