Hari sudah mulai gelap sementara Windi masih melamun. Ia masih mengingat kejadian tadi siang.
"Gue kecewa sama kalian berdua"
Kata-kata itulah yang selalu teringat dan difikirkan oleh Windi. Ia kembali menangis tersedu. Sekarang ia membutuhkan seseorang untuk menenangkannya.
seseorang yang bisa menjadi sandarannya.
Seseorang yang bisa memeluknya saat ia menangis.Tiba-tiba ia teringat dengan Frizal. Ia dengan cepat mengambil ponselnya berniat untuk menelfonnya. Namun ia mengurungkan niatnya karena ia teringat bahwa karena bersama Frizal hubungannya dengan Raja bermasalah. Danjuga karena dirinya hubungan persahabatan Raja dan Frizal menjadi renggang.
Ia menaruh kembali ponselnya. Belum ada semenit ia menaruh ponselnya,tiba-tiba ponselnya berdering tertanda Frizal menelfon.
Windi berniat tidak menjawab telfon dari Frizal, namun karena Frizal terus menelfonnya, dengan terpaksa ia menjawab telfon Frizal.
"Hallo" suaranya terdengar paru.
"Lo kenapa,kok suaranya serak gitu. Lo habis nangis?"
"Iya gue habis nangis Zal"
"Wind lo dimana? Gue khawatir sama lo" suara Frizal dari sebrang telfon.
"Gue dirumah Zal"
"Gue kesana" ucap Frizal lalu menutup telfonnya.
"eh"
tut...tut...tut
Belum sempat menjawabnya sudah terdengar suara sambungan yang terputus.
Frizal menuju kerumah Windi. Jarak rumahnya yang cukup jauh membuat ia membutuhkan waktu sejam untuk sampai dirumah Windi.
Sesampainya dirumah Windi ia langsung memencet bel rumahnya yang tertempel disebelah kanan pintu rumahnya.
Tidak berapalama pintu terbuka. Terlihat seorang perempuan dengan wajah lesu,mata yang membengkak karena habis menangis.
"eh kenapa lo?" Ujar Frizal.
Tiba-tiba Windi jatuh pingsan. Frizal terkejut dan segera membawa Windi kekamarnya.
"Badannya panes banget" ujar Frizal rada cemas.
Dengan segera Frizal mengambil air hangat dan handuk kecil yang akan dipake mengompres Windi.
"Saat lo terkulai kayak gini terlihat sangat cantik ya. Rasanya gue ingin memilikilo" ujar Frizal dalam hati.
Setelah selesai mengompres Windi,ia pergi kewarung untuk membeli obat penurun panas.
****
Pagi ini dirumah tempat tinggal Rico Erizzal.
Rico sudah tampak dengan seragam osisnya. Tepat di depan pintu kamar. Lagi-lagi ia mendapati adiknya itu masih tidur pulas sementara hari sudah mulai siang. Ia berfikir untuk menjahili adiknya itu.
"Gempa...gempa!!!"
Mendengar teriakan itu Riski terbangun dan berlari sempoyongan.
"Ah gempa,"
"Gempa...gempa" ujar Riski anak 9 tahun itu sambil berlari. Sampai-sampai ia tidak melihat kakaknya yang tengah berdiri disamping pintu kamarnya.
Rico menarik tangan adiknya ketika lewat tepat di sampingnya."kak gempa...Ibu,Bapak ada gempa" ujar Riski panik dan menangis.
Rico tersenyum melihat kepanikan adiknya itu,lalu menggendong adiknya.
"gempa palamu! Ha...ha...ha ada yang kena tipu" ledeknya sambil merapikan rambut adiknya yang berantakan.
"Hah kakak,kok hal kaya gitu di buat main-main sih" ucap Riski sambil mengelap arimatanya.
"ya lo kebiasaan,orang sudah siang eeh bukannya bangun siap-siap sekolah malah masih tudur, ngorok lagi"
"hehe"
"eh malah cengar-cengir,udah sana mandi.nanti telat lo,kalo telat nanti di hukum lo" ujar Rico menakut-nakuti adiknya.
"Udah ya,kakak mau berangkat ke sekolah duluan ya" sambung Rico.
"ya kak,aku mau mandi dulu mau sekolah,biar tidak telat" ujar Riski.
Setelah sampai di sekolah Rico seperti biasa kekelas hanya untuk manaruh tasnya lalu ia langsung menuju ruang monitor mempersiapkan untuk persembahyangan bersama di sekolahnya danjuga budaya literasi sehabis persembahyangan bersama.
Sampai di ruang monitor Rico sudah mendapati sahabatnya duduk dengan jarinya tengah asik menari-nari pada layar ponselnya.
"Ehem..."
Deheman Rico bermaksud untuk memulai obrolan dengan sahabatnya itu. Namu Alvino tidak menanggapi itu.
Menyadari hal itu. Rico Erizzal melangkahkan kakinya mendekati Alvino dan duduk pada kursi yang berada disamping Alvino.
"Vin maafin gue ya,"
"Hem beneran mau gue maafin?"
"Ya Vin"
"Oke gue maafin,tapi lo harus rubah sikap lo yang egois itu"
Mendengar ucapan Alvino itu tampak senyuman yang sempurna mengembang pada wajah Rico.
"beneran Vin?"
"Menurut lo.."
"hmm..oke Vin"
****
Rinda melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 06:40.
"5 menit lagi masuk kok Raja belum dateng ya? Apakah dia sakit?" Batinnya.
Rinda tampak mencemaskan Raja.ia menunggu kedatangnnya dan tampak gelisa. Rani teman sebangkunyapun heran.
"Kenapa lo Rind?"
"Gak papa Ran"
"Trus kenapa lo cemas gitu?"
"Ya Ran lagi 5 menit udah masuk tapi,Raja kok belum dateng ya?"
"Ya gue juga tidak tau,tumben banget Raja kaya gini"
" Perduli amat lo sama si nerd itu" celetus seseorang di belakangnya.
"Namanya Raja Ren" ucap Rinda sedikit tinggi.
"Bodo..."
Udah jangan memancing emosinya dia,nanti lo di banting Ren" ucap temen sebangku Rendi.
"Ha...ha...ha iya, diakan banteng ya"
"Apa lo bilang...Sini bilang dideket gue"ujar Rinda sambil langsung berdiri.
Belum sempat Rinda menghampiri Rendi bel sudah berbunyi dan seorang guru Bahasa Ingris sudah tiba di depan kelas.Cukup segitu dulu ya..maap pendek outhornya lgi sibuk buat persiapan kuliah 😁😁... nih aq nyiapin waktu banget buat up... hehehe..
Jangan lupa vote and coment ya
Lebih baik dibaca tidak di vote daripada di spam vote tpi tidak di baca.
#Budayakanmembaca😘☺

KAMU SEDANG MEMBACA
Raja Ambara
Fiksi RemajaTernyata di dunia ini memang tidak ada yang sempurna. semua orang mengira nama sahabat adalah nama yang paling sempurna. namun pada kenyataannya sama. nama sahabat juga tidak sempurna. dalam persahabat juga banyak kekurangannya. seorang sahabat juga...