10. Sebuah Nasehat

1.5K 134 13
                                    


"Aku yakin keraguanku saat ini tidak lama lagi akan berubah menjadi keyakinan."

- Alvaro Satya Adhitama -

⭐️⭐️⭐️

Jam kosong atau sering disingkat menjadi jamkos merupakan surga dunia bagi semua siswa. Ditambah lagi guru piket yang lupa tidak memberi tugas, menjadi kebahagiaan yang berlipat ganda. Itulah yang saat ini kelas Alvaro rasakan. Terbebas dari yang namanya Jam pelajaran, apalagi sekarang adalah pelajaran Fisika yang membuat seisi kelas menjadi pusing tujuh keliling.

Bagaimana dikatakan tidak pusing? Buah kelapa yang jatuh saja harus dihitung kecepatannya. Lalu, roda yang menggelinding juga dihitung gaya geseknya, apa tidak sekalian dihitung saat bannya bocor?

Berbagai macam spesies bermunculan pada saat seperti ini. Seperti misalnya, deretan bangku depan diisi oleh para kutu buku, dengan kacamata yang sudah bertengger dihidungnya masing-masing dan beberapa buku yang sudah mereka pegang, entah itu buku pelajaran ataupun novel. Kemudian, beralih ke dekat jendela. Disana terdapat para kaum gosip, siapa lagi kalau bukan para cewek? Tanpa bergosip rasanya hidup jadi hampa, begitu kata sang ratu gosip. Selanjutnya, ada para gamers yang duduk dipojokan, sudah siap mabar dengan benda pipih digenggaman mereka. Tak lupa dengan diiringi band kepret yang ikut serta meramaikan kelas.

Suara ember yang beradu dengan botol bekas membuat suasana bertambah bising, ditambah lagi suara nyanyian yang terdengar gaje. Siapa lagi yang memiliki suara itu kalau bukan Tono, si biangkerok yang ngaku-ngaku jadi kembarannya Justin Bieber. Padahal, diantara mereka tidak ada satupun yang sama. Apa lagi dari segi suara, seperti bumi dan mars.

Berbeda dengan Alvaro dan keempat temannya yang memilih pergi dari kelas, bukan kantin yang menjadi tempat tujuan mereka, tetapi menuju lorong sekolah yang terletak dibelakang. Lebih tepatnya didekat gudang. Bukan hanya sekali atau dua kali mereka kemari, tetapi sudah berkali kali. Bahkan saat mereka bolos pelajaran tempat yang menjadi persembunyian mereka adalah disini. Selain jarang dilewati oleh para guru, letak lorong ini juga jauh dari deretan kelas. Paling hanya tukang bersih-bersih saja yang akan kemari, itupun untuk mengambil sapu digudang dan jarang.

"Lang, lo kan yang ngaduin ke Dito kalo gue ganggu Dita kemaren?" tuding Rafi menggebu gebu.

"Kok lo jadi nuduh gue? Gue ngga serendah itu juga kali, pake ngaduin kelakuan lo ke Dito," balas Galang membela diri, "lagian kemaren gue tuh cuma bercanda."

"Trus kalo bukan lo siapa lagi?"

"Ya mungkin Dita sendri yang bilang, bisa jadi kan."

"Emang lo diapain sama Dito Fi?" tanya Alvaro mulai ikut dalam pembicaraan kedua temannya.

"Ngga diapa-apain sih, cuma ditanyain kenapa gangguin adeknya."

"Yaelah, cuma kayak gitu aja diperdebatin." seru Vinto yang masih fokus dengan game diponselnya.

"Trus jawaban lo?" tanya Alvaro.

"Ya gue bilang lah, kalau gue suka sama adeknya."

"Widihh, ternyata temen gue yang satu ini gentle man juga." puji Riko, "gue kira lo cuma bisanya baperin anak orang doang."

Ucapan Riko berhasil membuat mereka tertawa. Pasalnya, apa yang Riko katakan itu memang benar.

"Itu dulu, kalo sekarang beda ceritanya, gue beneran serius sama Dita." ujar Rafi membuat keempat temannya berhenti tertawa.

Galang menepuk pundak Rafi, "Akhirnya lo tobat juga Fi."

"Ro, kalo lo sama Sasa gimana?" tiba-tiba Rafi mengalihkan pembicaraan, membuat mereka mengalihkan pandangannya menatap Alvaro.

HEARTBEATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang