Setelah pulang sekolah,Rico biasanya nongkrong bersama sahabatnya di sebuah kafe terdekat. Mereka sering nongkrong di kafe tersebut. Saking seringnya mereka nongkrong disana hingga pelayan kafe tersebut tampak akrab dengan mereka dan afal dengan apa yang sering mereka pesan.
Kafe ini adalah kafe dimana Rico dan Alvino saling menjulurkan tangan untuk meresmikan persahabatan mereka. Di kafe ini membuat kenangan. Sebagian besar memori persahabatan mereka adalah di kafe ini.
"Jadi kapan rencana lo buat nembak si Sonia?" Tanya Alvino dengan tatapan mata yang serius.
"Gak tau Vin, gue belum punya rencana buat itu" ucap Rico sambil menyedot minuman di depannya.
"Oh okelah,sebaiknya lo tembak Sonia secepatnya,keburu dianya di ambil orang tuh" ucap Alvino sambil tertawa samar.
"lo buktiin dong kalo lo emang bener suka dan sayang sama sonia,dengan lo segera nembak dianya" lanjut Alvino.
"Hm,iya-iya Vin" ucap Rico dengan tampang kurang yakin.
* * *
Bel istirahat yang di tunggu-tunggu Raja akhirnya berbunyi. Wajah Raja yang tadinya lesu menjadi segar kembali. Kelas Pkn selalu membosankan untuknya. Baginya kelas Pkn adalah kelas pembawa kantuknya,karena disetiap pelajaran Pkn mata Raja seketika itu berat seperti otot matanya tak sanggup lagi menopang kelopak matanya untuk tetap melek.
"Kantin yuk," ajak Raja setelah bayangan guru Pknnya benar-benar tidak terlihat lagi di kelasnya.
"entar,gue lagi nyatet materi yang tadi" ucap Rinda.Karena ketika pelajaran pkn tadi ia sibuk menghayal bersama seseorang yang ia sukai.
"Yaelah,lelet amat lo,nyatet segitu aja lama amat" ucap Raja sambil ia melihat-lihat ponselnya.
"Yuk," ajak Rinda ketika dirinya sudah selesai.
Raja dan Rinda berjalan berdampingan. Seperti biasa ketika mereka jalan bareng selalu ada topik pembicaraan yang menemani mereka. Topik pembicaraannya pun berfariasi. Terkadang topiknya penting dan terkadang juga topiknya hanya sebatas pembicaraan yang menemani langkah mereka menuju tempat yang dituju.
Jam istirahat kali ini Rico tidak ikut ke kantin bareng sahabatnya. Namun Rico sudah bilangan kepada sahabatnya bahwa ia tidak bisa ikut makan bareng di kantin seperti biasanya. Sahabatnya tidak menanyakan alasannya, sehingga Rico tidak perlu Repot-repot memikirkan alasannya.
Rico keluar dari kelasnya bukan karena dipanggil guru tetapi mencari Sonia. Ia mencari di setiap tempat. Sekolah ini cukup luas sehingga Rico sulit untuk menemukan orang tersebut. Di kelasnya Rico tidak menemukan tanda-tanda adanya orang yang ia cari.
Entah kenapa Rico tidak menemukan Sonia. Padahal tadi pagi ia melihat Sonia masuk sekolah dan Rico telah mencarinya disemua tempat. Ia menghembuskan nafas beratnya karena lelah.
"Hm," Deheman seseorang di belakang Rico. Rico membalikkan badannya ke sumber deheman tersebut. Akhirnya Rico menemukan Sonia. Namun seketika itu lidah Rico kaku,badannya dibasahi oleh cucuran keringat dingin. Namun dengan tekadnya ia berhasil mengendalikan lidah kakunya.
"mm Son ikut gue ya" ucap Rico sedikit nervous.
"kemana?,"tanya Sonia
"Maba bareng,"
"Hah?" ""Gue mau ngajak lo kesuatu tempat." Rico membuat Sonia semakin penasaran.
"Tapi..."
"guru yang mengajar sekarang,tas lo? Tenang,sebelum bel masuk kita udah balik. Yuk!"
Rico melangkah menuju parkiran sambil memegang erat tangan Sonia. Langkahnya mendadak berhenti. Rico dan Sonia kini berbalik dan bersembunyi di balik tembok. Saat mendapati Pak Jay sang Satpam sekolah tengah berdiri di depan gerbang mengawasi langkah para siswa yang keluar di jam pembelajaran. Rico segera berbalik sambil menarik tangan Sonia yang telah ia pegang dari tadi. Ia akan pergi melewati gerbang belakang sekolah,karena yang ia tau gerbang belakang sekolah jarang di awasi satpam. Dengan diam-diam, akhirnya mereka berhasil keluar dari sekolah.
Rico terpaksa harus mengajak Sonia berjalan kaki menuju tempat tujuan. Tempat yang mereka tuju lumayan deket dengan sekolahnya,sehingga tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk sampai di tempat tujuan.
