"Mas, kok malah bengong! ayok shalat dulu," ucap Nayma sambil menarik tangan pria gemulai itu.
"Nay, yey shalat duluan aja ya, nanti eyke nyusul."
"Hemm ... ya sudah, Nay shalat duluan. Tapi Mas harus janji sama Nayma, setelah Nayma shalat, Mas Marji juga nanti shalat ya? itu baju koko sama sarungnya sudah Nay siapkan di atas tempat tidur."
"Iya, istri eyke yang bawel, nanti eyke shalat."
Nayma segera mengambil air wudhu, dan bergegas shalat. Sementara Marji menyalakan televisi lagi.
Nayma dan Marji akhirnya, memutuskan shalat masing-masing karena Marji belum siap menjadi seorang imam, apalagi selama ini ia jarang sekali menunaikan kewajibannya ini sebagai seorang muslim, ada kalanya ia shalat, ia menggunakan mukenah lusuh milik emaknya.
Itupun setelahnya di omeli oleh sang emak. Karena Marji ngotot ingin shalat menggunakan mukenah emaknya.Setelah Nayma selesai shalat, giliran Marji yang di mintai Nayma untuk shalat.
"Hayo ... katanya sudah janji, bakal berubah. Sekarang Mas Marji ambil wudhu gih! terus shalat."
Tanpa banyak bicara lagi, Marji menuju kamar mandi. Kemudian setelah itu keluar dan segera mengambil mukenah. Tapi Nayma segera mengambil mukenahnya.
"Eits ... Mas Marji pake baju koko dan sarung aja ya, itu sarungnya sudah disiapin nggak boleh pake mukenah," ucap Nayma sambil mengacungkan telunjuknya ke arah baju koko, peci, dan sarung.
"Tapi eyke nggak bisa pakenya, Nay. Yey bisa nggak pakein buat eyke?"
"Nggak bisa! Mas Marji harus bisa pakai sendiri."
"Ih ... Nay nggak asik deh ...!"
Marji berusaha memakai baju koko dan kain sarung sendiri. Tapi tiba-tiba Nayma terkekeh dengan ulah Marji. Bagaimana tidak? kain sarung yang Marji pakai digulung sampai atas lutut.
"Ya, ampun Mas. Masa pake sarungnya kaya gitu! Mas Marji mau shalat apa mau ke sawah?"
"Eyke kan udah bilang sama yey, kalau eyke nggak bisa pake sarung," jawab Marji sambil mengerucutkan bibirnya.
"Ya sudah, Nay kasih contoh aja ya!"
Nayma segera mengambil ponselnya kemudian mengklik mbah google cara memakai kain sarung untuk laki-laki. Tak lama kemudian keluar gambar-gambarnya. Marji melihat gambar yang ada di ponsel secara seksama, lalu mempraktekannya.
"Nay ... eyke bisa ...!" pekiknya sambil loncat kegirangan. Nayma tersenyum simpul.
"Mas Marji terlihat ganteng kalau pake baju koko kaya gitu," ucap Nayma sambil memperhatikan wajah Marji.
"Ih ... yey bisa aja deh ... jangan bikin eyke grogi ah, tuh sampai idung eyke kembung kempes gini kan jadinya, ihihi ...."
"Haha ... Mas Marji ternyata bisa ngelucu juga. Ya sudah ... Mas shalat yang khusyuk, ya!"
Marji menganggukan kepalanya, dan segera menggelarkan sajadahnya kemudian komat-kamit menghadap utara. Nayma kembali terkekeh geli melihat ulah Marji.
"Mas ... jangan Menghadap utara, tapi menghadap ke sana, arah kiblat."
"Ih ... Nay rempong!"
Marji membenarkan sajadahnya ke arah kiblat, lalu menundukkan kepala dan mengangkatkan kedua tangannya sambil mengumandangkan takbir.
Nayma memperhatikan suaminya, dan tersenyum sendiri, "Semoga Mas Marji bisa berubah menjadi pria yang sesungguhnya," bathinnya.
****
Jam dinding sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Nayma sudah terlihat mengantuk, sementara Marji masih asyik menonton televisi sambil sekali-sekali memindahkan chanelnya menggunakan remote yang ia pegang.
"Mas, Nay tidur duluan, ya?"
"Ya sudah, yey tidur duluan saja, eyke belum ngantuk."
Nayma menuju matras yang di tutupi spei putih, di atasnya sudah bertabur kelopak bunga mawar berbentuk hati dan di ukir menbentuk huruf 'I Love You'.
Perlahan Nayma memandangi bunga mawar itu, kemudian menggenggam dan mengarahkan ke dadanya."Semoga ada ke ajaiban pada suamiku ya Allah," ucapnya lirih.
Nayma menghempaskan tubuhnya di atas seprei, memeluk guling, dan menutup tubuhnya dengan selimut tebal.
Perlahan ia pejamkan matanya, semakin lama ia tertidur dan berpindah ke alam mimpi.Marji masih betah berdiam diri di depan layar datar itu. Lama-lama, film yang di tontonnya semakin nggak asik. Tapi mata Marji tak juga mengantuk. Akhirnya ia berinisiatif untuk menyalakan DVD. Saat hendak mencari kaset DVD, matanya tiba-tiba tertuju pada suatu majalah dewasa.
Karena penasaran, Marji membuka lembar demi lembar majalah tersebut. Matanya terbelalak, melihat gambar di dalam majalah terpampang sepasang model sedang beradegan ranjang, membuat jakunnya naik turun. Marji segera mengambil air minum yang telah tersedia di atas nakas, lalu meminumnya.
Setelah itu, ia menyalakan DVD, lagi-lagi mata Marji terbelalak, ternyata DVD itu sudah ada kepingan kaset di dalamnya, dan otomatis terputar film, adegan ranjang yang lebih menggairahkan lagi.
Nafas Marji tersengal-sengal, detak jantungnya terasa lebih cepat berdebar.Perasaan apa ini?
Marji baru mengalami hal ini, seperti ada suatu magnet yang menggiringnya untuk mendekati Nayma yang sedang tidur lelap. Dengan nafas yang tersengal-sengal, dan gairah yang menggebu. Marji perlahan mendekati istri yang tadi siang baru di nikahinya. Nayma terbangun ketika merasakan ada sesuatu terasa hangat menyentuh bibirnya. Tapi ia tak menolak, karena sadar, ia kini sudah menjadi seorang istri, dan suami berhak memilikinya.
Mata Nayma masih terpejam, kala merasakan sentuhan hangat yang menyusup dari balik piyamanya, ya ... sentuhan lembut itu terdapat dari lengan suami yang membuat ia semakin bergairah. Tak dapat di pungkiri, sebagai seorang wanita normal, Nayma terangsang, sentuhan demi sentuhan yang di lakukan sang suami.
Dan hingga akhirnya Marji mampu menunaikan tugasnya sebagai seorang suami, bercak merah itu menjadi saksi bisu, sebagai tanda kesucian Nayma sudah terenggut oleh aksi liar Marji. Setelah itu mereka tertidur lelap hanya di tutupi selimut tebal.
****
Di rumah pak Broto sedang berbincang empat mata dengan Bagas.
"Bagaimana, Gas. Apakah kamu sudah menjalankan perintah saya?"
"Sudah, Pak! Sebelum Mas Marji dan Non Nayma masuk ke dalam hotel, sebelumnya saya sudah menyiapkan air di campur obat perangsang, juga menyimpan majalah dewasa dan memasukkan kepingan kaset blue ke dalam dvd."
"Oke, kalau begitu bagus. Semoga misi kita berhasil. Dan saya segera mendapatkan cucu. Hahaha ...."
.
.
Bersambung ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Panggil Aku Banci
Teen FictionMarji seorang laki-laki yang memiliki naluri seorang perempuan. Ia terlahir dari keluarga miskin yang serba kekurangan. Tapi rupanya setelah dewasa nasibnya beruntung, karena masih mempunyai seorang ayah kaya raya, yang menjadikan hidupnya berubah.