Butuh empat hari bagiku untuk mempertimbangkan apa yang ingin kulakukan dengan hidupku.
Will I stay or will I leave?
Sekarang aku sudah yakin apa yang kuinginkan.
Hal pertama yang kulakukan siang itu setelah aku bangun tidur (aku sudah menyerah dengan konsep tidur di malam hari, jadi aku memutuskan untuk tidur ketika matahari mulai terbit hingga tengah hari—) adalah mempersiapkan diriku.
Setelah aku merasa penampilanku terlihat pantas, aku mengambil handphone dan menelepon Allegra Danish.
Yeah, aku tahu.
Seharusnya aku memberitahukan keputusanku kepada Mum dan Dad dahulu. Tapi mereka tidak tahu mengenai kebimbanganku dan aku juga tidak ingin meresahkan mereka.
Hanya Allegra Danish yang tahu.
Maka dialah orang pertama yang kuhubungi.
Teleponku diangkat pada dering kelima.
"Halo?"
"Allegra? Apa aku mengganggumu?"
"Yeah, kau sangat menggangguku. Aku melewatkan beberapa baris kalimat di buku yang kubaca karena kau."
Aku memutar bola mata.
Cheeky."No, seriously. Bisakah kita bertemu?"
Terdengar suara berisik di ujung telepon. Entah apa yang sedang dilakukan Allegra Danish.
Lalu suaranya terdengar lagi, "Ada apa, Logan? Kau tidak melakukan sesuatu yang buruk, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLEGRA
General FictionCover by my lovely best friend @wilda_tulha Kupikir aku baik-baik saja. Tapi ternyata aku salah. Duniaku sudah tidak lagi berputar pada porosnya. Aku kehilangan arah. Trigger warning. Welcome to my story. I hope you enjoy it:) Ini adalah cerita pert...