Part 17

759 32 2
                                    

Setengah jam kemudian, Nayma dan Marji tiba juga di rumah sakit bersalin.

"Suster, tolong istri saya mau melahirkan," pekik Marji panik.

"Silahkan Bapak daftar ke ruang administrasi dulu."

"Lho ... istri saya ini mau melahirkan, Sus! bukan mau sekolah."

"Iya, saya mengerti, Pak. Bapak daftar dulu, setelah daftar dan bayar administrasinya baru kami akan tangani."

"Ya ampun, Suster, apa tidak bisa di tangani dulu, baru saya daftar dan bayar."

"Tidak bisa, Pak. Ini sudah menjadi prosedur rumah sakit kami."

"Ya sudah kalau begitu, saya akan urus administrasinya, tapi tolong Suster bantu istri saya masuk ke ruangannya, ya!"

"Iya, Pak!"

Marji segera ke ruang administrasi. Setelah selesai, ia segera menghampiri Nayma yang sudah berbaring di ruang persalinan.

Nayma sedang meringis sambil terus memegangi perut buncitnya.

"Aduh ... Mas, sakit!" rintih Nayma.

"Sabar, Sayang ...!"

Dokter segera memeriksa Nayma dan memasukan jarinya ke organ intim Nayma.

"Aw ... sakit, Dokter."

"Masa cuma di masukin jari saja masa sakit, Bu. Tapi kalau di masukin anu suaminya malah ketagihan," sindir dokter sambil cengengesan.

"Itu kan beda, Dok," jawab Marji sambil tersenyum,
"Oh ya, bagaimana dengan istri saya, Dokter?"

"Istri anda baru pembukaan dua, Pak. Sepertinya masih lama untuk mencapai proses persalinan. Ibu Nayma yang sabar, ya. Nanti kalau mulasnya sudah semakin sering dan berasa mau buang air besar, segera panggil saya."

"Lah, kalau cuma mau buang air besar mah, saya juga bisa nganter istri saya ke toilet, Dokter. Tidak usah panggil dokter segala."

"Maksud saya menyuruh memanggil saya, bukan buang besar, Pak. Tapi kalau mulasnya makin sering, terus terasa mau buang air besar, itu tandanya istri Bapak siap untuk melahirkan."

"Oh, maaf Dokter, saya kira memanggil Dokter, kalau istri saya mau buang hajat, hehe ...."

"Ya sudah, Pak. Karena masih pembukaan dua, istri Bapak sekali-kali di ajak jalan saja, supaya makin cepat pembukaannya."

"Orang mau lahiran kok malah di suruh jalan-jalan, Dok."

"Haduh ... saya nyerah, Sus. Suster saja yang menjelaskan. Saya ada pasien lain yang harus saya tangani," ucap dokter sedikit kesal.

Suster kemudian menerangkan panjang lebar tentang tanda-tanda mau melahirkan. Marji hanya mengangguk-anggukan kepalanya, sementara Nayma terus saja meringis kesakitan.

Satu jam kemudian, Nayma tidak merasakan mulas lagi, Marji yang masih merasa ngantuk, tertidur di kursi tepat di depan Nayma.

"Mas! Mas Marji, bangun."

"Kenapa, Sayang? kamu sudah mulas pengen BAB?"

"Bukan!"

"Lah, terus, kenapa?"

"Aku laper, Mas."

"Ya salam ... sedang mules-mulespun masih sempetnya merasa lapar?"

"Tapi aku beneran laper, Mas. Tolong beliin pecel lele, ya. Aku lagi pengen makan pecel lele soalnya."

Marji melihat jam yang ada di tangannya.

"Baru jam tiga pagi, mana ada warung pecel lele yang buka, Sayang. Minta yang lain saja, ya."

Jangan Panggil Aku BanciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang