VIII

31 10 0
                                    

Ketika bulan memancarkan sinarnya, Hyungseob duduk di balkon menikmati cahaya bulan yang menerpa wajah tampannya. Biasanya di bulan purnama seperti ini Yiren tidak pernah absen mengajaknya berkencan atau sekedar berbincang di balkon. Tapi gadis itu sekarang lebih memilih menyelimuti dirinya dikamar. Hyungseob menyudahi melihat sang ratu malam, ia pergi ke kamar Yiren.

"Yireon, kau sakit?" tanya Hyungseob tapi tidak ada jawaban. Hyungseob naik ke ranjang, ia ikut membaringkan diri disamping Yiren kemudian memeluk gadis itu.

"Ada apa?" tanya Hyungseob. "Jangan biarkan aku bingung seperti ini."

"Oppa." Yiren membalik tubuhnya agar menghadap Hyungseob kemudian balas memeluk Hyungseob, ia menangis sejadi-jadinya. Tentu hal itu membuat Hyungseob terkejut, ia hanya pernah melihat Yiren menangis sekali saja, dan ini yang kedua kalinya.

"A a aku telah membuat kesalahan hiks, ini semua karenaku." Yiren mengeratkan pelukannya pada Hyungseob, sementara sang pujan hati berusaha menenangkan sang cupid dengan mendaratkan ciuman pada bibir Yiren.

"Sst, itu bukan kesalahanmu tapi karena ketamakan manusia setengah dewa itu." Hyungseob paham apa yang terjadi, dan ia pikir masalahnya semakin tidak terkendali. Hyungseob bahkan tahu usaha Yireon sampai mau merendahkan harga dirinya di depan sesama cupid agar masalah ini selesai. Bukannya selesai, masalah ini malah semakin besar dengan kenyataan jika Minju adalah seorang Nereid.

.
Justin setia duduk disamping Minju yang sudah tak sadarkan diri selama dua hari, ia bahkan mengabaikan perasaan tidak enaknya pada Wonyoung. Jadilah Justin dan Wonyoung yang sama-sama menunggu Minju dirumah sakit menjadi saling terdiam satu sama lain.

"Euiwoong oppa..." Wonyoung membuka suara setelah berjam-jam terdiam. "Kenapa kau melarangnya menjenguk Eonni? Dia kan kekasihnya."

"Hanya sebuah intuisi." Mata Justin terlihat nyalang, ia yakin Euiwoong penyebab Minju begini. Sementara Wonyoung yang masih menyimpan perasaan pada Justin agak terluka dengan sifat Justin yang melindungi Minju. Sementara topik yang dibicarakan hanya bisa menunggu di ruang tunggu rumah sakit, hatinya terasa perih melihat Minju yang terbaring tak berdaya. Euiwoong tidak mengerti, kenapa ia benci dirinya sendiri.

"Oppa." Wonyoung tiba-tiba duduk disamping Euiwoong namun Euiwoong tidak mau melihat Wonyoung, ia masih menundukkan kepalanya.

"Eonni sudah sadar." Perkataan Wonyoung sukses membuat Euiwoong berlari ke kamar Minju sampai dia melihat Justin sedang memeluk Minju. Minju menangis dalam pelukan Justin sementara Justin memeluknya dengan erat. Euiwoong marah, lagi-lagi dia merasa di dahului Justin. Sementara Wonyoung kini sudah berada di samping Euiwoong lagi, senyumnya terulas.

"Mereka cocok kan?" kata Wonyoung

"Apa maksudmu?" Euiwoong melirik Wonyoung namun yang dia dapatkan adalah tamparan tidak terduga dari Wonyoung.

"Apa maksudmu mendekati kakak-ku karena aku?"

"Itu..." Euiwoong kehilangan kata-kata, ini bukan seperti Euiwoong yang selalu punya banyak alasan agar ia tidak nampak salah.

"Pergilah selagi aku masih berbaik hati tidak memanggil pihak keamanan." Wonyoung menunggu sampai Euiwoong benar-benar pergi lalu dia memutuskan pergi juga. Bagaimanapun Wonyoung masih menyukai Justin, ia tidak bisa melihat Justin semesra itu meskipun dengan kakaknya sendiri.


Sementara didalam kamar, Minju memeluk Justin sambil menangis sejadi-jadinya.
"Justin aku takut, ini kembali."

"Gwaenchana nuna, ini akan baik-baik saja." Dengan sabar Justin membelai rambut Minju dan terus membisikkan kalimat agar Minju tenang. Jika Minju tahu rahasia bisex Justin, maka Justin juga tahu rahasia mata Minju yang biru. Mata itu alasan kenapa Minju tidak diadopsi selama bertahun-tahun, sampai Minju bertemu seseorang yang mengunci warna matanya.

RETURN (Finesse Part 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang