19. Rencana Alya

74 7 0
                                    


Seluruh anggota OSIS tahun ini mulai berhamburan menuju ruang OSIS. Termasuk Juletta, dia celingak-celingukan melihat semua orang. Cewek itu merasa sendirian, pasalnya, temannya tidak ada satupun yang menjadi anggota OSIS.

Juletta duduk di bangku yang sudah disediakan. Bangku paling pojok, di sampingnya terdapat Elis yang duduk anteng sambil menyeruput jus melonnya.

"Jadi, hari ini saya mau mendaulat kalian sebagai anggota OSIS. Dan kalian dapat bagian apa? Cus, dengerin makanya!" Ucap Bu Lili.

Bu Lili pun langsung memanggil nama satu-persatu dan menyuruhnya untuk berdiri ke depan.

"Gabriella Anastasia, sebagai sekretaris, dan wakilnya adalah Viko Ganesha," ucap Bu Lili

Juletta menghembuskan napas lega. Ia tak ingin menjadi sekretaris karena ia tak pandai mengetik cepat dan ia juga bukan pendengar yang baik. Tapi kalau ia diberi pilihan antara menjadi sekretaris atau bendahara ia akan lebih memilih menjadi sekretaris. Karena, kata ibunya, jadi bendahara itu harus memiliki ketelitian tinggi dalam mengurus keuangan.

"Sekarang, yang dinobatkan menjadi bendahara adalah Juletta Oktavira dan wakilnya adalah Julian Arnold,"

Seisi ruang memberinya tepuk tangan yang meriah. Lalu yang dipanggil namanya pun langsung berjalan ke depan.

Juletta celingak-celinguk, baru saja ia berdoa agar tak dijadikan bendahara. Sekarang malah kejadian.

Julian pun merasa kikuk. Dosa besar apa yang ia miliki sampai-sampai ia dipasangkan dengan musuhnya itu.

***

Dengan lunglai cewek lugu yang bernama Juletta itu duduk di bangkunya.

Cewek itu menghembuskan napas kasar lalu mengomel. "Seharusnya gua gak nyalon jadi OSIS!" Juletta merasa menyesal menjadi anggota OSIS.

Alya dan Baila diam.

"Kalian gak nasehatin gua gitu?" tanya Juletta.

"No comment, Jul!" ucap Baila.

"Sama, gue juga!" seru Alya.

Juletta menghembuskan napas pelan. Lalu memutuskan untuk tidur selagi jamkos.

***

"Ya Allah, kenapa hamba engkau beri cobaan seperti ini?" ucap Julian ketika ia sedang menuju kelasnya.

Alya yang baru saja dari toilet bersama Baila langsung menemui cowok itu.

"Alya mau kemana? Tungguin Aku!" Seru Baila saat tahu Alya berlari ke arah Julian.

"Julian!" Panggil Alya pada Julian.

Sontak yang dipanggil pun langsung menoleh. "Hm?"

"Gue mau ngomong," ucap Alya. Sementara Baila masih ngos-ngosan setelah mengejar Alya.

"La, elu boleh kesana dulu enggak? Gue mau ngomong empat mata sama dia!" ucap Alya pada Baila.

Baila pun mengguk dan menunggu di kursi depan kelas XII tak jauh dari sana.

"Mau ngomong apa? Mau bully gua kalo gua kalah dari temen lu gitu?" Cetus Julian.

"Enggak kok. Gue malah mau ngerencanain sesuatu buat lu!"

Julian terheran. Ada apa dengan teman musuhnya ini?

"Wait wait. Maksud elu mau ..."

"Ngejebak temen gua--Juletta!" Simpul Alya.

"Hah?!"

Alya menggaruk tengkuknya.

"Elu mau apa enggak?!"

Juletta (BELUM KELAR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang