Bab 1
Perempuan yang memakai gaun berwarna krem itu bersenandung pelan seraya melangkahkan kakinya menuruni tangga. Namun, nyanyiannya seketika terhenti saat dia melihat suasana ruang makan yang kosong. Hal ini memang sudah sangat biasa terjadi, tetapi batinnya selalu saja berkata bahwa dia merindukan momen kebersamaan dengan kedua orang tuanya.
Perempuan itu menghela napas pelan, sebelum akhirnya duduk di salah satu kursi untuk menyantap sarapan yang tersedia di meja. Meskipun hidup serba berkecukupan, dan apa pun yang dia inginkan selalu dia dapatkan dengan mudah, rasanya tetap kosong. Rumah besar ini terasa sangat sepi walaupun sebenarnya ada beberapa pekerja yang tinggal di sini.
Ola sungguh merasa kesepian. Mempunyai orang tua yang sama-sama sibuk dengan pekerjaannya membuat Ola terkadang merasa tidak dianggap sama sekali. Ola merasa tidak dipedulikan, apalagi dengan statusnya sebagai anak tunggal. Andai saja dia punya satu atau dua saudara, mungkin hidupnya tak akan sehampa ini.
Beruntungnya, rasa sepi Ola perlahan-lahan terbunuh dengan kehadiran seorang sahabat yang selalu ada untuknya. Apalagi dengan memiliki kekasih yang baik hati, membuat Ola mensyukuri hidupnya yang tak sempurna ini.
Perempuan itu tersenyum saat melihat layar ponselnya yang menyala, menampilkan nama 'Baby' di sana. Siapa lagi jika bukan Kavin, kekasihnya selama satu tahun ini.
"Halo, selamat pagi, Pacar!" sapanya dengan ceria, membuat si lawan bicara pun terkekeh pelan, merasa gemas dengan kekasihnya.
Ola mengangguk walau dia tahu kekasihnya tidak akan bisa melihat anggukannya. "Aku masih sarapan di rumah. Oke. Yup. Sampai jumpa nanti!"
Setelah sambungan teleponnya terputus, perempuan itu pun kembali melanjutkan sarapan yang tertunda. Meskipun terasa hambar dan kosong, mau tak mau, dia harus membiasakan diri karena Ola sadar kedua orang tuanya bekerja keras untuk menghidupinya. Namun, tak jarang dia mengeluh karena ayah dan ibunya lebih mementingkan pekerjaan daripada putri mereka sendiri.
***
Suasana coffee shop di depan kampusnya terasa sesak siang ini. Kelihatannya, pengunjungnya didominasi mahasiswa dan mahasiswi. Selain untuk mendapatkan wifi gratis, coffee shop ini memang cocok untuk dijadikan tempat nongkrong, bersantai bersama teman-teman.
Apalagi setelah mendapat tugas yang tak perlu dijabarkan seberapa banyaknya, dan juga setelah mendapat kuis dadakan yang membuat rambut rontok seketika.
Nuansa krem dan cokelat membuat suasana coffee shop terasa teduh dan nyaman. Desain interior yang sangat Instagramable pun menarik minat anak muda untuk sedikit menghilangkan stres dengan segelas kopi sekaligus selfie cantik.
Ola meneguk Caramel Macchiato-nya, sesekali bola matanya melirik pintu masuk. Dia sendirian di sini karena orang yang ingin bertemu dengannya belum kunjung tiba. Sudah lima belas menit dirinya menunggu dan sampai saat ini belum ada tanda-tanda kedatangan kekasihnya.
Ola menghela napas. Dengan sedikit berdecak, dia pun mengutak-atik ponselnya untuk mengirimkan pesan pada sang kekasih, memberitahu jika dia sudah menunggu.
Suara dentingan sebagai tanda bahwa ada seseorang yang masuk pun mencuri perhatian Ola. Sontak saja, perempuan itu mengulas senyum manisnya kala pandangan mereka bertabrakan. Akhirnya, Kavin datang.
"Lama, ya? Sorry."
Ola mengerucutkan bibir seraya menatap laki-laki yang kini duduk di sampingnya itu dengan malas. Alih-alih merasa tersinggung, Kavin malah terkekeh pelan. Di matanya, Ola yang cemberut itu terlihat sangat menggemaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Not] Fellowship
RomanceCOMPLETE🔥 [Bag. 1-51] Sejak ditinggal kekasih ke luar negeri, Ola jadi sering menghabiskan waktu bersama Raza, sahabatnya sejak masa SMA. Meskipun terlalu cuek, Raza selalu menemani Ola melewati berbagai kerumitan hidup, membuka tabir pengkhianatan...