8. Terbaik

118 31 6
                                    


MATAHARI mulai bersinar menampakkan dirinya. Kicauan burung milik tetangga juga membuat pagi semakin indah.

Juletta yang masih berbalut piyamanya, sedang merenggangkan otot-ototnya. Ia bangun dan berjalan menuju kamar mandi.

Sebelum itu, ia melihat paper bag di meja belajarnya. Gadis itu langsung buru-buru membukanya. Dan tara ... Boneka bulat keinginannya sudah ia dapatkan.

Ia merasa aneh dengan boneka emoji kiss itu. Kenapa boneka itu terlihat sangat agresif? Hah, namanya saja boneka bulat dengan emoji kiss. Enggak apalah, setidaknya mulai sekarang ada yang memberi ia ciuman setiap harinya. Walaupun cuma boneka. Haha ...

"Mmm ... Tapi ini enggak terlihat seperti anu," ucapnya.

Plak!

Memangnya definisi anu menurutnya apa! Dasar Juletta.

Tersadar kalau matahari makin ke atas, Juletta segera memasuki area kamar mandinya.

Ops, ia lupa tak bawa handuk lagi. Ia berteriak memanggil kakaknya. Namun, tak ada jawaban. Beberapa detik kemudian ia ingat kalau Dinda dan Niha semalam izin padanya kalau ingin menjemput Ayahnya di bandara pagi ini.

Juletta memakai pakaiannya lagi. Dan mengambil handuk. Ia tak ingin bertelanjang walaupun sendirian. Karena ia tak percaya terhadap polosnya tembok. Bisa jadi tembok itu atau perabotan lain memiliki mata secara diam-diam.

Setelah ia mengambil handuknya, langsung ia menuju kamar mandi. Dan mengguyur seluruh tubuhnya dengan air dingin. Segar.

***

Sampailah ia di depan gerbang sekolah. Sekolah yang bernamakan SMA MERKURIUS itu adalah sekolah favoritnya dulu. Tapi sekarang tidak lagi, setelah ia mengetahui jika pelajaran-pelajaran di sekolah ini sangat sulit. Terus emangnya pelajaran di sekolah lain lebih mudah gitu? Dasar Juletta. Hmmm ... Apalagi ia masuk di kelas IPA yang banyak pelajaran hitung-hitungannya.

Sebenarnya ibunya sempat tak mengizinkannya untuk masuk di kelas IPA, karena ia meragukan memampuan hitung anaknya. Tapi, Juletta sendiri yang memaksa untuk masuk di kelas IPA. Karena ia cuma ingin tahu rasanya jadi anak IPA aja.

Ia langsung memasuki area sekolah dan memakirkan motornya. Dan langsung melesat ke kelas.

Waktu itu kelas sudah ramai. Dan semua warga kelas sedang buru-buru mengerjakan sesuatu di bukunya. Ada apa? Apa ada pekerjaan rumah? Kok, Juletta gak tahu?

Juletta langsung ke bangkunya dan bertanya kepada Alya yang sedang sibuk berkutik dengan kalkulator di ponselnya.

"Ini lagi ngerjain apa, sih? Kok sibuk banget!" tanya Juletta.

"Jadi elu belum ngerjain?!"

"Ngerjain apa?"

"Matematika! Elu udah ngerjain apa belum?"

"Tentu saja!" ucap Juletta bangga.

"Tentu saja udah, kan?"

"Tentu saja belum, haha!"

"Ya Allah, ampuni teman hamba ini, Ya Allah. Berikanlah ia hidayah, Ya Allah!" ucap Alya dengan kerasnya. Sontak semua warga kelas langsung berseru "Aamiin Ya Rabbi!"

"Makasih atas doanya, kawan-kawanku!" ucap Juletta membuat ciuman jauh untuk teman-temannya. "Kalian terbaekk!" Lanjutnya. Lalu duduk, hanya mengamati teman-temannya yang sedang sibuk berkutik dengan kertas, pulpen, dan kalkulator.

***

To be continue...

Thanks for reading😻😻

AL✨

Juletta (BELUM KELAR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang