"Mina, lihat! nilainya A+, keren banget, deh!" teriak Juna karena histeris melihat nilai yang tercantum pada puisinya.
Jasmina tersenyum lega. Ia menatap Juna dengan tatapan bangga.
"aku ikut seneng" ucap Jasmina. "gimana kalo kita rayain?" tambahnya lagi.
"rayain? bikin party gitu?" tanya Juna. "bukan, ya kita jalan jalan, terus mampir kerumah aku, ya!" tukas Jasmina.
"k-kerumah kamu?"
"iya"
hm
-----
Juna
setelah pikiran berkecambuk, akhirnya aku membuka mulut.
"abah, kalo Juna main kerumah temen cewek Juna boleh ga?"
hening. dan tiada jawaban.
"boleh. asalkan jelas tujuannya" tutur Abah dengan santainya.
aku bersorak.
malam ini juga, aku akan menjemput Jasmina.
*****
wangi? udah.
rapi? pasti.
ganteng? jelas.udah, tinggal berangkat.
sebelum itu, ada yang mengganjal dalam hati seorang Junanda.
aku sama sekali ga pernah jalan berdua sama perempuan manapun, kecuali keluarga sendiri.
apakah dia bakal jadi yang pertama
kenapa pikiranku seolah mengajak berdebat kala aku memikirkan Jasmina?
suka? tidak mungkin secepat ini kan.lagian, aku belum terlalu mengenalnya.
haruskah aku terus menepuk nepuk dadaku yang terus menerus berdebat dengan otakku?-
eh eh, udah jam 7 aja.
ok, on the way.-----
Jasmina
duh.
pake baju apa ya?
kok jadi bingung gini?perasaan waktu pertama ketemu kemarin aku asal pilih baju aja,
kok ini bingung ya?udah numpuk di atas kasur beberapa baju yang aku keluarin, dan aku biarin disana.
apa aku harus terlihat biasa aja ya?
biar ga keliatan banget kalo aku panik pilih baju.yaudah deh, style kaya kemaren aja.
baju biru muda, jeans, sepatu.
oh iya lupa, kepangnya.
*****
Sambil berdiri didepan cermin, sembari mengikat rambut coklat yang tergerai panjang.
aku memang suka dikepang dan mengepang. dari kecil sudah ber-eksperimen dengan boneka barbie-ku yang sekarang entah tangan dan kakinya berada dimana.
gak kok. Jasmina gak sadis.
nah, udah.
-----
Tok..Tok..
"Juna!" Jasmina nampak kaget.
Sedangkan Juna di ambang pintu merasa kikuk atas senyum Jasmina yang tegak lurus menuju ke arahnya.
"Ayo!" Jasmina menarik tangan Juna yang masih terpaku disana.
"eh, malah bengong?" ucap Jasmina melihat pandangan Juna yang kosong. "btw, kita serasi juga!" sambung Jasmina lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Juni untuk Juna
Novela Juvenilsetumben tumbennya turun hujan di bulan Juni, pasti ada maksud tersendiri dari itu semua. seperti sebuah teka-teki kiriman Tuhan yang harus diselesaikan sebelum juni meredakan hujannya? atau malah sebaliknya. dengan bersantai menatap tenggelamnya...