4. Masih Abu-Abu

2.1K 252 35
                                    

"Perasaan ini belum bisa aku definisikan, masih abu-abu seperti langit yang mendung."

- Alvaro Satya Adhitama -

⭐️⭐️⭐️

Bel istirahat berbunyi nyaring diseluruh penjuru ruangan. Surga bagi semua siswa SMA Rajawali. Mereka berhamburan keluar setelah guru yang mengajar diruang kelas masing-masing pergi. Ada yang menuju perpustakaan untuk membaca buku, atau sekedar duduk-duduk dikursi koridor dan ada juga yang tetap dikelas. Namun, sebagian besar siswa menuju ke tempat keramat yaitu Kantin. Sebab, hampir semua penghuni sekolah pergi kesana.

Dita tengah merapikan buku-buku pelajarannya, sesekali ia mendengus sebal mendengar ocehan Sasa yang membuat gendang telinganya hampir saja pecah. Entah kenapa ia bisa berteman dengan manusia yang satu ini.

"GC kenapa sih Ta, gue laper nih!" ujar Sasa untuk yang kesekian kali.

"Sabar beo!" balas Dita, cewek itu memasukkan buku pelajarannya ke dalam tas.

Sasa berdecak sebal setiap kali sahabatnya memanggilnya dengan sebutan beo. Apa dia mirip dengan burung yang satu itu? Jelas-jelas mereka berbeda spesies bahkan jika dilihat dari ciri-ciri mereka, berbeda jauh. Tetapi ada satu kesamaan, yaitu mereka sama-sama cerewet.

"Ayok...katanya tadi laper," ajak Dita. 

Mereka berdua berjalan menuju kantin, sesampainya disana mereka langsung menempati tempat duduk yang kosong. Sasa memilih tetap disini, sedangkan Dita yang memesan makanan. Cewek itu memang paling malas jika harus mengantri, apalagi desak-desakkan seperti itu. Kalau saja ada Tara, pasti cewek itu yang akan memesan makanan, berhubung Tara tidak ada, mau tidak mau Dita yang mengantri disana.

Jika berada di kantin, Sasa jadi teringat tentang kejadian itu, kejadian paling memalukan yang pernah ia alami seumur hidupnya. Tapi sudahlah, toh itu semua sudah terjadi. Jadi, untuk apa disesali?

Dita membawa nampan berisi dua mangkok mie ayam dan es teh menghampiri Sasa. Lalu duduk disamping cewek itu. Dita meletakkan satu mangkok dimeja Sasa.

"Makasih Dita," ucap Sasa dengan senyuman khasnya. Sedangkan Dita hanya membalas dengan deheman singkat.

"Selamat makan!" ujar Sasa sebelum menyantap makanan dihadapannya.

Dita menghentikan aktivitasnya saat tak sengaja melihat Lisa, kakak kelas yang merupakan panitia pemilihan tim inti paduan suara. Cewek itu langsung meraih minumannya. Setelahnya memberitahu Sasa.

"Sa, itu kak Lisa. Ayok!" ucap Dita, cewek itu menarik tangan Sasa hendak pergi menemuinya.

"Tapi makanannya belum habis,"

"Katanya mau minta formulir pendaftaran."

"Yaudah deh, dengan terpaksa gue harus relain makanan ini." ucap Sasa dengan tatapan miris.

"Udah nanti aja curhatnya," Dita menarik Sasa lalu mereka menghampiri Lisa yang tengah membeli minuman ke salah satu penjual di kantin.

"Kak Lisa yah?" tanya Dita memastikan.

Cewek yang dipanggil itu menoleh lalu tersenyum, "Iya, kenapa?"

"Kita mau minta formulir pendaftaran paduan suara kak," ucap Dita ramah.

"Oh kalian mau daftar?" Lisa menatap Sasa dan Dita bergantian. Kedua cewek itu mengangguk.

"Formulirnya ada dikelas, yuk." ajak Lisa.

Sasa dan Dita mengikuti Lisa. Kedua cewek itu berjalan dibelakang kakak kelasnya. Mereka bertiga keluar dari kantin dan berjalan di deretan kelas 11. Sampai akhirnya Lisa menghentikan langkahnya di depan kelas lalu membalikkan badan.

HEARTBEATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang