VI

25 8 0
                                    

Ketika jam menunjukkan pukul 9 pagi, Hyungseob sudah bersiap untuk pergi ke kampus. Ia memakai masker dan kacamata nerd-nya. Namun ia kembali terganggu pada perilaku Yireon.

"Mau kemana? Bertemu pelanggan-mu lagi?" tanya Hyungseob dengan nada sarkaristik. Beberapa hari ini Yireon sangat mengutamakan pelanggan dadakannya itu, tentu saja Hyungseob merasa di duakan. Yireon yang sedang mengecek beberapa kertas kemudian menoleh pada Hyungseob. Hyungseob dan tatapan mengintimidasinya adalah hal terburuk di dunia ini, aura kegelapan ketika ia mengintimidasi memang mengerikan.

"Oppa mau ikut?" tanya Yireon agak gugup

"Apa karena terlalu sibuk dengannya kau sampai lupa jika hari ini aku ada kuliah?"

"Kalau begitu jangan bersikap seperti ini." Yireon menyandang tasnya kemudian menggandeng tangan Hyungseob.

"Ayo keluar bersama." Yireon memberi kecupan pada pipi Hyungseob, cukup untuk mendinginkan kepala Hyungseob.

"Aku merasa di duakan akhir-akhir ini." Hyungseob menarik tangan Yireon, menolak untuk keluar apartemen sementara Yireon sudah cemas akan terlambat. Yireon pusing, dia tidak tahu ketika Hyungseob cemburu akan kekanakan seperti ini.

"Aku suka kau merasa cemburu, karena berarti kau memang cinta padaku. Jadi kau memang tidak mau ikut melihat siapa orang yang membuatmu cemburu, oppa?"

"Ya, aku ikut. Aku muak merasa cemburu begini." kata Hyungseob ketika mereka akan keluar dari apartemen. Yireon mengangguk, ia juga tidak suka hubungannya terganggu karena sikap Hyungseob. Bukannya Yireon enggan menjelaskan, ia sendiri takut Hyungseob tidak mengerti.


.
.

Kedua insan itu masuk kedalam café, kemudian keduanya duduk didepan lelaki yang yang sendirian. Hyungseob berusaha terlihat tenang seperti biasanya, ia tahu dirinya sangat tampan tapi lelaki ini juga mempunyai ketampanan ditambah sisi imut.

"Kau sudah lama? Ah iya, ini Ahn Hyungseob. Dia..."

"Psikhe-mu?" tanya pemuda itu sedikit menyindir dan dijawab tatapan malas dari Yireon. Ia pun menatap Hyungseob.

"Halo, aku keturunan dewa Ares, senior. Ah, mana ingat lelaki sesempurna kau dengan adik kelasmu ini." Pemuda bermarga Lee itu menjulurkan tangannya dan ditanggapi dengan jabat tangan singkat dari Hyungseob.

"Aku cukup tahu wajahmu." kata Hyungseob kemudian ia mulai bermain game diponselnya, membiarkan sang pujaan hati menyelesaikan urusan sesama dewa. Ia tidak terlalu peduli tentang pemuda itu sekarang, dari percakapannya Hyungseob sudah paham apa yang terjadi dan Yireon tak perlu menjelaskannya. Yang tidak Hyungseob mengerti karena mereka begitu santai membicarakan masalah seserius ini di café. Apapun itu Hyungseob tahu dimana batasannya sebagai manusia biasa.

"Hari ini aku akan meminta Minju jadi kekasihku." Kata Euiwoong

"Oh." Yireon tidak tahu harus berbuat apa, dia juga tidak suka dengan rencanyanya tapi tidak ada cara lain lagi. Euiwoong yang menatap Yireon tahu jika cupid ini sedang dilema karena perbuatannya sendiri. Bagaimanapun juga Euiwoong adalah pelanggan Yireon jadi pantang bagi Yireon untuk membuatnya merasa tidak puas.

"Aku tidak akan bosan mengingatkanmu Euiwoong, sebelum terlambat kau masih bisa menerima Minju."

"Aku muak mendengarkanmu, kita sudah membahasnya ratusan kali di sekolah." Euiwoong beranjak dan membuat Hyungseob yang semula bermain game jadi tidak konsen sebentar. Euiwoong dan Hyungseob saling bertukar pandangan cukup lama sampai tiba-tiba mata Hyungseob berubah menjadi biru metalik sesaat. Euiwoong hampir membuka suara ketika kejadian cepat itu terjadi.

"Yireon, sebaiknya kau perhatikan sekelilingmu." Kata Euiwoong sebelum benar-benar meninggalkan Hyungseob dan Yireon. Ia bermaksud memberi peringatan tapi Yireon sama sekali tidak paham. Setelah Euiwoong pergi, Justin datang menaruh dua milkshake di meja Yireon.

"Ini gratis untuk Yireon nuna dan kekasihnya, nuna terlalu sering di beri gratisan oleh Euiwoong hyung." kata Justin

"Ya tapi dia juga memberiku masalah besar." Balas Yireon sebelum Justin kembali bekerja. Hyungseob hanya menatap Yireon dan Justin sesaat kemudian melanjutkan bermain game.

"Sejak kapan jadi sering bermain game?" Yireon menyaut ponsel Hyungseob

"Yireon, aku bisa kalah." Hyungseob tidak berniat mengambil ponselnya, ini di tempat umum jadi dia tidak mau ribut dengan Yireon. Ia hanya menatap Yireon yang sekarang mengotak-atik ponselnya. Setelah terdiam beberapa lama, Yireon menyerahkan ponsel Hyungseob.

"Aku jadi kalah kan." Kata Hyungseob dingin setelah mengecek game-nya, Yireon jadi kesal karena Hyungseob memarahinya hanya gara-gara game.

"Lebih penting game sekarang ya?" tanya Yireon dengan nada kesal kemudian menghabiskan milkshake-nya dalam satu kali sedotan, hal itu malah membuat Hyungseob terkekeh.

"Ayo pulang, sudah selesai minumnya kan?" Hyungseob menggandeng tangan Yireon

"Sudah selesai cemburunya?" pertanyaan Yireon hanya ditanggapi anggukan kepala dari Hyungseob kemudian keduanya saling tertawa. Pertengkaran kecil semacam itu memang menjadi hiburan tersendiri. Sepanjang perjalanan Yireon tak berhenti untuk bermesraan dengan Hyungseob, seolah menegaskan pada dunia jika Hyungseob adalah miliknya. Padahal Hyungseob juga sudah menutup wajahnya rapat-rapat agar tidak dilihat orang lain, tapi Yireon masih saja khawatir akan ada orang yang menyukai Hyungseob.

~

Ternyata tempat yang dimaksud Euiwoong membuat Minju tersenyum senang, itu adalah kedai es krim sekaligus tempat foto. Setiap spot punya konsep masing-masing.

"Sebenarnya ini spot foto kan? Tapi didalamnya ada kedai es krim."gumam Minju

"Sebenarnya ini kedai es krim, tapi di dalamnya ada sengaja di beri spot foto yang banyak."

"Lebih banyak spot foto daripada kedai es krim, kedai es krimnya hanya satu tapi spot fotonya satu gedung."

"Iya, ini spot foto." Euiwoong hanya mengiyakan pendapat Minju.

"Minju, coba kau foto disana." Euiwoong menunjuk sebuah spot dan Minju langsung berlari ke tempat itu, dia girang karena spot fotonya bertema paris.

"Aku harus berpose bagaimana?" Tanya Minju ketika Euiwoong sudah siap dengan ponselnya.

"Kau berdiri biasa saja sudah bagus."


"Tidak, itu membosankan. Kalo begini bagus tidak?" Minju berpose sambil menyilangkan kakinya.


"Itu juga bagus."

"Iya, tapi bajuku tidak terekspos. Kalo begini?"

"Kau terlihat cantik begitu."

"Kalo begini?"

"Kau imut juga."

"Yak Euiwoong." Minju cemberut, membuat Euiwoong mendekatinya.

"Kenapa jawabanmu intinya sama sih, yang bagus pose yang mana?"

"Semuanya kalo ada dirimu itu bagus, kau mau berpose aneh pun hasilnya akan tetap cantik."

"Berhenti merayuku." Minju hampir bosan mendengar rayuan Euiwoong tapi pipinya tidak pernah bosan blushing setiap mendengarnya.

"Kalo begitu kita foto bersama saja." Euiwoong merangkul bahu Minju kemudian mereka berdua berpose bersama. Euiwoong tertawa melihat pose mereka.

"Kau terlalu cantik, aku jadi terlihat jelek sekali." Kata Euiwoong

"Tidak, menurutku ini bagus." Kata Minju masih menatap hasil pose mereka.

"Kau foto sendiri saja, aku mau menyimpan fotomu." Suruh Euiwoong kemudian Minju menurutinya, setiap ada spot foto Minju akan berfoto disana sampai dia lelah sendiri.

"Aku sudah mati gaya." Kata Minju begitu mereka duduk menunggu es krim mereka

"Masih banyak spot yang belum kita lihat, nanti berkeliling lagi saja..." Kata Euiwoong tapi Minju menggeleng, ia terduduk lesu. Mereka diam sampai pesanan es krim mereka datang, dengan cepat Minju menghabiskan es krim vanilla kesukaannya. Euiwoong yang baru menghabiskan es krimnya setengah gelas jadi tidak selera ketika Minju sudah selesai dengan es krimnya.

"Kita berkeliling lagi saja."kata Euiwoong

"Foto lagi?"

"Ini yang terakhir."pinta Euiwoong kemudian diiyakan Minju meski dia ingin duduk saja. Mereka masuk ke spot foto yang bertemakan cinta, banyak gravity cinta berwarna merah muda dan merah hati.


"Minju."

"Ne?" Minju yang semula masih mengamati jadi terfokus pada Euiwoong yang tiba-tiba menggenggam kedua tangannya.

"Maukah kau, seorang Kim Minju jadi kekasihku?"


Minju terdiam, tiba-tiba ia membatu. Pikirannya seperti korslet secara tiba-tiba, ia melihat mata Euiwoong lagi. Entah kenapa ia jadi terharu, ia mengangguk sambil menahan tangisnya. Euiwoong tersenyum, semua rencananya sejauh ini sesuai dengan keinginannya. Ia segera memeluk Minju sambil membisikkan beberapa kata pujian.
.
.
.
TBC

Klimaksnya sedikit lagi gaes, sabar.✌

. Ah.. Mohon review buat tulisan nya. Kurang apa gtu. Thanks

RETURN (Finesse Part 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang