BAB 38

17.4K 1.8K 259
                                    

Bab 38

Mendengar suara derap langkah dari arah belakangnya, Ola pun menoleh. Seketika perempuan itu mendengkus pelan, saat mendapati kalau pacarnya yang berkunjung.

"Udah puas hunting fotonya?" tanyanya dengan menekankan setiap kata yang diucapkannya, yang pacarnya itu balas dengan gumaman dan terdengar amat santai. Sama sekali tak menyadari kekesalannya. Padahal, Ola bermaksud untuk menyindir laki-laki itu, bukan benar-benar bertanya. Namun Raza tetaplah Raza.

"Bikin apa? Kata Bibi, kamu udah dari satu jam lalu di dapur."

Ola hanya mengedik, malas untuk menjawab. Bukan tanpa alasan dia sebal dengan laki-laki itu. Hanya saja, setelah mereka sudah janjian akan pergi siang ini, tiba-tiba saja pacarnya itu menghilang. Begitu Ola telepon, dengan santainya Raza berkata, "Sorry lupa. Habisnya Fajar bawel banget ngajak hunting foto."

Mengingat kejadian beberapa jam yang lalu, sukses membuat Ola sebal sendiri. Bukan dia protektif dan tak mengizinkan Raza untuk pergi. Masalahnya, dia sudah menunggu beberapa puluh menit tanpa kepastian. Dia sudah dandan secantik mungkin dan sudah merencanakan apa yang akan mereka lakukan hari ini. Namun pacarnya itu sama sekali tak mengirim pesan dan membatalkan janji mereka. Alhasil, di sinilah dia sekarang. Bereksperimen di dapur sendirian, untuk yang pertama kalinya.

Tiga hari yang lalu waktu dia berkunjung ke rumah Raza yang sukses bikin dia malu tak tertolong karena digoda habis-habisan oleh sepupu laki-laki itu. Di waktu yang sama pula, dia mendapat resep dari Tante Adeeva mengenai kue brownies anti gagal, katanya. Tapi entahlah, Ola sudah gagal dua kali. Namun, semua itu tak menyurutkan semangatnya. Kue yang dibuatnya bantat, sama sekali tak sesuai dengan ekspektasinya.

"La?"

"Apaan, sih?!"

"Lah, kenapa?" Raza bertanya heran, begitu mendapati nada suara pacarnya yang terdengar ketus. Padahal sebelumnya mereka baik-baik saja. Sudah dua hari, Ola memang pulang ke rumahnya tak lagi tinggal di apartemen mamanya.

"Haus, La."

"Terus?" tanya Ola tanpa menatap pacarnya sedikit pun, lebih fokus pada ponselnya. Karena sudah dua kali gagal mencoba resep dari Tante Adeeva, akhirnya Ola mencoba untuk mengikuti resep dari YouTube. Semoga saja berhasil. Uh, dia sudah tak sabar.

"Mau minum," jawab Raza yang tengah duduk di kursi seraya memperhatikan gerak-gerik pacarnya dari belakang.

"Kamu punya tangan sama kaki, kan? Ambil sendiri."

"Gelasnya?"

Ola sempat berdecak, kemudian menunjuk kabinet yang berada di atasnya.

"Oke."

"Eeeeh, kamu mau ngapain?" Ola memekik tiba-tiba begitu merasakan punggungnya bersentuhan langsung dengan tubuh Raza. Ah, laki-laki itu menghimpit tubuhnya di antara kitchen set.

"Apa?" Raza balas bertanya.

"Ka—kamu ngapain sih?!" Ola gelagapan sendiri. Jantungnya sudah meronta tak karuan. Ini, aduh, dia nggak bisa diginiin!

"Ngambil gelas. Kamu pikir ngapain? Berharap aku peluk?" Setelah mengambil apa yang dibutuhkannya, Raza bergerak menjauh membuat Ola menggeram karenanya.

Sumpah, ini ruangan perasaan masih luas. Terus, ngapain pakai menghimpit dia segala?!!!

Ola melayangkan tatapan tajamnya. Raza balas dengan cengiran menyebalkan.

"Pengin banget aku peluk?"

Suara Raza yang berada tepat di telinganya pun membuat Ola merinding seketika. Apalagi deru napas laki-laki itu yang terasa geli di lehernya. Ya Tuhan, cobaan apalagi ini ....

[Not] FellowshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang