28. Sewa Mobil

53 5 12
                                    


Gadis yang sedang tertidur di kasur rumah sakit itu membuka matanya setelah beberapa hari ia tertidur pulas.

"Alhamdulillah ... Kamu sudah sadar, nak," ucap perempuan paruh baya yang sedang memakai baju syar'i.

Alya bingung, kenapa bisa ia berada di tempat ini--rumah sakit. Yang terakhir ia ingat ia sedang berada di mobilnya lalu ia terserang asma dan yang terakhir ... Ia lupa.

"A-ada apa dengan saya ... Dan anda siapa?" tanya Alya.

"Kamu kecelakaan, nak. Dan perkenalkan nama saya Alisa," perempuan itu mengulurkan tangannya.

Alya membalas ulurannya. "Saya Alya, tante. Terima kasih udah menolong saya."

"Iya. Apa kau sedang depresi?"

Alya diam. Ia tak tahu apa ia depresi atau tidak. Ia tak tahu situasi apa yang sedang ia hadapi.

"Nak?" Alisa melambaikan tangannya di depan wajah Alya. Alya meluruskan pandangannya yang kosong.

"Saya rasa kamu sedang butuh waktu untuk sendiri." Alisa langsung pergi ke luar ruangan agar Alya bisa merilekskan diri dulu.

***

"La, buka Google maps, dong," perintah Juletta pada Baila.

Baila menggeleng.

"Kenapa?" Juletta mengangkat sebelah alisnya. "Gak punya kuota?"

"Iya."

"Makanya beli!" celetuk Juletta.

"Emang kamu punya kuota?"

"Enggak," Juletta melebarkan bibirnya.

Juletta kini sedang heboh di parkiran sekolah. Ia tak tahu di mana itu Rumah Sakit Pelita dan apa yang harus ia kendarai untuk ke sana.

Motor kesayangannya sedang butuh donor oli di bengkel.

Juletta menghembuskan napas kasar. "Kita naik apa, ya, La?"

"Jalan kaki aja gimana? Kan, sehat," ujar Baila.

"Ide yang kurang bagus!"

"Tahu bulat. Digoreng dadakan. Lima jutaan. Tahu bulat. Digoreng dadakan. Lima jutaan."

Juletta mendengar suara yang mainstream baru saja. Ya, mereka mendengar suara pedagang tahu bulat yang berada di depan sekolah mereka.

Juletta menarik tangan Baila ke luar sekolah, menuju ke mobil bak pedagang tahu bulat.

"Mau beli tahu?" tanya Baila.

"Enggak."

"Terus mau ngapain?"

Juletta diam.

Untungnya hari ini si Satpam kumis tipis sedang tidak berjaga. Jadi para siswa bisa seenaknya keluar-masuk sekolah.

"Beli berapa, dek?" tanya mas-mas penjual tahu bulat pada Juletta.

"Saya sewa nih mobil gimana, bang?" Pertanyaan Juletta barusan membuat sang penjual, pembeli, serta orang lainnya mendadak menatapnya.

"Gila, anak orang kaya, nih."

"Anak sultan, mah, bebas."

"Mau nyewa, kok, nyewa mobil bak tahu bulat, sih."

"Anying, nih, anak mau jualan tahu bulat emang."

"Berani sewa berapa kira-kira, nih, anak."

Juletta (BELUM KELAR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang