Part 4 Allegra Danish

62 11 0
                                    

Allegra Danish.

Begitulah perempuan berambut merah gelap itu memperkenalkan dirinya.

Kemudian dia mengajakku untuk mencari tempat duduk yang lebih sepi agar kami leluasa untuk bicara.

Hal pertama yang kutanyakan padanya setelah kami duduk adalah, "Bukankah Allegra berarti bahagia dalam bahasa Italia?"

Allegra Danish tertawa singkat, "Yeah. Ironi, bukan? Namaku berarti bahagia dan disinilah aku. Di tempat yang sama sekali tidak bahagia."

Aku tidak menanggapinya.

Memangnya aku bisa menjawab apa?

Allegra Danish kemudian mulai menjelaskan sistem group therapy yang kuikuti sekarang ini.

Dia menjelaskan bahwa tugasnya adalah membuatku merasa aman ketika sharing mengenai pengalaman yang membuatku terdampar di tempat ini.

"Tapi bagaimana jika aku tidak ingin membagikan hal itu?" tanyaku.

"Kami tidak bisa memaksamu membagikan apapun itu. Tapi pikirkan dulu hal ini sebelum kau menolak membagikan pengalamanmu, apakah kau masih ingin melanjutkan hidupmu, Logan?"

Tentu saja aku ingin melanjutkan hidupku.

Tetapi aku tidak menyuarakan pikiranku tersebut.

"Jika ya, biarkan kami membantumu. Seseorang pernah berkata padaku bahwa berbagi dapat meringankan beban yang kau tanggung."

Aku terdiam beberapa lama, hanya menatapnya.

Allegra Danish membalas tatapanku dengan tenang.

Aku mendesah kalah, "Apakah aku harus membagikan apa yang kualami saat ini juga?"

Karena sesungguhnya aku masih tak sanggup membicarakannya.

"Aku akan mendengarkanmu kapanpun kau siap." jawabnya, tersenyum menenangkan, "Lupakan sejenak tentang berbagi. Lebih baik kita saling mengenal satu sama lain terlebih dahulu."

Kemudian Allegra Danish menceritakan berapa lama dia berada di group therapy ini (dia sudah di sini sejak hampir tiga tahun yang lalu), hobinya, buku kesukaannya, dan etc etc.

Aku hanya menjawab jika dia menanyakan sesuatu padaku.

Selama mendengarkannya bicara, mataku menelusuri ruangan bundar dengan dinding penuh foto itu.

Foto-foto remaja berbagai usia.

Di sudut paling atas, tertulis dengan huruf balok, THE FALLEN.

Apa pula maksudnya itu?

Aku memotong monolog Allegra Danish dengan bertanya, "Siapa orang-orang dalam foto di dinding ini?"

Allegra Danish berhenti bicara, memutar tubuhnya untuk memandangi foto di dinding satu per satu dengan wajah somber.

"Kami menyebut mereka THE FALLEN. Mereka adalah orang-orang yang berusaha kami tolong, tetapi gagal."

Rasanya seperti ada yang memukul kepalaku dengan palu, mengembalikan kesadaranku sepenuhnya pada keadaan sekitar.

Aku menelan ludah dengan gugup, "Jadi... maksudmu, mereka sudah meninggal?"

Allegra Danish menjawab cepat, "Ya. Aku bahkan mengenal beberapa diantaranya." Dia menunjuk foto yang berada di tengah, "Samantha Green." Lalu dia menunjuk foto terbawah, "Garrett Simpson."

Tanganku mulai gemetaran.

Aku menyembunyikannya dalam saku jaketku.

Apakah aku nantinya juga akan berakhir di dinding itu?

Aku menggeleng pelan.

Tidak.

Aku ingin melanjutkan hidup dan melupakan peristiwa itu.

"Kau tidak perlu mengkhawatirkan mereka karena mereka sudah tenang di sana." Allegra Danish menoleh padaku, "Selama kau membiarkan kami membantumu, kau akan baik-baik saja."

Benarkah aku akan baik-baik saja?

"Bagaimana denganmu?" tanyaku dengan serak. Semua kematian yang ada di dinding itu membuatku ingin berlari pulang.

"Oh. Aku hampir berakhir di dinding itu."

Astaga.

Aku mencengkeram bagian dalam saku jaketku dengan erat.

Bagaimana mungkin dia membicarakan kematian seringan itu?

Allegra Danish menunjukkan tangannya yang dihiasi gelang.

Dia menyibakkan gelang-gelang tersebut, menampakkan goresan luka di sepanjang pergelangan tangannya.

Aku menggigit bibir.

Lalu dia berkata, "Tapi ternyata aku belum siap untuk pergi. Dan disinilah aku sekarang."

Aku tidak akan bisa memandangnya dengan cara yang sama lagi.

*****


Don't forget to click the follow button! Komen ya bagaimana pendapat kalian:) See you in the next chapter.

ALLEGRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang