Marji terbangun. Tubuhnya yang masih tertutup selimut menggeliat, perlahan menggosok dan membuka kelopak matanya. Badannya terasa pegal-pegal. Ia merasa kaget mendapati tubuhnya yang tiba-tiba hanya beralaskan selimut."OMG ... Nayma ...!" pekik Marji dengan begitu keras. Sehingga membuat Nayma terbangun seketika.
"Ada apa, Mas?"
"Apa yang semalam terjadi? kenapa eyke jadi nggak pake baju begindang? Yey pasti sudah memperkosa eyke, kan? yey jahara! huhu ...."
"Bukankah semalam Mas sendiri yang memulainya, apa Mas lupa?"
"Iya, kah? yey nggak bohong, kan?"
"Ngapain Nay harus bohong? udah ah, sekarang sudah jam lima subuh, Nay mau mandi terus langsung shalat."
Nayma memakai pakaiannya kembali dan segera beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi.
Sementara Marji masih duduk mematung, ia berusaha mengingat apa yang terjadi semalam. Memperhatikan tubuhnya yang masih belum memakai pakaian sehelaipun. Kemudian pandangannya tertuju pada seprei putih yang masih terlihat jelas beberapa bercak darah.
"Ya amplop ... jadi semalam eyke nggak mimpi, ini benar-benar nyata?"
Ia melamun, membayangkan lagi hal semalam yang telah ia lewati dengan Nayma.
"Ternyata tempur sama pereu asik juga, ihihi ..." desis Marji.
Lamunannya tiba-tiba terhenti kala mendengar Nayma berbicara.
"Mas, sudah subuh. Mandi dulu gih, terus shalat subuh!"
Marji masih diam.
"Mas! kok malah diem, nanti keburu pagi."
"Nay, apa benar semalam yey dan eyke ...."
"Iya, Mas. Mas ternyata hebat juga, hehe ... Nayma enggak nyangka ternyata Mas Marji mampu juga memberikan nafkah batin untuk Nay."
"Eyke sendiri juga bingung, kok eyke bisa?"
"Maafkan Nayma ya, Mas. Sudah berpikir yang enggak-enggak terhadap Mas Marji."
"Eyke yang harusnya meminta maaf, Nay. Gara-gara semalam eyke nonton film ajeb-ajeb, virgin yey jadi kebobolan deh!"
"Kok minta maaf, Mas? kan memang sudah seharusnya kewajiban seorang istri, memberikan kesuciannya pada suaminya."
"Ya, kan eyke yang salah."
"Udah ah jangan ngobrol terus! cepetan gih mandi terus shalat sana."
"Iya, bawel! tapi boleh kan, kalau besok-besok eyke ulang lagi? ihihi ...."
"Ih ... Mas Marji genit! udah ah, sana cepat mandi dulu. Bau iler tuh."
Marji beranjak dari tempat tidur dengan masih melilitkan selimut di tubuhnya.
"Mas, pakai handuk ini saja ke kamar mandinya."
Marji mengambil handuk dari Nayma dan lagi-lagi melilitkan ke badannya sampai dada.
Nayma hanya menggelengkan kepalanya, 'Ternyata kebiasaan itu sulit untuk di rubah.'****
Pagi harinya Marji dan Nayma pergi ke sebuah restoran untuk sarapan pagi. Sesampainya di sana, pelayan restoran menghampiri mereka.
"Mau pesan apa Mas, Mbak?" tanya si pelayan.
Dengan lantangnya Marji menjawab, "Pesen nasi uduk sama gorengan ye."
Sang pelayan tersenyum dan berkata, "Maaf Mas, di sini tidak ada nasi uduk dan gorengan."
"Aih ... warteg segede gini kok nggak ada nasi uduk sih! ya udah kalau nggak ada, pesan lontong sayur aja deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Panggil Aku Banci
Teen FictionMarji seorang laki-laki yang memiliki naluri seorang perempuan. Ia terlahir dari keluarga miskin yang serba kekurangan. Tapi rupanya setelah dewasa nasibnya beruntung, karena masih mempunyai seorang ayah kaya raya, yang menjadikan hidupnya berubah.