Merekapun sampai di sebuah kafe deket sekolahnya.pengunjung kafe tersebut sedikit,karena pada saat itu masih jam kantor.
Mereka duduk berdampingan. Suasana kafe yang begitu asri dan juga ada berbagai macam hiasan yang menghiasi setiap ventilasi kafe.
Rico menatap dalam mata Sonia,"Son kalo gue suka sama lo, apakah lo akan percaya itu nyata?,lo bakal nerima bahwa gue nyata menyukai lo?" Tanya Rico serius.
Sonia menatap mata Rico. Dari matanya ia tau bahwa Rico serius menyukai dirinya yang bisa membuat jantungnya bedegup kencang.
Sonia menundukkan kepalanya,bingung harus ia jawab apa.
"Apa lo perlu kenyataan kalau gue suka sama lo?Son,gue suka sama lo,sayang sama lo!,lo mau kepastian dari gue? Jadianyuk!" ajak Rico to the point.
Sonia tidak bisa menolak,ia juga tidak bisa menjawab,bibirnya terlalu berat untuk menjawab. Sonia menganggukkan kepalanya pelan,dengan iringan senyum tipisnya. Karena hanya itu yang bisa ia lakukan untuk menjawab pernyataan dan pertanyaan Rico.
Seketika itu senyuman Rico mengembang melihat sikap malu-malu Sonia.
"be..benarkah lo mau nerima gue?" Ucap Rico memastikanya sekali lagi.
Dengan hal yang sama Sonia menganggukkan kepalanya secara perlahan.
Seketika itu Rico Erizzal bangkit dari duduknya melompat kegirangan.
"estt Rico apaansih! Malutuh diliat orang" ucap Sonia menyadarkan tingkah Rico yang membuat pandangan orang di kefe tersebut mengarah ke tempat duduk mereka.
Melihat Sonia yang malu melihat tingkahnya,Rico langsung menghentikan gerakan yang mengudang banyak perhatian di kafe tersebut.
***
"eh Vin kok tumben sendiri,mana tuh Rico sahabatlo?" Tanya seseorang dari belakang Alvino.
Ketika jam histirahat,disalahsatu kantin sekolah Alvino duduk dibangku paling pojok ditemani semangkuk mie ayam dan segelas es teh. Tiba-tiba seseorang menyapanya dari belakangnya.
"Eh iya Mel,lagi ada urusan katanya,"ucap Alvino setelah ia berhadap-hadapan dengan Melly Andani teman kelas Ipa Alvino.
"oh..boleh gue gabung gak?ucap Melly.biar lo ada temen ngobrol,"sambung Melly.
"oh boleh,duduk aja" balas Alvino.
Melly kini duduk berhadapan dengan Alvino.melly selalu berusaha membuat suasana tidak sepi namun usaha itu selalu ditanggepin dingin oleh Alvino.
"Mel udah selesai lo?" Tanya Alvino ketika dirinya telah selesai makan.
"udah,kenama emangnya vin?" Ucap Melly.
"oh kalo udah, balik kekelas aja yuk" ajak Alvino sembari mengangkat pantatnya dari kursi kantin pojok tersebut.
"oh baiklah,"
Dalam perjalanan menuju kelasnya pandangan Alvino tertuju di setiap sudut sekolahnya. Ia seperti terlihat mencari sesuatu yang baru saja ia hilangkan.
"Rico kemanasih dari tadi nggak nongol-nongol anaknyatu.apakah urusannya begitu ribet ya sampai gak ada waktu bersama sahabatnya." Batin Alvino sedikit kesal.
"Vin tumbon lo gak sama Rico?" Tanya seseorang yang berpapasan dengan Alvino.
"eh iya lagi ada urusan katanya" ucap Alvino.
"urusan apa? di luar sekolah ya? kok Rico gak dapet keliatan di sekolah ini" tanya seseorang itu yang membuat Alvino semakin kesal.
"nggak tau!" Ucap Alvino dengan raut wajah kesalnya.
Dengan kekesalan yang mengebu-gebu Alvino mempercepat langkahnya menuju kelas. Dikelas ia duduk di bangkunya dan berfikiran bahwa Rico melakukan sesuatu yang berhubungan dengan persahabatannya.
"Rico pasti ngelakuin sesuatu yang aneh-aneh makanya dia tidak ngajak gue sebagai sahabatnya. Biasanya juga dia selalu ngajak gue kemanapun ia pergi. Kenapa hari ini beda?kenapa hari ini dia tidak ngajak gue? Ada yang tidak beresnih" gumam Alvino sambil mengeratkan kepalan tangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Raja Ambara
Teen FictionTernyata di dunia ini memang tidak ada yang sempurna. semua orang mengira nama sahabat adalah nama yang paling sempurna. namun pada kenyataannya sama. nama sahabat juga tidak sempurna. dalam persahabat juga banyak kekurangannya. seorang sahabat juga...