24. Jarak yang Tercipta

1.6K 67 2
                                    

ALERGIO

BAG. 24

JARAK YANG TERCIPTA

***

MELIHAT Aletta yang biasa-biasa saja ketika bertemu dengannya, membuat Argio bertanya-tanya sendiri. Yang katanya, Aletta begitu mencintainyalah, calon imamnyalah, kok bisa ya sekarang menjadi tak acuh ketika mereka bertemu? Argio tidak gundah, hanya saja-baginya ah sudahlah, abaikan saja.

Lagian, tampaknya gadis itu baik-baik saja. Sebelumnya Argio beranggapan bahwa semenjak kejadian sandwich tempo lalu Aletta akan tersendu-sendu wajahnya. Yah paling tidak akan seperti orang-orang yang galau. Sedih, tak nafsu makan, tak memiliki gairah hidup, dan tak semangat. Namun melihat perkembangan Aletta? What the hell! Apanya yang galau?! Malah gadis itu biasa-biasa saja. Bahkan ia sering melihat Aletta yang bolak-balik ruang sekretariat jurnalistik.

Yah, ini sudah satu bulan berlalu dan Aletta diterima sebagai anggota inti ekstrakurikuler jurnalistik. Ternyata gadis itu tak seperti yang dipikirkan oleh Argio. Dia pikir Aletta masuk ke ekskul jurnalistik hanya untuk menggodanya saja, tapi ternyata ia salah besar. Gadis itu memiliki bakat yang luar biasa! Argio tak percaya, sungguh.

Bahkan dua minggu belakangan ini, gadis itu telah memublikasikan 2 artikel, 4 puisi, dan 1 cerpen. Karya-karyanya tampa ragu langsung lulus seleksi oleh tim penyeleksi jurnalistik tanpa repot-repot mengikuti seleksi. Karyanya langsung terpajang di majalah sekolah!

Gadis yang luar biasa.

Eh, dia mengatakan apa tadi? Mungkin ia sedang keracunan makanan kantin. Iya, dia keracunan.

Argio sendiri telah melakukan upacara serahterima jabatan dan pelantikan. Kini ia resmi sebagai Ketua OSIS SMA Kebangsaan Medan. Dan kini ia harus fokus pada misi utamanya saat ini, mengungkapkan rahasia yang terjadi di SMA ini di kejadian lampau.

Argio menghentikan langkahnya yang ingin menuju sekretariat jurnalistik ketika ia melihat Aletta yang ingin masuk ke ruang tersebut dari arah berlawanan. Mereka sempat saling menatap, namun langsung diputuskan oleh Aletta. Tanpa senyum yang menghiasi wajahnya, Aletta memasuki ruang jurnalistik.

Argio menghela nafas, entah apa maksudnya.

Hei, apa yang kau harapkan, Argio?! Ia telah menjauhimu, bahkan menganggapmu sebagai orang asing. Lantas apa yang kau harapkan lagi?!

***

"Zemora!'

Mendengar ada yang memanggil namanya, Zemora menoleh dan mendapati Argio yang sedang berlari kecil ke arahnya.

Begitu langkah Argio telah berhenti didepannya, Zemora berbisik. "Ada apa?"

Keadaan senyap, yang mengharuskan Zemora berbisik. Saat ini mereka berada di ruang perpustakaan. Hanya ada beberapa orang yang berada di sini, ditambah dengan penjaga perpustakaan.

"Gue mau lo tolong catat nama-nama siswa. Seluruhnya, ya. Dari kelas X sampai kelas XII." Argio meletakkan buku catatan yang ia bawa tadi dan menyerahkannya ke Zemora.

"Loh, kan bisa suruh masing-masing sekretaris kelas biar nulis nama anggota kelasnya. Selesai itu kumpul ke gue, biar gue rekap." Zemora menerima buku itu dalam keadaan bingung.

Argio menatap sekitar, kemudian fokus kembali ke Zemora. "Ya sudah, enak lo gimana. Umumkan aja ke masing-masing sekretaris kelas buat nyatet nama anggotanya. Terus kumpul ke elo. Nanti udah selesai lo rekap kasih ke gue segera. Biar gue bandingkan ke operator sekolah,"

Argio memilih untuk lesehan, diikuti dengan Zemora yang duduk di hadapannya. "Rencananya gue mau ngadakan rapat sama perwakilan kelas buat pembahasan kemah alam di Bukit Paropo." lanjutnya.

"Emang pihak sekolah udah menyetujui?"

Argio menggeleng. "Belum. Minta tolong lagi ketikkan proposalnya, yah."

Zemora mengernyit, namun akhirnya mengangguk saja. Argio bangkit dari lesehannya setelah mengucapkan terima kasih kepada Zemora. Ia berbalik badan dan terkejut mendapatkan seseorang yang berada dihadapannya yang sedang membawa beberapa lembar kertas berukuran F4.

Argio mendadak gemetar. Dia tak tahu mengapa degup jantungnya berdetak tak normal. Dasar jantung yang gak bisa diajak kerjasama! Tetapi pada akhirnya Argio bingung. Mengapa janttungnya bisa berdetak seperti itu?

Ada sebuah perasaan yang singgah di hati kecil Argio. Entah apa nama rasa itu. Argio tak dapat memaknainya dengan jelas.

"Aletta!"

Zemora berjalan mendekati Aletta, kemudian membawa gadis itu menuju rak buku-buku sastra. Aletta memutuskan kontak mata itu. Membiarkan Argio yang terus menatapnya hingga punggung Aletta ditelan oleh rak buku.

Argio menggeleng. Tidak, ia tidak boleh seperti ini. Seharusnya ia senang karena si cabe itu telah menjauhinya. Argio tidak boleh menjadi seperti ini.

Argio menyapu wajahnya dengan gusar lalu kembali ke kelasnya, XI IPA 1.

***

Narasinya kebanyakan ye? Haha sengaja.

Kok pendeeeekkkk? Emang

Itu kok Aletta ngejauhi babang gio sih? 

babang gionya merasa kehilangan ye? Haha Mpus!

Next? 7 vote goooo

ALERGIO [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang