"Hai."
Allegra Danish menyapaku dengan senyumannya yang biasa ketika aku membuka pintu.
Rambut merah gelapnya berantakan.
"Hai." Aku menyingkir dari pintu, membiarkan dia masuk, "Rambutmu berantakan."
Allegra Danish mengangkat satu tangannya dan dengan gerakan cepat merapikan rambutnya.
"It's windy outside."
"Aku tahu. Untunglah kau bisa menemukan rumahku dan tidak terbawa angin."
Aku tersenyum padanya yang dibalas dengan ekspresi cemberut.
"Tidak lucu."
Aku hanya mengangkat bahu. Kemudian Allegra Danish melepas mantelnya dan aku menggantungkannya di pintu.
Aku mengajaknya masuk ke ruang tamu. Lalu Allegra Danish menyerahkan bungkusan yang sedari tadi dipegangnya padaku.
Aku menatapnya bertanya, "Apa ini?"
"Pumpkin pie."
"Kau tahu, kau seharusnya tidak perlu merepotkan dirimu sendiri."
"Aku tidak merasa repot. Lagipula aku ingin."
Sebelum aku sempat mengucapkan terima kasih pada Allegra Danish, Mum muncul di ruang tamu dengan senyuman paling lebar sepanjang yang pernah kulihat.
Sejujurnya, senyum itu agak menakutkan.
Mum menghampiri Allegra Danish dan memperkenalkan dirinya dengan cara yang, menurutku, agak berlebihan.
Sedangkan aku berdiri di dekat mereka dengan canggung.
Aku mengamati reaksi Allegra Danish dan menahan tawa melihatnya kewalahan menerima perlakuan Mum.
"Mum." panggilku, sejenak menghentikan rentetan kalimatnya pada Allegra Danish, "Allegra membawakanmu pie."
Aku mengangkat bungkusan di tanganku.
Mum berseru senang, "Oh, benarkah? Terima kasih banyak, Allegra."
"Er, yes. Bukan masalah, Ma'am." jawab Allegra Danish, dia memandangku seperti minta tolong.
"Bawa itu ke dapur, Logan." perintah Mum padaku, "Duduklah, Allegra. Aku ingin berbicara banyak hal denganmu."
Dan begitulah.
Aku terlupakan begitu saja.
Aku melirik Allegra Danish sekilas, berusaha menyampaikan bahwa aku akan membebaskannya dari Mum sebentar lagi. Kemudian aku berjalan menuju dapur.
Baru beberapa langkah aku berjalan, Mum memanggilku lagi.
Aku berhenti, menoleh padanya, dan menjawab dengan malas, "Yeah?"
"Tolong masukkan lasagna di meja makan ke microwave, ya."
Aku memutar bola mata dan melanjutkan berjalan.
Kudengar Mum masih terus berceloteh pada Allegra Danish.
*****
Dua puluh menit kemudian, barulah Mum membiarkan Allegra Danish sendiri.
Itu pun setelah aku berpura-pura mengatakan padanya bahwa lasagna yang kumasukkan ke microwave telah meleleh dan gosong.
Mum mempercayai kebohonganku begitu saja, berlari ke dapur meninggalkan kami berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLEGRA
General FictionCover by my lovely best friend @wilda_tulha Kupikir aku baik-baik saja. Tapi ternyata aku salah. Duniaku sudah tidak lagi berputar pada porosnya. Aku kehilangan arah. Trigger warning. Welcome to my story. I hope you enjoy it:) Ini adalah cerita pert...