5. Seleksi Padus

1.8K 235 40
                                    

"Apakah mereka benar, jika kamu memiliki perasaan lebih kepadaku?"

- Clarissa Adreena Zareen -

⭐️⭐️⭐️

Pagi ini, kelas Sasa berubah menjadi pasar, kelas yang terletak disamping tangga itu tengah ribut. Terdengar dari suara mereka yang sampai ke koridor. Bahkan siswa yang berangkat dan kebetulan melewatinya sempat menoleh ke arah kelas itu untuk mengetahui sumber masalahnya. Bukan karena ada perkelahian atau perselisihan. Namun, mereka ribut karena kesana kemari mencari contekan. Sebab, kemarin mereka mendapat pekerjaan rumah dari bu Novi yang materinya belum dijelaskan oleh guru itu. Jadilah seperti sekarang ini.

Bahkan Dita, satu-satunya siswa yang menjadi kunci jawaban kelas itu juga sama sekali belum mengerjakan, alasannya karena cewek itu tidak mengetahui rumusnya. Mereka sengaja berangkat lebih awal, sebab pelajaran matematika adalah jam pertama.

"Woy, si Jono udah dikerjain," teriak seorang siswa membuat seluruh penghuni kelas itu langsung meraih buku mereka dan berlarian kearahnya. Begitu juga dengan Sasa dan kedua temannya.

"Gila lo Jon, hebat banget bisa ngerjain soalnya." ucap Andi, si ketua kelas.

Cowok berkacamata bundar yang bernama Jono itu hanya tersenyum melihatkan gigi putihnya.

"Bukan gue yang ngerjain tapi emak gue."

Semua siswa yang mendengar penuturan Jono langsung menoleh kearah cowok itu. Mulut mereka membuka seperti mengatakan hah? Antara percaya atau tidak.

Jono yang menjadi pusat perhatian lagi-lagi tersenyum tanpa dosa.

"Jangan salah, emak gue itu dulu juara OSN Matematika." ujar Jono dengan satu tangannya berada didepan dada seraya memukul dadanya, bangga.

Semua siswa dikelas itu hanya ber-oh ria menanggapi ucapan Jono. Tak ingin memperpanjang masalah ini, karena jika terus dilanjutkan cowok berkacamata itu akan terus mengkhayal dan yang lebih ruginya lagi bisa-bisa mereka tidak sempat mencontek karena bel masuk berbunyi lebih dulu. Lagi pula, haram hukumnya jika percaya dengan ucapan Jono yang nglantur itu.

Andi, selaku ketua kelas itu mengatur teman-temannya untuk kembali ketempat duduk mereka. Andi mempunyai ide agar kelas mereka tidak lagi ribut dan menjadi pusat perhatian siswa yang lewat. Dia mengambil hasil pekerjaan Jono lalu memfotonya kemudian di share grup kelas. Dengan begini, kelas mereka tidak lagi seperti pasar. Terbukti setelah membagikannya di grup, teman-temannya tidak lagi ribut. Suasana berubah menjadi tenang dan tentram, sebab mereka sibuk menyalin contekan itu. Bahkan kelas yang tadinya seperti pasar, kini berubah menjadi kuburan.

Sasa, cewek berponi itu tengah sibuk dengan pekerjaan, satu tangan memegangi ponsel dan tangan yang satunya lagi digunakan untuk menulis.

"Sa, lo dicariin tuh didepan." ucapan salah satu temannya yang baru saja datang membuat Sasa menghentikan aktivitasnya sejenak. Cewek itu mendongakkan kepala.

"Siapa?"

"Kak Alvaro,"

Ucapan cewek itu sukses membuat kedua temannya langsung menoleh kearah Sasa, mereka terkejut sama halnya dengan Sasa.

"Sa, lo buat masalah lagi sama dia?" tanya Tara, yang dijawab gelengan kepala oleh Sasa.

"Temuin gih sa." suruh Dita.

Sasa mengangguk lalu beranjak dari sana dan berjalan keluar kelas menemui Alvaro.

Cowok berjaket boomber hitam itu menoleh, menyadari kedatangan cewek yang ia tunggu. Kedua tangannya ditekuk didepan dada, badannya menyender didinding depan kelas.

HEARTBEATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang