(6) Bunga Itu Kamu

15 4 0
                                        

koridor kelas nampak sepi. sedikit sekali murid yang lewat di sepanjang jalanan menuju kelas.

wajah Juna nampak berseri pagi ini. entah karena perasaannya sedang bahagia mungkin karena ia berangkat terlalu pagi.

namun sepertinya bukan.

lalu, kenapa dia tidak menuju ke kelasnya sendiri? kelasnya di lantai dua, kenapa dia pergi ke lantai tiga?

"Mina!!!" suara Juna membuat tiga anak perempuan di depannya menengok kebelakang. yang salah satu dari ketiganya adalah Jasmina.

"Juna!" Jasmina menoleh, dan ia mendekat ke arah Juna.

dua orang temannya berbisik, "kok si Mina kaga manggil 'kak'? pacaran kali ya?"

"kenapa Juna? tumben berangkat pagi?" tanya Jasmina. "Mina, itu.. hmm" Juna menarik tangan Mina membelakangi teman temannya.

"nanti pulang sekolah bareng aku ya" Juna berbisik. "loh, kenapa? mau kemana?" tanya Jasmina.

"udah kamu ikut aja, ya?" Juna mengedipkan matanya sok sedih. Jasmina meng-iyakan ajakan Juna.

"okay, see u later Mina!!" Juna berbalik dan melambaikan tangannya ke udara.

Jasmina menatap langkahnya yang menjauh, lalu menuruni tangga menuju lantai kelas sebelas.

-----

Jasmina

"Mina, Mina. yang tadi itu cowo kamu?" tanya Dahlia.

"kalo iya, kenapa?" jawabku.

Dahlia dan Risa yang berada di depanku terkejut bukan main. mereka menatapku dengan tajam. "seganteng itu? sekece itu? parah dah!" Dahlia nampak histeris.

"ya engga lah. noh ada lowongan buat kalian" ucapku singkat, lalu meninggalkan mereka berdua di kelas.

hari ini sedikit mendung.
gimana ya?
aku suka banget sama mendung.

buku agenda, siap siap aku coret coret ya!

Mendung adalah suatu pertanda bahwa hujan akan turun,
Turunnya hujan mungkin kan menjadi pelengkap,
untuk hatiku yang sedang lelah digarap oleh waktu,

Mendung mengisyaratkanku tuk terpejam menatap langit,
Dan membiarkan tetesan tetesan itu membasahi kulitku,
Karena Tuhan tahu aku sedang berusaha untuk menuruti kemauan hatiku,

Namun apa jadinya jika aku terjatuh pada seorang yang ak-----

"dorrr!!!" Juna mengagetkanku dari belakang.

aku refleks mencoret tulisan yang baru saja kutulis, dan menutupnya rapat rapat.

"hayoo nulis apa hayoo" aku tau, Juna pasti bakal jahil.

"ga ada apa apa" jawabku. "ngaku, atau Juna rebut?" ancam Juna.

"ga boleh, Juna!" aku tak kalah teriak. "santai lah, Bu" Juna sok kalem.

"aku duduk sini ya, boleh kan?" tanya Juna. "boleh lah, umum juga" jawabku.

"aku dapet ini" Juna mengeluarkan sebatang cokelat dari saku celananya.

"wih, dari siapa tuh! boleh minta ga?"

"dari anak kelas sepuluh juga, namanya siapa ya, lupa.." Juna membuka lipatan kecil yang menempel pada kemasan cokelat itu, "ah, iya.. Hanna!" ucapnya dengan bangga.

Juni untuk JunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang