(8) Happier

7 1 0
                                    

Jasmina terpaksa mengurung dirinya didalam perpustakaan dengan tujuan untuk menghindar dari Juna yang sedari tadi menelpon memaksa untuk mengantar Jasmina pulang kerumah.

namun Jasmina menolak.

rasanya, ia belum sembuh benar dari kejadian waktu itu.

Jasmina teringat akan nasibnya yang tidak aman saat ini, yaitu buku agendanya ada di tangan orang lain.

orang asing.

Jasmina segera merapikan penampilan, membereskan barangnya, dan segera meluncur ke toko buku itu.

dan benar saja, laki-laki yang sebelumnya ia temui, masih tidak berubah.

dengan stelan bajunya ala Vintage dan senyumnya yang bisa dibilang, retro.
lebih mirip sama model majalah tahun 60-70an.

"hei, ini belum jam 4. udah sampe aja?" ucap laki-laki itu.
yang hanya Jasmina balas dengan senyum kecut.

"bener buku kamu kan? lain kali disimpen ya jangan ditinggalin, kasian" ucapnya lagi.
Jasmina segera menarik buku itu dari genggaman pria asing didepannya ini.
"makasih" ucap Jasmina. lalu ia berbalik.

"eh, tunggu!"

kalimat yang spontan diucapkan itu membuat Jasmina harus menghentikan langkahnya, tanpa menengok kebelakang.

"kamu pulang sama siapa?"

baru setelah itu, Jasmina menengok.
"sama temen" jawabnya.

laki-laki itu hanya mengangguk angguk kecil saja. lalu mempersilahkan Jasmina untuk pulang.

kenapa tadi gak sekalian minta dianterin aja? cuma modal gengsi doang jadi gini kan.
udah ga ada angkot, ga ada Risa, ga ada Juna, eh?.

Jasmina terus menggerutu ditengah jalan sambil membolak balik buku agendanya.

TINN.. TINN..
-klakson.

Jasmina reflek menghindar dari pinggir jalan sambil menatap benda apa yang mengagetkan ia dari belakang.

ternyata sebuah motor dengan seorang yang tak lagi asing di benak Jasmina.

siapa lagi jika bukan,

J.

eh, maksudnya. mas mas yang ada di toko buku tadi.

"hei, katanya pulang sama temen. temennya gaib?" ucap laki-laki itu sambil diiringi tertawa kecilnya.

"kamu ikutin aku ya?! mau ngeculik ya?! parah bener! aku telfon Juna nih!" bentak Jasmina.

"Juna?"

"hah? kok Juna sih? siapa yang bilang Juna? jangan sok tau deh. kepo amat sama urusan orang!" Jasmina sebal.

"lah, kamu sendiri yang bilang katanya mau telfon Juna? apa yang salah?" ujar laki-laki itu.

"salah! pokonya salah! jangan mentang mentang kamu udah nemuin buku aku, terus jadi sok akrab gitu ya, mana pake tau Juna segala" Jasmina masih emosi.

Tak lama, laki-laki itu tertawa dengan suara tawanya yang khas. menertawakan Jasmina yang tak henti hentinya memaki dan memarahinya.

"udah ayo aku anterin aja. kasian ntar pohon, jalan, jembatan, semua kamu marahin" laki-laki itu menyunggingkan senyum kepada Jasmina.

karena keadaan yang semakin sore, dan ditambah lagi Jasmina sedari tadi bingung harus dengan alat transportasi apa untuk pulang kerumah.

akhirnya Jasmina menerima tawaran laki-laki itu.

Juni untuk JunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang