Dua bulan yang lalu.
"Nayma ..." ucap seorang lelaki separuh baya, memakai kaca mata. Tengah membolak-balikan surat kabar.
"Iya, Ayah," jawab Nayma.
"Ayah ingin berbicara."
"Tapi Nayma lagi buru-buru mau berangkat kuliah, Yah."
"Kamu duduk dulu, Ayah ingin berbicara penting sama kamu."
"Iya, baiklah Ayah. Mau bicara apa?" ucap Nayma sambil duduk di samping ayahnya.
"Begini, Nak. Ayah udah tua, sudah saatnya menimang seorang cucu."
"Maksud Ayah?"
"Ayah, ingin agar kamu segera menikah, Nak."
"Tapi Nayma masih kuliah, Yah. Lagi pula, Nayma belum siap untuk berumah tangga."
"Mau sampai kapan, Nak? usia kamu sekarang sudah dua puluh tahun. Sudah saatnya berumah tangga. Kalau soal kuliah, kamu kan bisa melanjut kuliah setelah menikah nanti."
"Tapi, Yah ...."
"Sudah, jangan banyak alasan. Ayah sudah memiliki calon suami untuk kamu."
"Calon suami?"
"Iya, calon suami kamu. Ayah dan sahabat Ayah, sudah bersepakat untuk menjodohkan kamu dengan anaknya. Kebetulan sahabat Ayah ini memiliki seorang anak laki-laki, dan Ayah sudah berjanji untuk menikahkan kamu dengan anaknya itu."
"Ayah, beri Nayma waktu untuk berpikir."
"Tidak ada waktu lagi, Nay. Minggu depan sahabat Ayah akan datang ke sini sekalian membawa anaknya untuk melamar kamu."
"Secepat itu, Yah?"
"Iya. Ayah harap kamu jangan kecewakan Ayah. Karena kamu anak Ayah satu-satunya."
Nayma terdiam sesaat.
"Nay, kok kamu belum berangkat kuliah, Nak? katanya mau buru-buru mau berangkat," ucap ibunya Nayma yang saat itu menghampiri Nayma.
"Iya, Bu, Nay buru-buru. Kalau gitu, Nay pamit dulu ya, Ayah. Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam ...."
"Nay. Ingat ucapan Ayah tadi," bisik Ayahnya pelan mendekati telinga Nayma.
Nayma hanya menganggukan kepalanya, mencium punggung tangan kedua orang tuanya, dan berlalu pergi.
"Emangnya Bapak bicara apa to sama anak kita? Ibu lihat wajah Nayma seperti di tekuk gitu?"
"Bapak tadi bilang tentang rencana perjodohan Nayma dengan anak pak Broto itu, Bu."
"Lah, jadi bener? Ayah mau jodohkan anak kita? tapi anaknya pak Broto itu kan katanya masih tinggal di kampung, Pak?
"Tadi pak Broto ngasih kabar, katanya sudah ada di sini, Bu. Rencananya minggu depan pak Broto dan anaknya mau ke sini, sekalian lamaran."
"Secepat itu, Pak?"
"Iya, semakin cepat justru semakin baik, Bu. Lagian jagain anak perawan itu gampang-gampang susah. Takutnya salah pergaulan, nantinya kita juga yang repot."
"Tapi anak kita itu kan baik, Pak. Nayma nggak pernah neko-neko, dan selalu nurut sama kita."
"Sudahlah, Bu. Bapak malas berdebat dengan Ibu. Mending Bapak mau main burung kesayangan Bapak, si Perkutut."
"Yo wis to, Pak."
****
Di sepanjang perjalanan, Nayma terlihat murung dan termenung seorang diri. Dia duduk di bangku yang terbuat dari besi di bawah pohon beringin tepat di depan kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Panggil Aku Banci
Teen FictionMarji seorang laki-laki yang memiliki naluri seorang perempuan. Ia terlahir dari keluarga miskin yang serba kekurangan. Tapi rupanya setelah dewasa nasibnya beruntung, karena masih mempunyai seorang ayah kaya raya, yang menjadikan hidupnya berubah.