17. Kesempatan

1K 111 8
                                    

"Jawaban kamu terlalu ambigu, buat seorang pencuri hati kayak aku."

- Alvaro Satya Adhitama -

⭐️⭐️⭐️

"HAH??!"

Alvaro seperti mati rasa kala melihat banyak orang yang sudah berdiri diambang pintu UKS, dan sialnya mereka semua mendengar pembicaraannya dengan Sasa. Bukan apa-apa, masalahnya yang ia bicarakan tadi merupakan semua isi hatinya. Bagaimana cowok itu tidak merasa malu?

Suara deheman seseorang membuat mereka menoleh kearah sumber suara, yang tak lain adalah Bu Rima, seorang guru yang notabenya sebagai guru BK yang juga ikut menyaksikan pertunjukan bucin siswanya tadi.

"Sasa, ayo ikut ibu keruang BK." ujar Bu Rima yang dijawab anggukan oleh Sasa.

Bu Rima melirik kearah Sherly, cewek disebelahnya ini melihat kearah Alvaro dengan tatapan nanar, "Kamu juga Sherly, ikut Ibu." perintahnya, lantas wanita itu pergi dari sana dengan diikuti Sherly dan Sasa.

Sedangkan Dita dan Tara juga ikut pergi, mengekor dibelakang Sasa  berniat menanyakan sesuatu kepada cewek itu, apalagi jika bukan tentang kejadian tadi.

Setelah kepergian mereka, gelak tawa dari teman-teman Alvaro seketika memenuhi ruang UKS. Alvaro menyipitkan matanya bingung dengan tingkah teman-temannya itu. Bahkan Galang sampai memukul-mukul pintu yang tak bersalah sambil tertawa ngakak, sedangkan Riko dan Vinto tertawa sambil memegangi perutnya, dan yang lebih parahnya lagi Rafi sampai guling-guling di lantai sembari cekikikan. Melihat tingkah teman-temannya membuat Alvaro bergidik ngeri, sepertinya mereka sedang kesurupan massal.

"Aduhh bisa gila gue!" ujar Galang dengan setengah tertawa.

"Anjirr ngakak banget, bisa-bisanya lo boz nembak cewek ditempat beginian pake kedengeran kita-kita lagi." titah Rafi yang diangguki oleh ketiganya.

"Ralat! bukan cuma kita, tapi bu Rima juga denger Fi." timpal Riko.

Alvaro hanya diam, cowok itu terlalu malu untuk sekedar berbicara. Citranya yang selama ini ia jaga dihadapan teman-temannya seketika luntur. Akhirnya mereka tahu, sisi lain Alvaro selain cowok itu tegas, yaitu bucin.

"Tapi gue salut sih sama lo, akhirnya lo berani juga ngungkapin ke dia." ucap Galang yang langsung diberi acungan jempol oleh Rafi, Vinto dan Riko.

"Tapi gue liat Sasa kaya shock gitu waktu denger gue suka sama dia." ujar Alvaro mengingat ekspresi wajah Sasa saat mengetahui yang sebenarnya.

"Yaelahh...bukan cuma Sasa doang yang shock keles! Kita-kita juga shock, ya ngga?" timpal Riko yang langsung diberi tatapan tajam oleh Alvaro, membuat cowok itu langsung menyatukan kedua tangannya seakan-akan meminta maaf.

"Wajar lah boz kalo cewek habis ditembak kaget gitu, mantan-mantan gue juga begono dulu." ucap Rafi cowok yang notabenya paling berpengalaman soal percintaan.

Alvaro hanya takut Sasa menjadi menjauhinya setelah kejadian hari ini. Cowok itu bahkan tidak terlalu berpikir apakah Sasa menerimanya atau tidak, baginya itu urusan belakangan.

Galang menepuk pundak Alvaro, "Tapi Ro, cara lo nembak Sasa tadi itu sama sekali ngga ada romantis-romantisnya, garing." ucapa Galang lalu terkekeh.

"Hooh...ngga ngasih apa-apa juga, harusnya ngasih cincin kek, kalung, coklat, minimal bunga lah. Kaya gue waktu nembak ke Feli." timpal Riko.

Alvaro bahkan sampai tidak berpikir kesana, cowok itu tidak ada persiapan sama sekali untuk menembak Sasa, hingga tidak ada romantis-romantisnya sama sekali. Tetapi sudahlah, nasi sudah menjadi bubur untuk apa disesali semua sudah terlanjur.

HEARTBEATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang