14. Memories

1.3K 113 3
                                    

"Kenangan itu sejatinya bukan untuk dilupakan, tetapi untuk dikenang supaya jadi titik acuan buat kamu maju kedepannya."

- Clarissa Adreena Zaren -

⭐️⭐️⭐️

Goresan jingga mulai terpapang jelas di sebagian langit, menandakan sang senja akan segera tiba. Sepoi-sepoi angin mulai menyapu beberapa tumbuhan yang dilewatinya. Termasuk gadis kecil yang tengah mengendarai sepeda mininya, rambut yang dibiarkan terurai membuat lebih leluasa terbawa angin.

Terlihat dari arah yang sama, lebih tepatnya dibelakangnya, tampak seorang anak laki-laki yang berusaha menyalipnya menggunakan sepeda BMX. Namun, gadis kecil itu terlihat enggan tersalipi. Dia langsung menambah kecepatan dengan mengayuh sepeda lebih kuat lagi, hingga ia berhasil sampai disebuah taman. Dimana merupakan garis finish mereka.

Gadis kecil itu bersorak gembira saat turun dari sepeda pink-nya. Lengkungan indah tercetak jelas dibibir manisnya. Dari arah yang sama seorang anak laki-laki mengayuh sepedanya mendekatinya.

"Aku menang," teriaknya kala anak laki-laki itu sampai didepannya.

"Mana hadiahnya?" tagihnya.

Sebenarnya, sebelum mereka berlomba sepeda, mereka lebih dulu membuat kesepakatan. Yaitu siapapun yang kalah harus memberi hadiah kepada sang pemenang. Seperti sekarang ini.

Bukannya memberi hadiah, anak laki-laki itu justru pergi dari sana membuat anak perempuan itu mendengus.

Anak itu berjalan ke arah ayunan yang berada dibawah pohon, duduk disana lalu disusul anak perempaun itu. Ayunan yang cukup lebar membuat keduanya bisa duduk bersebelahan.

Gadis kecil itu menoleh kearah anak laki-laki disebelahnya. Ia  kembali menagih hadiahnya, "Mana hadiahnya?"

Anak laki-laki itu hanya menoleh sekilas, lalu merogoh saku celananya. Mencoba mencari sesuatu didalam sana, sampai akhirnya menemukannya.

Sebuah liontin berwarna silver dengan bandul bintang membuat anak perempuan itu menatapnya takjub, matanya langsung berbinar kala itu.

Anak itu menyodorkan kepada gadis kecil dihadapannya. "Ini hadiahnya, tapi kamu harus janji sama aku buat selalu jaga liontin ini."

Gadis kecil itu hanya mengangguk, lalu mengambilnya. Mengamati liontin yang berada digenggamannya. Detik berikutnya ia mendongakkan kepala menatap anak laki-laki dihadapnnya seraya mengucapkan, "Terimakasih."

"Besok kayaknya kita ngga main lagi deh," ucap anak itu membuat gadis kecil disebelahnya kembali menoleh.

"Kenapa?" tanyanya.

"Besok aku pergi," mendengar jawaban dari anak laki-laki disebelahnya membuat senyuman dibibir mungil gadis kecil itu memudar.

"Pergi kemana?" tanya gadis kecil itu lagi.

"Aku juga ngga tau, papa bilang jauh," balasnya, seraya memalingkan pandangannya menatap langit yang sudah berubah warna. Matahari mulai tenggelam diufuk barat.

Gadis kecil itu mulai berkaca-kaca, bendungan bulir air mata bisa saja tumpah sekarang. "Kamu bakalan balik lagi kan?"

Menyadari perubahan ekspresi wajah gadis kecil disebelahnya membuat anak laki-laki itu mencubit hidungnya, seraya mengejeknya dengan menyebutnya, "Cengeng."

Gadis kecil itu berdecak kesal. Lalu memegangi hidungnya yang memerah akibat cubitan nakal anak laki-laki disebelahnya, "Sakit tauk!"

Melihatnya itu kesal, membuat anak itu tertawa puas.

HEARTBEATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang