Part End

1K 42 18
                                    

Setelah Nayma berhasil menidurkan ketiga bayinya, ia melihat sang suami sudah tertidur pulas dengan memeluk bantal, dan masih dalam keadaan belum memakai baju. Mungkin Marji sengaja menunggu Nayma, sampai ia ketiduran.

Nayma mengambil selimut dan memakaikan ke tubuh Marji, tapi saat ia memakaikan selimut itu, Marji menarik tubuh Mayma, hingga terjatuh pas di atas tubuh Marji. Mata dan bibir mereka kini beradu.

"Mas, aku ngantuk."

"Please, malam ini saja, ya," rayu Marji sambil terus memeluk Nayma.

"Besok aja, ya."

"Aku maunya sekarang."

"Tapi aku bisanya besok, soalnya aku lupa belum pasang KB."

Marji lemes, tak bersemangat lagi.

****

Tiga tahun kemudian ....

Setiap hari minggu, Nayma dan Marji sengajamengisi harinya khusus bersama anak-anak. Dan pada saat itu, Nayma sedang menemani Alisya dan Alikha, bermain boneka barbie, sedangkan Marji sedang bermain game play station, di ruang tengah.

"Marji, Nayma, Ayah ingin bicara dengan kalian," ucap pak Broto.

"Mau bicara apa, Ayah?" jawab Marji sambil menoleh ke arah pak Broto.

"Ini menyangkut perusahaan kita. Kalian ke ruang kerja Ayah, sekarang juga, ya!"

Marji dan Nayma segera ke ruangan pribadi pak Broto yang letaknya masih di dalam rumah. Sedangkan Alisya, Alikha, dan Adam di titipkan ke mbak Lala dan bik Sum, asisten rumah tangga mereka.

Di dalam ruang kerja pribadi pak broto ternyata sudah ada dua orang pengacara dan satu orang notaris, juga bang Bagas, asisten pribadi pak Broto, sudah hadir di ruangan itu.

"Assalamualaikum," ucap Nayma dan Marji di balik pintu.

"Waalaikumussalam, kalian masuk, dan duduk di sini," jawab pak Broto.

Nayma dan Marji segera duduk tepat di samping pak Broto.

"Kenapa Ayah menyuruh kami ke ruangan ini?" tanya Marji heran.

"Begini, Nak. Sesuai perjanjian Ayah tempo dulu. Jika kelak kamu sudah mempunyai anak istri, maka seluruh aset milik Ayah, akan Ayah berikan kepada kamu. Dan mungkin hari ini adalah waktu yang tepat. Ini kenalkan pak Ridwan, dan pak Anwar, dua pengacara Ayah, dan ini pak Iwan, sebagai notarisnya yang akan mengurus semuanya. Dan Bagas sebagai saksinya. Pada hari ini, Ayah akan memberikan semua harta kekayaan Ayah, juga semua aset perusahaan Ayah buat kalian berdua."

"Tapi apa tidak terlalu cepat, Yah?"

"Ayah rasa sudah tepat, karena kamu sekarang sudah mengerti mengenai cara mengatur, dan ikut ambil alih di perusahaan Ayah. Lagipula Ayah sudah tua, dan sering sakit-sakitan. Semuanya sudah Ayah urus. Kalian tinggal mentandatangani berkas-berkas ini."

Nayma dan Marji segera mentandatangani semua berkas yang telah di sediakan. Tiba-tiba terdengar suara teriakan bik Sum.

"Pak Marji, Pak ... dedek Adam tidak ada di ruang tengah."

"Astaghfirullah," pekik Nayma dan segera menemui bik Sum.

"Bik Sum, kok bisa Adamnya hilang sih, Bik?"

"Maaf, Non, tadi Bibi kebelet pipis, karena Bibi liat dedek Adam lagi asyik main game. Pas Bibi balik lagi, dedek Adam sudah nggak ada."

Nayma panik dan segera berlari mencari Adam ke semua sudut ruangan. Begitu juga dengan Marji dan yang lainnya, mereka ikut mencari Adam tapi tidak ketemu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jangan Panggil Aku BanciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang